Chapter 9

857 103 13
                                    

{FLASHBACK CHAPTER 8}

Daniel mengangkat kepalanya. Ia menatap Seongwu yang sekarang sudah tak meronta lagi—matanya berkaca-kaca.

Percuma saja membawa 3 senjata jika akhirnya dia tidak bisa menyelamatkan Seongwu.

Haruskah seperti ini akhirnya?

Daniel merasa dia adalah pecundang.

"Nieeel.." lirih Seongwu.

"Kumohon.. jangan lakukan itu.. demi bayi kita.."

"Baiklah, kita akhiri saja sekarang." Harold bersiap menekan pelantuknya. "Say goodbye, Mr. Kang."

"TIDAK! JANGAN!"

Seongwu meronta lagi, menggigit lengan penjaga itu dengan kuat hingga cengkramannya terlepas. Ia mendorong sang penjaga, merebut pisau yang ada di tangannya dan bergegas berlari menuju Harold—

{FLASHBACK END}



-•••-





Dor!



Suara tembakan pun terdengar menggelegar di seluruh penjuru Mansion. Setelahnya, suasana pun mendadak hening. Tergantikan oleh suara deru nafas memburu dibawah salju yang berturunan.


Bruk!




Disusul oleh suara seseorang yang terjatuh.




Harold.



Tepat setelah Seongwu menusukkan pisau yang dipegangnya di dada kiri lelaki itu.

"Seongwu.." Daniel menatap Seongwu tak percaya. Pisau itu terjatuh, diikuti oleh tetesan darah yang perlahan mulai mengalir di jas Harold serta bagian pisaunya. Bahkan Seongwu sedikit terkena darah itu.

Tubuh serta tangannya bergetar hebat saat itu juga.

"D.. Daniell.." Seongwu terpaku. Daniel segera menarik Seongwu ke dalam pelukannya dan menenangkannya. Tubuhnya masih bergetar—diikuti isakan lirih yang perlahan keluar dari belah bibirnya.

"Niel.. aku sudah membunuh banyak orang.." lirihnya.

Daniel mengangguk dan mengusap bagian belakang kepalanya, "tidak apa-apa Seongwu, tidak apa-apa.."

"Tuhan pasti akan menghukumku Niel. Appa dan Eomma juga pasti membenciku.."

Daniel terdiam. Dia paham jika Seongwu belum terbiasa dengan hal ini, wajar jika Seongwu merasa bersalah. Mungkin jika itu Daniel, dia tidak akan peduli. Pekerjaannya memang seperti ini.

"Tidak apa-apa sayang. Yang penting kau selamat sekarang.." bisiknya menenangkan.

Seongwu masih menangis di pelukannya, jemarinya yang terkotori oleh darah bergerak meremas jaket kulit berwarna hitam milik Daniel.

Malam itu—salju begitu terasa hangat bagi Daniel.

Tapi tidak dengan Seongwu yang merasa kedinginan.




-•••-





"Maaf aku datang terlambat.."

Jaehwan melirik pada spion tengah untuk menatap Daniel serta Seongwu yang duduk di jok belakang mobilnya. Mereka baru saja pulang setelah membereskan segala hal yang terjadi di Mansion Harold—dengan bantuan Jonghyun, salah satu Mafia yang terkenal juga di Amerika. Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju New York.

"Tidak apa-apa Hyung." ucap Daniel dengan senyuman tipis. Jaehwan kembali fokus menatap jalanan sembari memanggil Daniel,

"Daniel-ah."

"Ya?"

"Apa benar Seongwu yang menghabisi Harold dan seluruh penjaganya?"

Daniel terdiam. Ia melirik pada kepala Seongwu yang sedang terlelap di pangkuannya. Matanya begitu sembab, pipinya terluka dan keadaannya begitu lusuh.

Sejak kejadian tadi, Seongwu sama sekali tidak bicara. Dia terus menangis, menatap tangannya yang berlumuran darah. Meski Daniel sudah berkata bahwa hal yang dilakukannya sama sekali tidak apa-apa, Seongwu tetap merasa sangat berdosa.

Ia paham akan hal itu.

Seongwu berbeda dengan dirinya.

"Iya Hyung." jawab Daniel.

"Tapi.. karena itu dia merasa sangat berdosa. Bahkan dia tidak berkata apapun sejak tadi."

Jaehwan kembali melirik Daniel sembari menghentikan laju mobilnya karena lampu merah yang menyala. Ia menghela nafas pelan, "begitu?"

"Aku sudah mengatakan bahwa yang dilakukannya sama sekali tidak akan berdampak apa-apa. Tapi dia tetap menangis dan menatap tangannya, meski aku sudah membersihkan darahnya."

"Seongwu pasti sangat tidak menyangka jika dia harus melakukan itu semua," sahut Jaehwan.

"Dia berbeda dengan kita, Niel. Dia hanyalah manusia biasa yang mengenal dosa. Sedangkan kita?"
Ia melajukan mobilnya disaat lampu berubah menjadi hijau. Suasana kembali hening, baik Jaehwan dan Daniel sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Ini salahku," gumam Daniel kemudian.

"Andai aku datang lebih cepat, pasti Seongwu tidak akan melakukan itu semua.."

"Jangan ikut menyalahkan dirimu, Kang." ucap Jaehwan. "Seongwu hanya kaget, kau harus menenangkannya dan menjelaskan semuanya."

Daniel menghela nafasnya dengan berat. Jemarinya bergerak menyingkirkan surai Seongwu yang menghalangi sepasang mata kucingnya—


Nafasnya berhenti.


Saat ia sadar bahwa sedaritadi pipi Seongwu telah basah oleh air mata.







end





G.



Bercanda hyung






Ini chapter pendek bgt huahahaha alias aku lagi sibuk hiks(: SOWYYYYY PARA READERS NIMMMM~~

JEONGMAL

JINJJA

WANJEON

REAL

HEOL

DAEBAK

NEOMU - NEOMU

NEOMU - NEOMU - NEOMU - NEOMU~~

*lah kok malah nyanyi("

NEOMU NEOMU MIANHAEYOOO

WQWQ SEKIAN TERIMACASH!!

SOON 🔞

a Mafia Bride [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang