Chapter 10

926 116 12
                                    

3 hari berlalu sejak kejadian itu.

Seongwu sekarang berada di kamarnya—menjalani perawatan akibat mentalnya yang terganggu karena 'pembunuhan' yang dilakukan olehnya. Ia selalu melamun, berbicara sendiri, bahkan terkadang tubuh Seongwu akan bergetar ketakutan tanpa sebab. Sudah banyak psikiater yang datang untuk menolongnya—namun nihil.

"Seongwu-ya?"

Minki berjalan masuk ke dalam kamar Seongwu yang begitu gelap—karena Seongwu menutup seluruh jendelanya. Ia menutup pintunya, melangkah mendekat pada ranjang setelah meletakkan nampan berisi makan siang Seongwu.

"Seongwu-ya, ayo makan." bujuk Minki lembut sembari mengusap bahu Seongwu yang terduduk di ranjang dan menatap kosong—entah menuuju pada apa. Tapi Seongwu sama sekali tidak bereaksi.

Jujur saja, Minki, Sewoon, serta Woojin pun merasa sangat sedih dengan hal yang menimpa Seongwu sekarang. Mereka juga merasa sangat bersalah—terutama Woojin. Seandainya mereka tidak meninggalkan Seongwu, pasti Seongwu tidak akan seperti itu 'kan?

"Makanlah Seongwu-ya. Sudah 3 hari kau tidak makan dan meminum susumu." bujuk Minki lagi.

"Ingat, kau sedang hamil. Kasihan bayimu."

Seongwu masih tak bergeming, membuat Minki menghela nafasnya dengan berat. Namun, Minki bisa melihat pipinya basah oleh air mata.

Dia menangis.

"Hyung, aku sudah membunuh." lirihnya. "Tuhan pasti akan membenciku lagi. Eomma dan Appa juga, aku—"

"Tuhan tidak akan pernah membenci umatnya meskipun dia membuat kesalahan besar sekalipun." sela Minki. "Kau bisa meminta ampun Seongwu-ya, kau bisa."

Air mata Seongwu mengalir semakin deras. Minki yang tidak tega lantas menariknya ke dalam pelukannya, membiarkan Seongwu membasahi bagian bahu sweaternya dengan air matanya. Tanpa sadar kedua mata Minki pun berkaca-kaca.

"Kau tidak salah selama kau meyakini bahwa hal yang kau lakukan adalah benar." bisik Minki.
"Kau melakukannya demi melindungi Daniel kan? Kau melakukannya demi melindungi bayimu 'kan?"

Seongwu menangis semakin kencang. Tiba-tiba ia teringat kejadian itu, tubuhnya kembali bergetar hebat. Minki menyadari itu—tapi dia tidak melepaskan pelukannya.

"Hiks Hyung.."

"Kau tidak salah, Seongwu-ya. Kau tidak salah.."



-•••-




Daniel berjalan menuju ruang tengah Mansion setelah pulang dari rapat mendadak di Ohio pagi tadi. Disana sudah ada Minki, Sewoon serta Woojin—yang menonton TV namun pandangan mereka kosong.

"Hyung," panggilnya pada Sewoon dan Minki.

"Bagaimana keadaan Seongwu selama aku pergi?"

Sewoon dan Minki saling berpandangan sejenak sebelum menatap Daniel dengan tatapan—

Ah, Daniel paham.

Keadaannya masih sama.

Sejak kejadian itupun, Daniel sama sekali tidak lepas dari Seongwu. Dia selalu ada di Mansion, mengawasinya sambil sesekali berusaha menolongnya dengan memanggilkan psikiater terkenal.

Tapi itu sama sekali tidak berpengaruh—dan jujur saja itu membuat Daniel sangat sedih.

"Kau sendiri yang harus menenangkannya," Jaehwan—yang baru saja masuk setelah melepas mantelnya—lalu menepuk bahunya.

a Mafia Bride [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang