Bab 6

6 1 0
                                    

Keesokan paginya Randi berdiri di koridor sekolah dan cemberut menatap papan pengumuman hasil ujian minggu kemarin. Ia memang sudah memperkirakan tentang penurunan nilainya, tetapi tidak pernah terbayangkan jika semuanya sangat buruk. Ia mendecak pelan, membalikkan tubuh lalu memusatkan perhatian pada dua gadis yang tengah berjalan kearahnya.

"Pagi," Sapa Key tersenyum kepada Randi. "Sedang apa?"

Randi menunjuk papan pengumuman dengan murung, "Hasil kemarin?"

Key mengangguk-angguk pelan, kemudian menyenggol lengan Jina yang ada di sampingnya. "Kau sudah melihatnya, nilaimu cukup baik."

"Mm," Bergantian ia menatap Key dan Randi. "Sudah,"

Randi menarik napas dalam-dalam, menghembuskan perlahan, lalu melangkah mendekati Jina. Satu tangannya ia letakkan di kening gadis itu, "Kau sakit? Apa ada yang terjadi? Kau terlihat sedikit pucat," Katanya.

"Benarkah." Key secepat kilat memutar tubuh Jina agar temannya itu menghadap dirinya. Beberapa kali ia tempelkan tangannya di kening, pipi, serta leher gadis itu. Sedikit panas. "Kau sakit?"

"Semalam aku tidak bisa tidur," Gumam Jina dengan suara serak sementara matanya terus menatap Randi.

"Kalau begitu kau harus istirahat dulu di UKS sampai wajahmu tidak pucat lagi." Kata Key cepat.

"Tidak, tidak perlu. Sebentar lagi juga aku akan membaik." Sela Jina. Ia mencoba memasang sebuah senyuman riang supaya kedua temannya itu tidak terlalu cemas. "Kalian tidak mengenalku, aku Jina." Ia menunjuk dirinya sendiri.

Key menyerngit, "Lagi pula siapa yang menganggapmu adalah Aku." Tukasnya kesal.

Seketika Jina tertawa, di tepuknya lengan Key kemudian mendorong tubuh gadis itu dan Randi agar berjalan lebih dulu di depannya. "Ayo, jangan hanya berdiri di sini. Lebih baik ke kelas."

Sesampainya di kelas, Jina duduk di bangkunya. Keningnya berkerut menatap kedua temannya yang berada di sana ikut duduk di bangku yang ada di depannya. "Kalian tidak ke kelas?"

"Hanya sebentar," Kata Randi cepat. "Ceritakan kepadaku."

"Cerita... maksudmu?"

Melihat Randi dan Jina saling bertatapan. Kontan membuat Key yang ada di sana di landa rasa penasaran yang luar biasa, ini masih pagi dan ia sudah merasa aneh sejak pertemuan tadi. Ketika Randi tidak pernah melepaskan pandangannya pada Jina. "Apa? Apa kalian menyimpan sesuatu yang tidak aku ketahui?" Tanya Key mencoba memecahkan keheningan.

"Kau tidak mempercayaiku?" Randi membuka bibirnya, hingga membuat Jina mengerjap. "Kenapa melakukan itu?"

Jina menelan ludah. Apa yang harus ia katakan. Ia mencoba bersikap tenang dan berharap jika Randi akan melupakan kejadian waktu lalu saat bertemu dengan Morgan. Sebenarnya itu bukan masalah yang besar, tapi kenapa ia merasa sedikit tertekan.

"Kau akan terus menyembunyikannya?" Ucap Randi lagi.

"Ada apa dengan kalian berdua ini?" Key menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Apa di sini hanya aku terlihat bodoh?" Ia menarik napas, kemudian menyentuh tangan Jina. "Rahasia apa yang kau sembunyikan?"

"Itu tidak perlu di perdebatkan," Gumam Jina pelan.

"Begini caramu menganggapku sebagai teman."

Sontak Jina membelalak setelah mendapati perkataan itu. Menurutnya hubungan ia dengan Morgan tidak perlu di permasalahkan, ia tidak pernah menganggap pria itu sebagai keluarga dan alasannya tidak pernah mengatakan, karena ia begitu membenci ketika bibirnya menyebut nama pria itu sebagai saudara tiri.

GOOD TIME MORGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang