4. Minta Maaf.

28 7 16
                                    

Hari ini adalah hari sabtu yang artinya Raina tidak sekolah. Rencananya hari ini adalah jalan-jalan ke taman menghirup udara pagi.

Jam 08:54 Raina sudah selesai bersiap siap Raina langsung turun ke ruang makan.

Ruang makan.

"Raina, kamu mau kemana kok udah rapih?" Tanya Kania yang sedang menyiapkan sarapan.

"Mau jalan-jalan ke taman Mah, hirup udara pagi." Jawab Raina dan langsung mengambil makanan yang sudah disiapkan.

"HELLO EVERYBODY!!!" Seru Leo yang membuat Raina tersedak makannya.

"Jantung gue." Kata Raina sambil memegangi jantungnya setelah minum.

"Gak usah teriak bisa gak sih?!?! Kalo aku jantungan gimana?!" Teriak Raina tapi tak sebesar Leo.

"Gak jantungan kan tapi. Gak masalah kalo gitu." Jawab Leo yang dengan santainya langsung mengambil sarapan.

"Mah, Mama ngidam apaan sih sampe punya anak kayak bang Leo?" Tanya Raina yang kesal.

"Gak tau deh mama juga bingung. Sikap kalian beda banget." Jawab Kania yang jauh lebih bingung dari Raina.

"Raina." panggil Leon yang membuat Raina langsung diam.

"Tadi malam pas Papa ke kamar kamu. Papa liat ada foto kamu sama cowok, siapa cowok itu?" Tanya Leon yang baru pertama kali melihat foto Raina dengan Levin karna baru pertama kali juga masuk ke kamar Raina.

"Levin" Jawab Raina dengan. Singkat, Padat, Jelas, dan jangan lupa Dingin.

"Siapa dia?" Tanya Leon yang belum pernah mendengar nama itu.

"Apa urusan papa?" Tanya Raina balik.

"Karna Papa, orang tua kamu Papa berhak mengetahui siapa aja yang menjadi teman kamu!!" Kata Leon sedikit berteriak.

Sedangkan yang lain tidak mau ikut campur karna setiap Leon dan Raina berdebat dunia terasa milik mereka sendiri. Jika mereka berbicara pun hanya dianggap angin lewat.

"Sejak kapan?" Tanya Raina dengan sinis.

"Sejak kapan, anda berhak mengetahui tentang saya?" Tanya Raina dengan menekan kata Berhak.

"Sejak kamu kecil saya sudah berhak mengetahuinya." Jawab Leon.

"Benarkah? Padahal dulu saat saya hampir mati anda tidak menolong saya justru orang tua Levin yang membantu saya." Jawab Raina yang membuat Leon, Kania, dan Leo terdiam. Ucapan Raina terdengar pahit.

"Saya memang darah daging anda,
Tapi selama 17 tahun lebih saya tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah." Sambung Raina. Perkataannya membuat semua orang yang ada dimeja makan terpaku oleh pikirannya masing-masing.

"Anda lebih mementingkan Pekerjaan anda disaat anak anda sendiri hampir mati!!" Jelas Raina menekan kata pekerjaan dan sedikit berteriak membuat mereka yang semula terpaku. Menjadi kaget baru kali ini Raina berani berteriak kepada orang tuanya.

"Raina.. Abang tahu kamu selalu berusaha dapetin hati papa. Tapi kamu bener papa lebih mementingkan pekerjaannya dari pada anak sendiri." Batin Leo yang mengerti perasaan Raina

"Sudah pahamkan? Kalau begitu saya pergi dulu." Pamit Raina langsung ke bagasi mobilnya meninggalkan semua orang dimeja makan yang merasa bersalah.

Saat diperjalanan Raina tak sengaja melihat ada 3 Gadis yang sedang berjalan di trotoar. Raina yang mengenali siapa gadis itupun menepikan mobilnya dan memanggil mereka.

RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang