PART 5

192 35 2
                                    

Aku tau hanya memiliki raga tanpa jiwanya merupakan pilihanku sejak awal. Tapi bisakah aku egois dan memintanya untuk memberikan hatinya hanya untukku.

Hari senin, merupakan hari yang sangat menyebalkan bagi kebanyakan orang. Karena semua kegiatan menyita waktu akan di mulai di hari senin dengan tumpukan bendel kertas menggunung mengisyaratkan untuk segera moveon pada weekend yang masih terfikirkan.

"Pril, ini buat Lo. Sorry ya gue liburan dadakan." Paper bag bermotif batik itu.

"Santai aja kali Al, lagian lo pulang bawa oleh-oleh aja gue udah seneng pake banget." Alexa tersenyum lebar sedari dulu Prilly selalu mengerti dirinya yang sering pergi berdua dengan kekasihnya kala weekend.

"Eh yang laporan penjualan bulan ini udah Lo terima belum dari Gio. Dari kemarin gue WA jawabannya besok, besok mulu." Alexa memang penanggung jawab laporan sales dilapangan untuk penjualan.

"Ntar juga si Gio bakalan kesini itu anak kan emang kaya gitu." Keduanya memilih melanjutkan pekerjaan lainnya yang juga di kejar deadline.

Seorang wanita berlipstik merah menyala dengan rok span diatas lutut, kemeja pas badan, dengan stiletto merah itu menghampiri meja Prilly dengan angkuh, "Prill, lo di panggil ke ruangannya Bos!"

Tak mau berlama-lama gadis itu segera saja meninggalkan kubikel Prilly yang memang berada di paling pojok.

"Lihat gayanya kaya simpanan OmOm tau nggak!" Alexa berbisik tak suka pada Linda sekretaris bos besar mereka. "Gue heran pasti waktu wawancara kerja tuh demit pake bikini lagi."

"Hust! Ngawur aja udah gue mau ke ruang bos besar."

"Hati-hati jangan sampe lo nggak kembali." Alexa menyungginkan senyuman menggoda, tak mau menanggapi Prilly segera menuju ruangan bos besarnya tak lupa membawa sebuah kotak dengan paper bang hitamnya.

...

Aku mengetuk pintu kaca satu sisi itu dengan sedikit hati-hati, pasalnya aku jarang bahkan hanya beberapa kali pernah masuk ruangan besar pemilik perusahaan. Karyawan rendahan sepertiku memang jarang sekali bisa langsung menghadap bos besar.

Tok tok tok

Aku membuka pintu kaca itu dengan hati-hati melongokan kepalaku yang dihadiahi dengan tatapan geli seseorang yang duduk disinggasananya.

"Ay, aku sudah lapar!" segera ku tutup pintu kaca itu, takut jika ada yang mendengar bisa-bisa aku menjadi bahan gunjingan baru.

"Jangan keras-keras Li!" dia mengerucut sebal, kebiasaanya jika sedang merajuk. Setelah kami bertunangan sekitar 5 bulan Ali lebih terbuka padaku, dia seakan menerimaku walaupun dia selalu berkata maaf tak bisa menjanjikan hatinya. Aku menerimanya dengan lapang dada, dan mengulurkan tanganku menjadi sahabatnya yang lain saat dia sedang membutuhkan. Terdengar bodoh, itulah aku gadis bodoh yang menanggung sakit sendiri karena mencinta.

Semakin hari Ali tak pernah sungkan bahkan malu menunjukan sifat aslinya. Dia begitu berbeda, seperti 2 orang dalam satu tubuh. Dia akan menjadi sosok yang dingin dan tegas jika menyangkut pekerjaan karena sifatnya yang perfectionis sedangkan saat bersama keluarga terdekatnya dia akan menjadi sosok laki-laki mempesona dengan sifat kekanakannya.

"Biarkan! Aku lapar Ay. Kau tau aku tak sempat sarapan karena aku harus menemani Manda yang subuh tadi tiba-tiba menangis." Aku sudah menguatkan hatiku untuk masalah ini. Tapi rasanya masih sakit jika harus kembali diingatkan.

"Ya udah makan, aku sudah masakin kamu nasi goreng seafood." Aku menyodorkan paper bag hitam yang berisi kotak bekal padanya.

"Wah, kamu memang calon istri yang pengertian ya!" dia memakan makanan yang khusus memang aku buatkan untuknya setelah sekitar jam 6 pagi dia mengirimkanku pesan untuk membawakannya bekal.

"Aku balik ya." Tangaku digenggam kuat dia menggeleng,

"Temani aku Ay." Rengeknya.

"Oke tapi kau harus memberikanku hadiah Li, makanan ini tidak gratis." Aku menyeringai menang kala Abi menganggukan kepalanya tanda setuju.

"Kau ingin hadiah apa, Ay?"

"Dinner bagaimana? Sudah lama kita tak keluar makan malam bersama."

"Oke. Tapi besok-besok kamu harus membawa 2 bekal aku tak mau makan sendiri!"

"Siap Pak Bos!" dia tersenyum, senyum secerah matahari yang selalu bisa membuatku jatuh sejatuhnya pada pemiliknya.

"Mau kemana?" dia melihatku yang ingin berdiri dari sofa yang kami duduki.

"Liat ruang kerjanya tunangan!" aku menelusuri ruang kerjanya yang tidak banyak berubah tapi yang menjadi fokusku adalah sebuah mug putih yang beraroma caffein pekat. "Kamu minum kopi sebelum sarapan ya!"

Aku menatapnya nyalang, tapi lihatlah laki-laki itu tak mau menatapku dan sibuk dengan nasi gorengnya. "Ali Mahendra!"

"Maaf, Ay. Habis aku masih ngantuk makanya aku nekat ngopi."

"Nanti kalau maag kamu kumat gimana?" aku seperti ibu-ibu yang memarahi anaknya tapi lihatlah dia malah terkekeh seneng. "Apa ketawa!"

"Kamu lucu Ay kalo marah persis Bunda. Lagian ya Ay mana ada karyawan marahin bosnya, nggak takut dipecat Ay?" Dia menyeringai menang.

Tapi bukan Prilly jika digertak sedikit seperti itu aku bakalan menciut big no!

"Ya pecat aja! Lagian aku bisa kerja di perusahaan lainnya walaupun tak sebesar perusahaanmu tapi setidaknya banyak yang akan menerimaku karena aku memiliki surat rekomendasi. Siapa tau bosnya masih muda." Aku menyeringai menang kala melihatnya kembali cemberut.

"Eh, enak aja! gak boleh!. Besok-besok nggak lagi minum kopi tapi kamu harus buatin aku coklat panas kesukaanku!" dia tersenyum senang.

"Baiklah." Seperti biasa akhirnya aku yang kalah. Ali selalu memiliki cara untuk membuatku kalah dalam setiap perdebatan kami.

"Ay, nanti pulang jangan bareng pengendara motor itu." Aku sedikit bingung. "Pulang bareng Alexa kalau dia sibuk dengan pacarnya aku akan meminta sopir rumah jemput kamu."

Aku tersenyum kala mendengar sedikit nada cemburu yang terselip tapi aku menggelangkan kepalaku tak mau terlalu berharap pada Ali.

"Nggak usah, Li. Lagi pula kemarin itu tak sengaja saja. Aku bisa naik taksi kok." Aku menolak tak ingin membuat orang bertanya-tanya jika aku dijemput oleh mobil mahal.

"Ya udah terserah lah Ay. Ngomong sama kamu itu memang susah." Dia terlihat kesal sampai aku pamit karena sudah terlalu lama dan tak ingin membuat orang kantor curiga.

Terimakasih ya untuk semua yang menyempatkan waktunya ^^

Just You, Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang