PART 12

413 54 6
                                    

Sudah seminggu aku menghindarinya. Bahkan puluhan panggilan dan pesan darinya tak pernah ku buka. Setiap pulang kantor Ali selalu menungguku bahkan mengikuti seperti stalker dan aku memilih pulang bersama dengan Alexa yang dijemput Dani.

Sebenarnya aku sedikit bertanya-tanya saat pertama kali melihatnya yang begitu berbeda. Ali tampak tak merawat dirinya. Yang paling membuatku khawatir adalah tangan kanannya yang terbalut perban.

"Heran gue tu bos kagak punya kerjaan apa gimana sih! Dari tadi diparkiran bawah kagak pulang-pulang." Aku tersentak dari lamunan, ketika Alexa sibuk mengomel tak jelas karena kelakuan Ali.

Sebenarnya aku tak tega melihatnya seperti itu hanya untuk meminta maafku. Aku yakin Bunda Maya pasti sangat kecewa padanya karena aku membatalkan pertunangan kami. Walau aku sudah menjelaskan jika keputusanku karena ketidak cocokan kami satu sama lain, Bunda Maya kekeh akan memberikan anak semata wayangnya itu pelajaran.

Entah mengapa airmatanya jatuh lagi. Memang susah menghapus semua kenangan tentangnya. Walau banyak sekali goresan luka yang dia torehkan tapi tak sedikit juga kisah indah yang coba dia berikan padaku. Entah itu hanya sandiwara pertunangan kami.

"Udah dong Lo jangan mewek mulu. Gue bingung kalo lo mewek mulu." Alexa menepuk-nepuk pundakku berusaha menenangkanku. "Hari ini lo boleh nangis sepuasnya, tapi besok lo harus bangkit. Gue tau lo itu cewek kuat Prill. Dia itu dah salah nyia-nyiain cewek kaya lo. Masih banyak orang yang sayang sama Lo jadi lo harus bangkit gue benci liat lo kaya mayat hidup yang nggak punya gairah untuk hidup."

Dan hari itu aku berjanji pada diriku sendiri untuk tak menangis hanya karena laki-laki yang bernama Ali Mahendra.

.

.

"Hari ini aku harus kuat." Gadis mungil itu berusaha tersenyum masih dengan mata yang bengkak. Hari ini, dia sudah bertekat untuk tak berlarut-larut dalam kesedihan. Melanjutkan hidupnya yang berharga dan bersikap professional dalam bekerja agar tak menyulitkan teman sekamar sekaligus partner satu divisinya.

Prilly membubuhkan makeup yang sedikit lebih tebal dari biasanya untuk menutupi wajah pucat karena menangis semalaman.

Semalam sebenarnya Prilly berniat untuk resign dan hal itu jelas ditolak mentah-mentah oleh Alexa. Menurut Alexa untuk apa Prilly resign lagi pula teman sekantornya tak ada yang tau masalah yang sedang dialaminya. Saat Prilly yang beberapa hari menghilang tiba dikantor pihak HRD hanya menanyainya apakah dia sudah sembuh. Padahal tak pernah sekalipun Prilly ijin sakit atau apapun, bahkan jika memang surat pemecatan sudah dimeja dia akan menerimanya.

"Pagi!" Alexa yang menyemburkan susunya. "Jorok lo, Al."

Gadis tomboy itu mengerjab, memegang kening berponi milik Prilly dengan punggung tangannya. "Lo sehat?"

"Ihk! Lo kok jahat sih! Lo nggak suka kalau gue ceria? Iya!" Gadis mungil itu mengerucutkan bibirnya kesal. "Kemarin gue nangis lo bingung! Sekarang gue kaya gini lo malah kaya orang liat setan!"

"Akhirnya setan cerewet lo balik juga!" teriaknya girang.

"Sialan!"

"Eh mulutnya!"

"Lo yang ngajarin, oneng!" mereka tertawa bersama setelahnya.

.

.

Seharian ini Prilly merasa sedikit lega namun juga bimbang pasalnya Ali tak terlihat sedari tadi.

Ahk! Gak boleh!

Gadis itu menggelengkan kepalanya mengenyahkan semua bayangan bosnya itu. Ingat sekarang hubungan mereka hanya sebatas atasan dan bawahan tak lebih.

"Ngelamun aja sih." sebuah tangan kokoh menyodorkan sebuah cup berisi minuman entah apa. "Ini es coklat, katanya coklat bisa membuat mood seseorang baikan."

Prilly sontak memandang laki-laki didepannya dengan wajah datarnya. "Ngapain sih."

"Ye, aku udah baik hati lho beliin kamu coklat masak nggak ada terimakasihnya. Paling nggak ambil kek pegel nih tangan." Prilly mau tak mau mengambil cup dari tangan Ibra.

"Thanks."

"Gitu doang?"

"Kalo nggak iklas gue kembaliin!" sewot Prilly kesal.

"Kamu PMS ya?" Ibra terkekeh pelan kala melihat raut wajah Prilly. Lebih baik melihat wajah kesal gadis cantik itu daripada harus melihat wajah muramnya.

"Nggak lucu!"

"Kamu cantik kalau senyum." Prilly mendongak, muka laki-laki berkacamata itu ternyata hanya berjarak beberapa centi saja. Sial!

Bugh!

Semua terasa tiba-tiba kala tubuh tegap Ibra terjungkal kesamping dan menimbulkan suara yang keras. Dia terbelalak kaget kala melihat Ali yang membabi buta menghajar Ibra.

"Pak Ali apa yang anda lakukan!" Prilly dengan segala kewarasannya berusaha melerai mereka berdua yang sudah menjadi tontotan gratis beberapa orang yang berada di dekat mereka. "Tolong! Siapapun tolong pisahkan mereka."

Dua orang satpam terlihat menghapiri dan berusaha melerai mereka berdua. Tapi sepertinya usaha tak cukup karena mereka berdua terlihat kewalahan. Jangan salahkan mereka, karena Ali merupakan mantan pemegang sabuk hitam kejuaraan taekwondo saat sekolah.

Prilly terisak, melihat Ibra hanya pasrah dengan luka-luka yang mengeluarkan darah. Dia memberanikan diri, mungkin setelah ini hidupnya di kantor tak akan tenang. Dia tak mungkin membiarkan Ali seperti itu, bisa-bisa Ibra kehilangan nyawanya.

"Kak, sudah aku mohon." Prilly berucap lirih memeluk erat tubuh tegap Ali dari belakang. Menempelkan pipi cubby sembari terisak lirih. "Kak, please aku tak mau Kakak terkena masalah."

Bagaikan sebuah mantra, Ali berbalik menggendong Prilly didepan dadanya dengan santai. "Lemparkan si brengsek itu keluar!"

Kedua satpam yang juga mendapatkan lebam itu mengangguk patuh. Prilly melirik miris kondisi Ibra melalui ekor matanya. Dia tak tak mungkin menunjukan rasa kasihan dengan terang-terangan di depan Ali yang sedang emosi itu.

Memilih diam dan menenggelamkan wajahnya didada Ali mungkin merupakan pilihan. Suara erangan masih terdengar walau samar. Prilly baru kali ini melihat seorang Ali Mahendra benar-benar menakutkan.

Terimakasih sekali untuk yang mau komen dan vote... Maaf ya belum bisa membalas karena lagi banyak tugas dan baru selesai PTS hehe.....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just You, Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang