PART 10

258 41 1
                                    

Gadis mungil itu termangu, memikirkan kembali nasib hubungannya dengan Ali. Mengingat kembali memori yang membentuk sebuah lubang hitam tak kasat mata semakin dalam. Dia ingat saat pertama dirinya menjadi tunangan seorang Ali Mahendra. Bagaimana awalnya Ali menolak karena masih mencintai sahabatnya sendiri. Prilly yang kala itu memang menyukai Ali yang notabene kakak kelasnya berusaha membuat Ali mau menerima perjodohan ini, berharap jika suatu saat hati laki-laki tampan itu akan terukir namanya.

"Kakak, jika kakak tak menyutujui perjodohan ini dikarenakan masalah hati kakak, Prilly tak masalah karena kita juga belum lama mengenal. Aku tak ingin memaksa kakak tapi aku juga tak ingin mengecewakan keluarga kita dengan cara seperti ini." Gadis muda itu mengulurkan tangan dengan senyum yang sangat manis. "Nama aku Prilly Kanaya Dewi, ayo berteman."

Dia lah yang memulai jadi tak salah jika untuk saat ini Ali lebih memilih kembali pada masalalunya. Karena sejak awal dia tau Ali tak pernah menjanjikan hatinya. Tapi mengapa rasanya sangat menyakitkan. Batinnya perih.

Prilly kembali mengeluarkan sebuah benda pipih yang masih menampakan layar hitam. Dia harus bangkit dan segera menyelesaikan semuanya. Dia tak bisa lari terus-menerus.

Gadis mungil itu tersenyum perih ketika melihat tampilan wallpaper yang menampakan wajah Ali yang sedang focus bermain game. Seketika ratusan panggilan tak terjawab begitu juga dengan pesan Whatsapp yang tiba-tiba membludak tersebut.

Banyak sekali pesan Whatsapp maupun panggilan tak terjawab dari Alexa, Ibra dan juga Ali. Kenapa Ali menghubunginya sampai ratusan kali bukannya seharusnya dirinya sedang bahagia bersama Manda kekasih barunya. Prilly mengabaikan semua yang berhubungan dengan Ali dan lebih memilih membaca pesan dari Alexa.

Alexa

P

P

P

Lo kemana si Prill! Gue khawatir lo ilang! Lo gila! Bales WA gue kalo lo masih nganggep gue sahabat!"

Me

Sorry Al, gue lagi di rumah bibi gue di Semarang.

Tak berapa lama sebuah panggilan dari Alexa masuk kehandponennya.

"Hall-" Prilly menjauhkan benda pipih itu dari telinganya begitu suara Alexa yang menggelegar membuat telingannya berdenging.

"......."

"Besok gue bakalan cerita semuanya Al."

"......."

"Iya besok gue balik."

"......."

"Iya."

Prilly menutup teleponnya, panas kupingnya mendengarkan ocehan Alexa. Dia tau sahabatnya itu pasti sedang khawatir berlebih karena selama ini Prilly tak pernah sekalipun menghilang begitu saja.

.

"Kamu benar sudah mau pulang ke Jakarta?" Tanya Budhe Yanti. Prilly mengangguk pertanda benar. "Nduk, masalah tak akan selesai jika kamu terus lari. Walau budhe tak tau masalahmu sebenarnya, tapi selesaikanlah dengan kapala dingin. Kamu sudah dewasa nduk."

Gadis itu memejamkan matanya, meresapi pelukan hangat yang sangat dia rindukan. Walaupun ibu tirinya begitu baik dan selalu menjadi sandarannya. "Terimakasih budhe."

Just You, Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang