PART 6

4.8K 324 11
                                    

"Emangnya kamu nggak mau jadi istri kakak beneran?"

"Hah? Gimana kak?" tanya Rana kebingungan dan kaget. Ia mencoba memastikan apa yang di dengarnya.

"Eh nggak nggak, lupain aja."

Mereka saling terdiam beberapa saat. Aura kecanggungan mulai terasa kembali. Ezra yang ada di pangkuan Rana entah mengapa tiba-tiba diam dan tak mengoceh lagi. Namun, ia terlihat seperti mengejan.

"Dek, kamu nyadar nggak? Itu, Ezra  pup, kena baju kamu dikit kayaknya pampersnya agak miring." Rana langsung melihat ujung baju yang terkena noda berwarna coklat. 

"Ih, kakak. Gimana ini? Aku nggak pernah nanganin bayi pup," ojar Rana panik.

"Tenang dulu! Kamu ajak dia ke toilet dulu, aku ambil perlengkapannya Ezra sama beli baju buat kamu. Buruan gih, sana!"

Mereka berpencar. Rana dan Ezra berjalan menuju toilet. Cakra berjalan menuju basement mengambil perlengkapan Ezra. Tak lupa, Cakra mempir ke sebuah butik untuk membeli baju untuk Rana.

***

"Hallo, Dek? Kamu di toilet mana?

"Di toilet deket lift, cepetan kak."

"Ok, otw ini Dek, Aku tutup ya?" Cakra menutup sepihak panggilan itu dan berjalan menuju toilet tempat mereka berada.

Sebuah chat masuk di ponsel Rana.

Kak Cakra : Dek, aku udah di depan toilet, keluar bentar ya ambil barangnya.

Rana : Masuk aja kak, ribet ini.

Kak Cakra : Ngawur kamu! Masak iya aku masuk toilet wanita?

Rana : Udahlah masuk aja, aku nggak tau cara nanganin bayi. Kosong ini toiletnya. Please lah kak.

Akhirnya, Cakra mau tak mau masuk menghampiri mereka berdua. Dengan cekatan ia membersihkan bagian bawah Ezra, membasuhnya dengan air dan mengeringkannya dengan tisu. Ia mengganti popok dan baju Ezra dengan telaten. Tanpa kesusahan Cakra selesai membersihkan Ezra. Ia seperti sudah biasa menangani situasi seperti ini. Rana dibuat takjub dengan kemapuan Cakra yang satu ini.

"Cepetan ganti baju, ini tadi kakak beliin," ujar Cakra sambil menyerahkan papper bag berisi baju kepada Rana.

Cakra segera keluar dari toilet itu dan menunggu Rana di luar toilet bersama Ezra.

"Udah selesai, Dek?" tanya Cakra setelah Rana menhampiri mereka.

"Udah, kak. Kok dibeliin dress sih?" protes Rana.

"Asal ambil aja tadi, tapi pas kan ukurannya?" tanya Cakra balik kepada Rana.

"Lengannya agak kebesaran tapi nggak masalah kok Kak."

"Kak, kok kakak bisa cekatan banget sih ngurus Ezra tadi?" tanya Rana sambil berjalan di samping Cakra yang mendorong stroller Ezra.

"Sudah terbiasa. Dulu waktu koas  waktu stase anak ngurus 30 bayi Cuma ditemenin 3 koas lain sama 3 perawat. Hebohnya nggak ketulungan, mana 10 minggu lagi di stase anak. Dulu juga waktu kerja jadi dokter umum juga pernah di tempatin di NICU 6 bulan. Ampun deh Dek, waktu jaga malem bayi-bayi itu nangisnya udah kayak lomba. Mau nggak mau kan harus cekatan nanganin bayi-bayi itu," jelas Cakra panjang lebar yang sudah seperti curhat pada Rana.

"Kok kakak betah sih?" tanya Rana penasaran.

"Ya gimana, udah terlanjur nyebur, daripada setengah-setengah ya mending basah sekalian. Dikuat-kuatin, masa iya mau putus tengah jalan. Tapi ada bahagianya juga. Percaya deh sama kakak, senyumnya bayi itu nular. So, kalo kita lagi badmood terus lihat makhuk polos itu anteng sambil senyumin kita itu rasanya nggak tergambarkan. So far, Itu moodbooster paling ampuh."

Pembicaraan mereka berlangsung hingga tak sadar mereka sudah memutari mall itu. Akhirnya, mereka berjalan menuju basement untuk pulang.

***

"Kak? Ini Ezra nggak dibalikin dulu? Mau dibawa pulang?" Ezra berada di pangkuan Rna dan masih memainkan jari-jarinya.

"Besok aja udah sore, mama pasti seneng kok kalo Ezra juga di rumah," balas Cakra dengan santai.

Tak terasa mobil Cakra sampai di depan pintu gerbang rumah nan luas itu, satpam rumah itu segera membuka gerbang. Cakra akhirnya memarkirkan mobilnya di carport rumah itu.

"Sini, biar aku aja yang gendong." Cakra meminta Ezra dari pangkuan Rana. Ia keluar dari mobil diikuti Rana mengekor di belakangnya.

Mereka memasuki rumah dan melihat Om Danu dan Tante Wina di ruang keluarga.

"Cakra! Anak siapa itu kamu bawa pulang?" tanya Om Danu terkejut melihat bayi di gendongan Cakra.

"Itu Ezra, pa. Bayi di panti yang mama ceritain. Yang nempel banget sama Cakra itu loh, Pa." Tante Wina memberikan penjelasan kepada Papa yang terlihat kebingungan.

"Oh, yang itu," sahut Om Danu.

"Ngomong-ngomong, kalian cocok juga bertiga gitu, kayak keluarga bahagia aja," ujar Tante Wina asal kepad mereka.

"Ih Mama apa-apaan sih, ngawur aja kalo ngomong," ujar Cakra mencoba mengelak. Sedangkan di samping Cakra, Rana sudah memerah menahan malu.

"Udah Ezra sini dulu sama Mama. Kalian mandi dulu sana, sudah sore."

"Mandi nya di kamar sendiri-sendiri ya? Awas kalian!" ujar Tante Wina usil.

"Ma, jangan mulai deh usilnya." Cakra yang sudah berada di tangga berhenti sejenak. Ia mulai sebal dengan tingkah mamanya yang sudah mulai menjaili dan menggoda mereka.

Sedangkan Rana yang berada di belakang Cakra hanya terdiam menahan malu digoda Tante Wina habis-habisan.Ia tak menyangka Tante Wina bisa seusil ini. Kali ini, Ia hanya ingin menyembunyikan wajahnya di kamar. Itu saja, tak lebih.





Notes:

koas (coass atau co-assistant) : Mahasiswa kedokteran yang sudah selesai kuliah yang lagi ambil profesi supaya dapat gelar dokter.

NICU: (Neonatal Intensive Care Unit) : ruang perawatan intensif di rumah sakit yang disediakan khusus untuk bayi baru lahir atau yang mengalami gangguan kesehatan.

Semoga suka ya sama ceritanya. Krtik dan sarannya dipersilahkan. Vote and comment nya jangan lupa yaaa. 🤍🤍🤍💕💕💕

[IM]PERFECT FATE - UNPUBLISHED SEBAGIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang