PART 8

3.9K 290 33
                                    

Rana's Side

"Rana, berhenti di situ." Kak Cakra berujar di situ seperti sedikit berteriak.

"Kenapa sih kak?" ujarku dengan sedikit malas karena lelah.

Ia tak menjawab,kedua tangannya terulur tiba-tiba di pinggaku. Ia seperti ingin memelukku dari belakang. Aku hanya mematung dan otakku hanya kosong tak bisa menebak apa yang ia akan lakukan.

"Kak, apa-apaan sih peluk-peluk. Tangannya ih," kataku sedikit ketakutan.

"Diem dulu! Kamu nggak nyadar lagi dapet tamu bulanan? Ini rok kamu merah-merah belakangnya. Jangan negative thinking ya, ini aku cuma mau kasih sweater di pinggang biar nggak ada yang ngelihat," tegas Kak Cakra kepadaku.

"Eee..eh? Iya kah?" tanyaku terkejut dan malu. Ia tak menjawab dan menalikan lengan sweater itu di pinggangku.

"Udah sana, cepetan masuk rumah," ucapnya sambil mengacak-acak rambutku.

Aku segera berlari menuju dalam rumah karena tidak kuat menahan malu. Aku sangat malu dengan hal tadi dan langsung menuju kamar. Aku sempat melihat Kak Cakra tertawa sejenak dengan kelakuanku. Aduh, bisa-bisanya aku ini mempermalukan diri sendiri.

End of Rana's side

Sore ini terasa sunyi. Rana terhanyut dengan novel klasik yang ia baca. Hanya ada ia sendirian di rumah ini. Ia asyik membaca kisah fenomenal karya Jane Austen itu. Di kursi taman belakang ini, semilir angin menerpa rambut terurainya. Sepertinya mereka ingin menemani Rana di sore yang sunyi ini.

"Baca apaan? Serius amat sih, Dek." Rana terjengit kaaget mendengar suara Cakra.

"Eh, kakak. Baca Pride and Prejudice. Kok udah pulang?" tanya Rana balik.

"Kan tadi dapet shift pagi, kebetulan pasien nggak begitu banyak."

"Oh, gitu. Kakak ambil spesialis apa sih?"

"Ambil spesialis Penyakit Dalam, kenapa memangnya?" tanya Cakra balik.

"Nggak apa-apa. Kenapa nggak ambil spesialis anak kan kakak suka anak-anak? Lulusnya berapa tahun sih kak kalau sekolah spesialis kedokteran itu?" tanya Rana penasaran.

"Banyak banget sih tanyanya," jawab Cakra sambil terkekeh.

"Ya, nggak apa-apa lebih pengen jadi internis aja. Lulusnya sekitar 9 semester, ya sekitar 4,5 tahun. Aku udah tahun ketiga, kira-kira 1,5 tahun lagi lulus. Kamu tadi sudah makan?"

Pertanyaan Cakra dijawab gelengan oleh Rana.

"Dari tadi siang belum makan?"

"Tadi udah dikit dibikinin salad mbak Ira, hehehe. Nggak terlalu suka makan nasi sering-sering." Mbak Ira adalah salah satu asisten rumah tangga di rumah Tante Wina yang biasanya mengurusi dapur.

"Pantesan badan kamu kurus kayak gitu," ejek Cakra kepada Rana dan Rana hanya terdiam.

"Yaudah ayo bantuin aku masak, Mbak Ira udah pulang keliatannya," ujar Cakra kepada Rana yang kebingungan.

"Kakak bisa masak? Seriusan?" tanya Rana bingung dan kaget.

"Bisalah, memangnya kamu nggak bisa masak?" tanya Cakra balik.

"Nggak, hehehe. Eh bisa sih, cuma masak air aja."

"Ya sama aja itu namanya."

"Ngomong-ngomong Tante Wina sama Om Danu kok belum pulang kak?" Rana bertanya kepada Cakra.

"Oh, iya lupa mau bilang. Tadi mama bilang pesawatnya delay, kemungkinan besok pagi baru sampai," jelas Cakra dan Rana mengangguk dengan penjelasan itu.

[IM]PERFECT FATE - UNPUBLISHED SEBAGIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang