P R O L O G

265 20 1
                                    

Rintik hujan yang membasahi bumi semakin membuat malam ini begitu berbeda, semua nampak begitu indah bersama ritme indah yang dihasilkan oleh alunan alami dari hujan yang kian lama semakin deras, dibawah derasnya hujan aku memahami makna bagaimana kita cara kita agar tetap menjadi kuat meski telah jatuh berkali-kali dan tetap menciptakan ritme indah meski dalam kesunyian.

Aku melihat sekelebatan seseorang dibalik jendela kamarku, ia berdiri tegak memandang lurus kearahku dengan tatapan penuh tanya, seluruh tubuhnya sudah terbasahi oleh hujan yang juga ikut membasahi pipiku. Aku melihatnya begitu kedinginan dibawah hujan malam ini, tubuhnya sangat menggigil dan wajahnya begitu pucat. Sesekali ia mengusap wajahnya karena terpaan air hujan yang mengguyur tubuhnya, mata sayu nya yang membuat aku tidak lepas dari penglihatanku malam ini, dan hal itu membuat aku semakin merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi sejauh ini.

Hujan semakin deras membasahi seisi kota Semarang sedangkan malam semakin larut membuat aku tidak tega melihat dia yang sedari tadi berdiri di luar sana bersama derasnya air hujan. Hatiku kian rapuh dan langkahku semakin berat untuk menghampirinya, ku kumpulkan seluruh niat dan kemantapan hati memberanikan diri untuk menyingkirkan ego dimasa lalu. Dan akhirnya ku putuskan untuk keluar rumah dengan membawa seluruh keberanianku mengizinkannya masuk kerumah untuk membersihkan diri dan menghangatkan badannya.

Dari kejauhan dia sudah melihat kearahku seperti banyak harapan yang ia pikul disana, aku menghampirinya dengan membawa payung untuknya. Mungkin payung ini tidak akan berarti buatnya karena memang dari tadi dia sudah basah kuyup karena kubiarkan diluar bersama hujan yang begitu deras. Hatiku semakin berdetak kencang dan ragaku seolah tidak dapat digerakkan ketika tubuh ini tepat berada didepannya, memori lama seolah terulang kembali yang membuatku tersadar akan penantian yang begitu lama tidak akan begitu indah karena memang aku dan dia tidak ditakdirkan menjadi kita.

Gemuruh petir diantara hujan bersaut-sautan menyadarkan aku yang telah lama berdiri mematung dihadapannya tersadar. "Ini payung untukmu, masuklah kerumah" sambil ku sodorkan payung yang ku pegang tadi, kemudian mengambil langkah cepat dan segera meninggalkan dia yang masih mematung menerima payung dariku. Setelah aku sampai di depan pintu aku menoleh ke belakang dan melihat dia masih berdiri tegak disana dengan tetap memandangku tajam, mengapa dia begitu betah berada dibawah hujan sederas ini, pikirku.

.
.
.
.


Assalamualaikum wr.wb
Haii semuanya.. semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT, Amiin.
Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca ceritaku, semoga kalian semua terhibur dengan jalan ceritanya yaa!

Jangan lupa tinggalkan jejak ketika selesai membaca yaa, author akan balas komenan kalian. karena itu akan membuat author lebih semangat dalam menulis cerita untuk kalian semua..

"Islammu Mahar Terbaik"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang