Tepat pada hari ini Perpisahan Sekolah di langsungkan, para siswa datang dengan kedua orang tua masing-masing, karena dari pihak sekolah memang turut serta mengundang orang tua siswa untuk menyaksikan perpisahan sekolah anak-anaknya.
Perpisahan tahun ini digelar sangat meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumya, karena prestasi tahun ini begitu membanggakan dan mengharumkan nama sekolah. Dimulai dari lomba tingkat Nasional hingga International yang diikuti oleh Leon dan Zahra.
Leon menjadi perwakilan dari seluruh siswa untuk berpidato diatas panggung, dia begitu terlihat gagah dan berwibawa dalam penyampaian kalimat demi kalimat yang terlontar dari mulutnya. Sesekali Leon menoleh kearahku dan tersenyum manis padaku, hal itu sontak membuat tanda tanya besar bagi Umi dan Abi.
"Sayang.. sepertinya yang berpidato itu suka liat kearah sini ya! Sambil senyum-senyum juga, apa dia senyum ke kamu? Anaknya tampan dan publick speekingnya bagus!" Ucap Umi membuat jantungku semakin berdetak kencang, karena memang dari awal pidato Leon selalu nengok ke arahku.
"Oh itu sahabatku mi, Namanya Leon! Dia yang dapat nilai tertinggi pada lulusan tahun ini, dan dia sering ngajarin Nadia kalo Nadia ga paham sama materi yang diajarkan oleh guru, terus dia juga suka bantuin Nadia kalo lagi banyak masalah mi, pokoknya Leon itu orangnya baik banget deh, udah pinter, supel, dan humble lagi! " Ucapku panjang kali lebar biar Umi ga nanyain hal-hal yang membuatku canggung lagi.
"Oh pantesan dia suka liat kesini tertanya sahabatan sama Nadia to!, Leon satu pesantren sama kamu? Pasti kamu diajarin tentang cara menghafal Al-Qur'an dan makhorijul hurufnya kan? Hafalan Al-Qur'an sampai mana?" tanya Umi bertubi-tubi membuatku reflex membulatkan mata dihadapan Umi.
"Nadia! tidak boleh gitu sama Umi, tidak sopan" Ucap Umi karena melihatku reflex melebarkan bola mataku.
"Eeemm.. ma'af Umi, Nadia ga sengaja! Tadi Nadia kaget aja sama pertanyaan Umi, jadi Nadia reflex gini." Jawabku canggung serta merasa bersalah karena telah tidak sopan didepan Umi.
"Lah Umi kan bertanya hal yang wajar Sayang!" Ucap Umi lembut kepadaku.
"Tapi Miii.. keyakinan kita itu tidak sama dengan keyakinan Leon Mi."
"Maksud kamu Leon non islam?"
"Iyaa Umi.."
"Kurangi berbaur dengan orang yang beda agama ya Nad, Umi takut kamu tidak bisa menjaga iman dan Al-Qur'an kamu" Ucap Umi dengan tatapan wajah datar.
"Iya Mi..." jawabku pasrah mendengar perkataan Umi.
"Minggu depan Nadia harus berangkat ke Gontor ya! Karena 1 bulan lagi kegiatan pesantren disana akan segera aktif, Nadia sudah siap kan?"
"Iya Mi, Nadia siap! Apapun yang Umi pilih untuk Nadia pasti itu yang terbaik buat Nadia" Ucapku sambil tersenyum ke arah Umi, dan dibalas senyum Umi yang begitu menyejukkan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Islammu Mahar Terbaik"
Teen Fiction" Ajari aku mengenal Tuhanmu Nadia! Aku tahu jika aku ingin memilikimu maka aku harus mendekat kepada penciptamu, merayu penciptamu agar diizinkan untuk membahagiakanmu lebih lama ". Ucap Jason dengan lembah lembut membuat hati Nadia terkagum, dan t...