"Ra!" panggilku kepada Zahra dengan suara pelan karena takut mengganggu teman-teman lain yang sedang belajar.
"Iyaa TUAN PUTRINYA PANGERAN LEON!" Jawab Zahra dengan nada sangat keras sampai semua yang sedang belajar menoleh kearah kami berdua.
"Tuh kan pada nengok ih, pelan-pelan ngomongnya ara cantiik!" ucapku ketus kepada Zahra.
"Iyaa maaf Nad kelepasan hehehe.. yaudah lah yuk cerita aja, hiraukan mereka yang menatap kita, kan kita cantik jadi ga salah dong mereka ngelihatin kita" jawab Zahra dengan muka sok polosnya.
"Aku.... Aku rindu Leon ra!"
"NAAH KAN KAMU MAU NGOMONGIN LEON!" Ucap Zahra dengan nada lebih keras sampai semua menoleh kembali kearah kami, Zahra memang orangya suka ngomong dengan frekuensi nada diatas 20.000 Hz.
"Ga jadi cerita ah, kamu ngomongnya keras mul dari tadi, malu tau diliatin terus sama mereka" Ucapku dengan nada merajuk.
"Maaf Nad kali ini aku bener-bener reflex serius deh, aku kaged baru kali ini kamu mau curhat tentang cowok" timpal Zahra dengan nada meyakinkanku.
Aku menceritakan segala apa yang aku rasakan saat ini kepada Zahra, karena cuma Zahra yang selalu ngertiin posisi aku bagaimanapun keadannya. Aku menceritakan dari awal aku mengenal Leon, bagaimana Leon memperlakukan aku sejak awal kita ketemu, karena selain Zahra ada Leon juga yang selalu siap membantu setiap masalah yang menghampiriku.
"Aku belum siap jauh dari Leon Ra!, aku masih butuh Leon saat aku ada masalah apalagi sejak kamu sibuk dengan berbagai lomba yang kamu ikutin, aku jadi merasa sendirian dan Leon juga selalu datang disaat yang tepat Ra"
"Nad! Leon pernah cerita sama aku tapi ini udah lama banget, dan aku baru berani ngomong ini ke kamu. Sebenernya Leon itu cinta sama kamu Nad! Tapi dia tidak berani ngomong langsung takutnya nanti kamu rishi atau gimana-gimana dan Leon ga mau kalau harus jauh dari kamu, jadi dengan cara kita sahabatan Leon bisa lebih leluasa menjagaga kamu Nad!" Ucap Zahra panjang lebar menceritakan tentang bagaimana sikat Leon terhadapku, yang bahkan aku tidak mengetahuinya sama sekali karena memang aku Cuma menganggap Leon sebagai sahabatku, dan ini terlalu rumit untuk siswa SMP merasakan apa itu Cinta.
"Kamu ga merasakan perhatian yang diberikan kepadamu selama 3 tahun ini Nad? Kamu ga merasa perlakuannya ke kamu itu beda dengan perlakuaanya kepada orang lain" ucapnya lagi.
"Ih Araa, kita kan masih kecil ga boleh sama hal-hal kaya gitu, lagian kita juga beda dengan Leon, dan sampai aku dewasa pun Allah ga akan pernah meridhoi hubungan aku sama Leon kan?" aku bingung mau ngomong apalagi masalah perhatian Leon yang memang beda kepadaku.
"Siapa tau kalau udah dewasa nanti Leon jadi muslim untuk mendapatkan cinta kamu Nad!" Ucap Zahra membuat aku semakin bingung
"Ra... ga boleh ah ngomong kaya gitu, biar dia tetap dengan kepercayaannya dan kita dengan kepercayaan kita masing-masing. Lagian kalau emang Leon ingin masuk islam harusnya ia melakukan hal itu karena Allah kan? Bukan karena aku Ra!" Jawabku ke Zahra yang ngomongnya ngaco dari tadi.
"Yaudah yukk bukunya diberesin terus tidur Ra, udah tengah malam ini, besok subuh ada setoran hafalan juga kan!" ucapku lagi untuk mengakhiri topic mengenai Leon malam ini.
Kami bergegas membereskan buku dan kekamar mandi kemudian tidur merangkai mimpi dan kembali terbangun untuk mewujudkan mimpi itu.
.
.
.
.Assalamualaikum wr.wb.
Semoga selalu dalam lindungan yang maha esa yaa reader.
Ma'af yah baru sempet up, jadwal kuliah udah mulai padet, tapi tetep disempetin up cerita buat kalian semua kok 👌
Terimakasih sudah membaca ceritaku,
Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca 👌
.
Sampai ketemu di part selanjutnya yaa..
See U
KAMU SEDANG MEMBACA
"Islammu Mahar Terbaik"
Teen Fiction" Ajari aku mengenal Tuhanmu Nadia! Aku tahu jika aku ingin memilikimu maka aku harus mendekat kepada penciptamu, merayu penciptamu agar diizinkan untuk membahagiakanmu lebih lama ". Ucap Jason dengan lembah lembut membuat hati Nadia terkagum, dan t...