"Bang Aan?" Fayi memanggil orang yang berdiri membelakanginya dengan sedikit ragu.
"Abang?" panggilnya lagi karena orang tersebut hanya bergeming.
Fayi melangkah kecil mendekati orang itu namun, semakin Fayi mendekat orang itu seakan semakin menjauh.
"Bang Aan!" panggilnya yakin.
"Abang jangan tinggalin Fayi!" teriaknya saat Ansyari melangkah semakin jauh.
"Bang Aan! Abang! Jangan tinggalin Fayi!"
Fayi semakin berteriak histeris karena kakinya seakan ditahan sehingga ia tak bisa mengejar Ansyari.
"Abang jangan pergi!" Isakan kecil keluar dari bibirnya.
Fayi duduk tersimpuh dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ia sangat ingin mengejar Ansyari yang kini sudah sangat jauh meninggalkannya.
"Abanggg!" teriak Fayi dengan suara sumbang.
"Abang jangan tinggalin Fayi lagi," ujarnya dengan suara yang bergetar.
Fayi menangis sesenggukan seraya memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Ia mencoba meraup udara sebanyak-banyaknya.
"Abang.." lirihnya saat Ansyari berbalik badan menghadapnya.
"Bang Aan jangan pergi.."
Ansyari seakan tak mendengar rintihan pilu Fayi, ia malah tersenyum lembut lalu melambaikan tangannya dan kemudian hilang dalam sekejap mata membuat Fayi berteriak histeris memanggil-manggil namanya.
Apakah kini dunianya benar-benar akan pergi?
Fayi mengerjapkan matanya dengan napas yang memburu. Keringat dingin membanjiri pelipisnya.
Mimpi buruk lagi.
Fayi kemudian mendudukkan dirinya mencoba mentralkan deru napasnya.
"Bang Aan.." gumam Fayi seraya mengusap kasar wajahnya.
Mimpi kali ini sangat berbeda dari biasanya. Kali ini Ansyari pergi dengan senyumannya, bahkan ia melambaikan tangan kepada Fayi seakan ia akan pergi selama-lamanya.
......
Fayi menatap Fikri yang berdiri di balik kasir sedang melayani pembeli. Entah kenapa rasa tak nyaman di hatinya seketika sedikit berkurang saat melihat Fikri, mungkin karena mereka berdua kembar identik sehingga Fayi merasa seakan ia melihat Ansyari.
Fayi memutuskan untuk menghampiri Fikri saat pembeli tadi sudah keluar dari mini market.
Saat Fayi membuka pintu Fikri menoleh ke arahnya lalu tersenyum tipis. Fayi menahan tawa gelinya, ini pertama kalinya seseorang yang ia panggil 'Abang Triplek' tersenyum menyambut kedatangannya walaupun hanya dengan senyuman tipis.
"Pa kabar, Bang?"
"Baik," jawab Fikri singkat dengan ekspresi datarnya.
Fayi mendengkus kesal karena Fikri tak menanyakan balik kabarnya.
"Lu gak ada niatan gitu Bang, nanya kabar gue atau apa kek gitu?"
"Nggak."
"Udah makan?"
"Udah."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Brother
Короткий рассказDalam pencarian ada dua hal yang mungkin akan kau dapatkan, menemukan atau mengikhlaskan.