Hukuman

54 25 22
                                    

Haiii!!! Maaff telat up! Kadang suka males, entahlah:v

Oiya maaf, aku ganti cover, sama judul. Tapi ceritanya masih sama kok hhe.

Tinggalkan jejak mu, agar memberi semangat kepada penulis.

Happy reading🦋

Langit sudah mulai gelap, tidak baik jika pergi keluar rumah lama-lama. Zupiter dan ketiga temannya kini sedang beranjak pulang dari warung tersebut. Nangis nya berhenti sejak 5 menit yang lalu.

Hening. Tak ada satupun dari mereka yang membuka obrolan. Karna kejadian tadi di warung membuat Zupiter sangat terpukul dan merasa kecewa. Mereka hanya tidak ingin mengganggu Zupiter karna dia terlihat sangat bersedih.

"Temen-temen, kita kan sebentar lagi naik kelas VIII nih, kira kira kalian lanjut SMA mau dimana?" Tanya Zupiter akhirnya

"SMA? Masih jauh elahh,, kelas 3 aja belum Zu" Ujar tobby

"Emmm Zu, aku mau nanya sama kamu. Emang bener ya kak Rawel itu pake nama kamu biar jadi model?" Tanya Andini tiba-tiba merubah topik pembicaraan. Zupiter pun mematung di tempat.
Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Andini membuat Rafka dan Tobby berhenti melangkah dan menatap tajam ke arahnya. Andini yang mendapat tatapan mengerikan dari kedua teman nya refleks menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menyadari bahwa perkataannya tadi kembali melukai Zupiter.

"Eh ma-maaf Zu, aku ga- ga bermaksud sumpah Zu. Mmaaf" ucapnya terbata-bata menyesali perkataan nya.

Zupiter membalikan badan menghadap Andini yang berdiri di belakangnya, sambil mengulas senyum manisnya. "Kamu mau tau Andini? Tapi nanti ya setelah keadaan aku baik-baik aja" ucapnya lembut dengan senyuman khas nya

"Eh, iya Zu maaf sekali lagi"

"Gapapa Andini. Yuk pulang udah mendung ni" ajak Zupiter kepada teman-temannya

Mereka hanya mengangguk, lantas melanjutkan perjalanan nya yang terhenti.  Tak butuh waktu lama, akhirnya mereka tiba di rumah masing-masing.

Zupiter berpisah dengan ketiga temannya, rumah Zupiter dan mereka berbeda arah jadi mau tidak mau dia harus membela dirinya sendiri jika nanti dimarahi tanpa bantuan teman-temannya.

Dengan langkah gontai, dia memasuki pekarangan rumahnya, lalu memencet bel disebelah pintu, berharap yang membukakan pintu itu art dirumah ini, bukan Raisya atau pun mereka.

Tengnong

Zupiter menghembuskan nafasnya was-was, takut yang membuka pintu rumahnya adalah ibunya, jelas dia belum siap jika harus berhadapan dengan ibunya.

Ceklek

"Alhamdulillah" batin nya legah setelah melihat yang membuka pintu rumahnya itu Mbak Vega_asisten Raisya.

"Oh kamu Zupiter, dari mana kamu?" Tanya Mbak Vega

"Ah iya mbak aku dari lapang, habis main hhe, em aku ke kamar dulu ya mbak" ucap nya sopan sambil, lalu berjalan kedalam rumah.

"Heh!" Ucap seseorang dengan nada yang ketus

Aku tersentak kaget saat mendengar suara berat milik laki-laki yang memanggilku. 'Tidak mungkin ayah' batinnya. Lalu siapa?

Zupiter menoleh ke asal suara itu. Dia kaget ternyata yang memanggilnya adalah kakak laki-laki pertamanya, 'Arga samudra'. Dia baru saja pulang dari London untuk liburan bersama dengan teman-temannya. Dia memang seperti itu selalu menghambur-hamburkan uang untuk suatu urusan yang tidak penting.

Zupiter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang