dirumah tua

17 8 5
                                    

Berjalan sendirian tak tau arah tujuan. Hembusan angin sore yang dingin menyerpa kulit gadis ini hingga menusuk pori-pori nya.

Langit yang tadinya biru cerah, kini berubah menghitam, pertanda akan turunnya hujan lebat. Disertai gemuruh petir yang menyambar bumi membuat siapapun bergidik ngeri. Ketakutan.

Pertahanan Zupiter semakin runtuh, dimana dia sekuat tenaga menahan tangisnya dijalan karena malu. Air matanya jatuh, bersamaan dengan rintikan air hujan yang kini mulai membasahi nya, seakan ikut menangis karenanya.

Dia berjalan tanpa henti, tangisnya sudah mereda dari beberapa menit yang lalu. Tapi hujan sama sekali enggan mereda, seakan ia tak mau meninggalkan gadis ini sendirian.

"Huhh awet banget sii hujan nya, pake formalin kali ya"

........

Sekitar 2 jam dia berjalan meninggalkan rumah nya, kini dia sampai ditempat yang tak asing bagi nya. Sebuah rumah tua yang kumuh, bernuansa hitam dan putih. Dia tidak tau kenapa kakinya melangkah kesini, padahal niat nya barusan ingin menemui Andini. Sahabatnya.

Rumah tua bernuansa hitam putih yang kumuh. Berdiri diantara pepohonan rindang, rumah mewah dengan gerbang yang besar dan tinggi membuat Zupiter teringat akan sesuatu di masa lampau nya.

"Tempat ini lagi" ucapnya dengan tatapan sendu

"Ayahhhh Zu--rindu, hiks hiks" ucapnya kembali menangis

"AYAAAHHHHHH" teriak Zupiter histeris mengeluarkan semua tenanganya

"KEMBALI... hikss... mereka jahat ayah... Hikss... Apa ayah tau,, Ayah Hans juga sepertinya mulai terpengaruh oleh kak Rai dan Tante--Maryam.

"AYAAAHHHHHHHH" teriak nya dengan suara yang naik satu oktaf. Untung nya keadaan di sana sepi, karna sedang hujan. Jika saja ramai, mungkin dia sudah dianggap gila oleh masyarakat.

Plukk

"Eh" ucapnya kaget

Tiba-tiba saja Zupiter merasa ada sesuatu yang menimpa punggung nya, suatu benda yang ringan.

Merasa penasaran, Zupiter menghentikan tangisnya lalu menoleh ke arah dimana benda itu menimpanya. Di bawah, sebuah kertas putih kusut yang digulung.

Mata nya celingak-celinguk kesana-kemari. tidak ada orang.

"Apa ada orang ya di dalam sana" gumamnya

Lantas ia berjalan mendekati pagar besar yang menjadi penghalang rumah tua itu. Nampaknya gembok gerbang itu terbuka, lalu dia mendorong nya hingga membuka lebar.

Sungguh terkejut nya dia saat melihat sebuah motor sport berwarna merah sedang terpampang rapi, yang tak jauh dari gerbang rumah itu.

"Berani sekali orang itu memasuki rumah ayah, gerbang rumah juga kebuka. Apaaa-- itu mang ole? Masa pake motor gituan, ck gaya amat" ucapnya entah pada siapa.

Difikir nya motor itu adalah milik mang Ole, penjaga rumah yang katanya milik ayahnya,-Farhan.

Untuk memastikan dugaannya, dia mendekat menghampiri motor sport tersebut, Untuk mengetahui siapa pemiliknya.

Dengan langkah berhati-hati dan hati yang gelisah, dia sudah berada tepat disamping motor tersebut.

"Loh gak ada orang."

"Tapi ko.. ada buku ya."

"hoaa ada gitar juga. Siapa pemilik barang-barang ini. Mang Ole mana punya barang beginian" gumam nya kebingungan

Dia mendekat lalu beralih mengambil satu gulungan kertas kusut, lalu membukanya lantas membaca isi yang tertulis di dalamnya.

Lamat-lamat dia memahami isi yang tersirat dari gulungan kertas tersebut. Membaca nya secara perlahan. Hingga pada akhirnya, saat ia hendak mengambil gulungan kertas yang lain, tiba-tiba suara seseorang mengagetkannya.

"WOY" teriak seseorang dari belakang tempat Zupiter berdiri.

Hal tersebut mampu membuat Zupiter yang sedang fokus membuka gulungan kedua terlonjat kaget. Di dengar nya suara laki-laki. Tapi, itu bukan suara mang Ole, sangat beda.

Dia menggerutu dalam hati, batin nya tidak tenang. Bagaimana jika itu manusia jadi-jadian? Atau begal? Atau pemburu? Ah, pemikiran buruk saat ini telah menguasai otaknya.

Sepersekian detik ia tersadar dari lamunan nya, lalu berbalik ke belakang dimana laki-laki itu memanggilnya.

"LO!" kaget si laki-laki takjub melihat gadis di hadapan nya.

"Lo, yang tadi pagi nabrak gue kan"

Tampak kedua halis Zupiter bertemu, ia bingung. Pasal nya dia sama sekali tidak ingat kejadian tadi pagi.

"Apa?" Balasnya tenang kemudian menampakkan wajah tak berdosanya

Bukan tak ingat, dia hanya bersikap tak acuh pada laki-laki di hadapannya. Itu benar, laki-laki tampan ini adalah orang yang tadi pagi dia tabrak saat berlari mengejar layangan kusut, tapi bukannya memaafkan Zupiter, laki-laki itu malah memancing emosi nya.


TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zupiter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang