Datang - Kembali

31 3 2
                                    

Dan lagi, malam ini kamu memacu keresahanku kembali. Tiba-tiba saja tanpa pertanda yang berarti kamu datang menghampiri, dengan ringan kamu menegur dengan sapaan sayang yang entah berapa lama aku tidak mendengarnya langsung darimu.
‘jiw.’ Tegurmu. Dia membalik nama panggilanku Wiji.

Aku membaca pesan itu, namun aku tidak tahu bagaimana aku harus bersikap dan menjawab. Sebab pesanmu sungguh mengejutkanku di kala sedang asik-asiknya melamun. Malam itu memang terasa biasa saja sama seperti malam-malam sebelumnya setelah kita sepakat untuk memberikan jarak kepada masing-masing agar bisa fokus untuk mencintai diri sendiri.

Waktu terasa berhenti cukup lama dengan baiknya, memberikan jeda untukku berpikir ini nyata atau khayalku saja. Selain jatuh cinta hal yang membuat Homo Sapiens menjadi bodoh adalah putus cinta, aku merasa sangat tolol sebab kesulitan untuk menebak bahwa ini nyata atau tidak.

‘apa? kangen?’ Entah kenapa jari-jari lentikku bergerak semaunya tanpa ada timbang-saring dahulu melalui instruksi Lobus Frontalis. Aku memaki diriku sendiri.

Aku tidak tahu pesan itu bernada apa ketika kamu membacanya, apakah ketus atau mesra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak tahu pesan itu bernada apa ketika kamu membacanya, apakah ketus atau mesra. Hanya kamu yang mampu memberi irama pada hal itu.

‘aku mau bilang ke kamu, selamat untuk berkarya, seperti yang pernah aku bilang ke mama juga kalo kamu punya jalan menuju suksesnya :)’ Secepat kilat kamu membalasnya, tanpa memberikan waktu untukku mengevaluasi apa yang sudah aku lakukan.

Ya memang sudah beberapa kali setelah peristiwa itu, mama dan kamu masih berkomunikasi, bertegur sapa menanyakan kabar, meski begitu aku tak pernah tahu apa yang sebenarnya kalian bicarakan. Wajar saja, kita sempat benar-benar sedekat nadi dan mama sering kangen jika lama tak mendengar atau melihatmu, bahkan sudah menganggapmu sebagai anaknya sendiri sama sepertiku.

‘Harusnya kamu tuh larang-larang dia kalo maen ke rumah, gak usah bawa-bawa mainan sama jajanan buat Aris, mama sama mbak aja udah seneng kok bisa ketemu, ngeliat kamu berdua sama dia.’ Kata mama ketika aku sedang bermain dengan ponakanku Aris yang belum genap dua tahun itu.

Namun, hingga detik ini mama tidak pernah tahu apa yang telah terjadi dengan hubungan kita. Aku masih nge-keep hal ini dari mama, aku gak mau membuat kecewa mama, dan aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan setelah aku menceritakan ini ke mama. Sebab, aku sangat tahu bagaimana sayangnya mama ke kamu, mungkin hanya kamu yang mampu membuat mama bahagia seperti sekarang ini.

Pesanmu menimbulkan tanda tanya besar, sebenarnya ada maksud apa kamu mengirimkanku kata-kata seperti itu. Terlebih aku telah bersusah-payah untuk tidak lagi memikirkanmu dan mencoba berdamai dengan masa lalu. Hal itu tentu saja membuat jengkel perasaan ini, ingin sekali aku meneriakimu, ‘woi, ngapain sih lu tiba-tiba datengin kehidupan gua lagi? Ini hati bukan taman hiburan yang lu bisa datengin kapan pun lu mau.’ Dan tentunya hal itu tidak lah mungkin terjadi. Dengan perasaan tidak menentu aku jawab pesanmu.

Something Without Any LimitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang