Chapter 2

754 91 0
                                    


.
.

Hay guys, aku balik lagi. Jangan lupa VOTE and Komen yah.

Tekan tombol 🌟 di sudut kiri bawah atau kanan atas. Karena, aku butuh apresiasi kalian yang gratis ini 😊😊

Keep enjoy reading till the end

Jangan bosen bosen yah sama ceritanya 😊😊

.
.

.

.

.

.

.

oOo

.

.

.

.

.

Seseorang berlari menerjang siapapun tanpa menghiraukan umpatan yang keluar untuknya. Ia merutuki dirinya yang bangun sangat pagi. Oh, jangan lupa bagi Roseanne Park, jam delapan adalah terlalu pagi, apalagi kebiasaannya yang tidur sangat malam.

Walau Ibunya selalu menyemprotnya dengan pidato ala Ibu Negara, itu sudah kebal baginya. Dan sialnya, ia bangun jam setengah sembilan, itu berarti setengah jam bersiap - siap dan secepat kilat harus mengejar waktu.

Manik cokelat madunya membulat saat melihat gerbang sekolah yang mulai tertutup. Melirik jam tangannya, ia mendecih.

"Ck. Sialan!"

'Padahal masih lima menit lagi.' Decihnya dalam hati, dan ia terus berlari.

"STOP!" Teriaknya dan menjegal gerbang itu dengan kaki kanannya. Ia menghela nafas lega karena gerbang itu berhenti. Bisa - bisa kakinya retak jika tetap di tutup, dengusnya dalam hati. Rose, bukankah itu kelakuanmu sendiri heh?

Gerbang terbuka. Senyum Rose mengembang, ia masuk dan berlari namun...

BRUK!

"Aww..." Rintih Rose karena ia jatuh terduduk akibat membentur sesuatu yang terasa wangi.

Tunggu dulu!

Wangi?

Ia mendongak. Manik cokelat madunya membulat saat ia tahu yang di tabraknya adalah sang Ketua Osis yang kini menyilang kan kedua lengannya angkuh dan menatap Rose datar.

Rose bangun menepuk - nepuk rok bagian belakangnya.

"K-kege... Mianhae yo Sanbae-nim."

"Hm."

Gumaman Jimin berarti 'Ya' bagi Rose. Rose melangkah melewati Jimin, namun tangannya di tarik mundur kembali. Ia mengernyit alis bingung, "Kenapa?"

"Kau terlambat!"

"Tidak kok. Aku masuk gerbang sebelum jam sembilan." Sangkal Rose.

"Kau mau mengelak, heh?"

Rose menghela napas. Ia menunjukan jam tangannya kepada Jimin. "Ini, lihat lah! Jam sembilan kurang satu menit."

Jimin mendengus, kemudian ia menyodorkan jam tangannya kepada Rose. "Jam sembilan lebih empat menit."

"Tidak mungkin." Sangkal Rose. "Jam ku masih benar dan tidak keliru."

"Kau yakin?"

"Yakin. Sangat yakin." Angguk Rose mantap.

Jimin menunjukan jarinya ke dinding sekolah. Di sana terdapat jam digital besar yang memang di pasang di sana. Angkanya menunjukan jam sembilan lebih lima menit sekarang, itu artinya Jimin benar.

Losing My Mind || JiroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang