## Ice Cream ##

34 6 3
                                    


.

.

.

.

.

.

Yesung berjalan gontai di lorong kampus,, seperti biasa saat ini jam paling sibuk untuknya. Sebagai mahasisiwa tingkat akhir, membuatnya harus ekstra belajar dan tentu saja tugas tambahan juga ikut menggunung. Kaki jenjang itu sedang mengejar waktu sebelum ke kelas selanjutnya, dia ingin menemui dosen pembimbingnya. Dan salahkan dosen pembimbingnya yang berada di tempat lain, sehingga membuatnya harus mengejar pembimbingnya itu sampai ke neraka sekalipun.

Setiap mata yang berada di lorong itu selalu menatapnya penuh minat, salahkan wajahnya yang sangat menawan ini. Sehingga membuat mereka semua seperti lepas dari raganya setiap melihatnya. Bahkan belum ada satu wanita pun di Universitasnya yang bisa mengalahkan kecantikannya. Yesung berdecih kecil mengingat itu semua.

Yesung sampai di sebuah kelas, kelas ini tempat para mahasiswa tingkat empat. Dan dia harus jauh-jauh ke sini untuk mengejar dosen pembimbingnya, bila tak penting Yesung enggan berjalan jauh dari fakultasnya ke sini. Dan juga, bila dosen pembimbingnya itu tak tampan Yesung mana mau juga menghampiri dosen tampannya itu.

Setelah mengetuk beberapa kali, Yesung akhirnya masuk setelah sang pembimbing mengijinkannya masuk.

"Maaf mengganggu Pak, saya ingin menyerahkan ini." Ujar Yesung sopan pada Dosennya.

"Bisa kau tunggu di ruangan sebelah, sebentar lagi kelasku selesai. Aku akan langsung merevisinya." Yesung kembali mendekap kertas skripsinya, dan menunggu sesuai dengan keinginan sang dosen tampan.

.

.

.

.

.

.

Yesung yang tengah asik duduk di atas meja, mendadak berdiri saat kenop pintu berbunyi sepertinya seseorang akan masuk. Dan benar saja, dosen tampannya lah yang masuk. Lihat cara berjalannya benar-benar membuatnya bertambah tampan.

"Pak, jangan membuat banyak coretan. Ringankan sedikit okey." Kata Yesung manja. Dosen muda itu hanya menggelengkan kepala, karna sudah cukup terbiasa dengan tingkah mahasiswa satu ini.

Yesung terus memperhatikan Dosennya, wajahnya benar-benar pahatan sempurna dari Tuhan. Oh,, lihat bibir penuh itu terlipat saat membaca kertas itu dengan serius. Bolehkah Yesung mencicipinya sekali,,,, Ah tidak,,, memegang,, bolehkan bila hanya memegang.

"Yesung..." 

"Yesung...." 

"Ohh, iya Pak ada apa?" Yesung kaget saat dosennya ini menaikan nada suaranya, salahkan otak liarnya saat melihat bibir itu.

"Kau melamun?" 

"Tidak, maafkan aku. Jadi bagaimana Pak?" Yesung gugup saat melihat dosennya bersidekap dada. Dia pasti akan mendapat masalah karna tidak memperhatikan tadi.

Dosen itu mencondongkan wajahnya melihat Yesung yang menunduk. Dia melihat anak bimbingnya ini dengan serius. 

"Kau ingin aku buat mengulangi skripsimu?" Yesung menggeleng tentu saja. Mengerjakan empat bab sudah membuatnya kehilangan waktu bermain, dan hanya tinggal setengah perjalanan lagi, kalau sampai di ulang lebih baik dia mati saja.

"Kalau begitu, perhatikan aku ketika aku menerangkan hasil revisiku, agar aku tidak mengulang lagi." Yesung mengangguk. Dan menjadi fokus, mengabaikan hatinya yang sesekali ingin melihat bibir itu lagi.

Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang