Curse 11.3 [1]

69 9 6
                                    

11 Maret 2009.

Bunyi gesekan pisau memenuhi ruangan itu, bersahut-sahutan seakan benda tajam itu siap menghunus dan menikam apapun yang menjadi targetnya.

Rintihan serta isak tangis menemani kesunyian malam, bagai senandung irama yang terus menggema di telinga insan yang mendengarnya.

Gadis pemilik bola mata biru ini hanya mampu berteriak dalam hati, menyalurkan rasa ketakutannya melalui rapalan do'a--- berharap jika seseorang akan datang untuk menyelamatkan orang tuanya.

Melalui celah kecil yang terbuka, gadis ini dapat merekam jelas kejadian apa saja yang terjadi didepan sana. Batinnya memberontak, ingin segera berlari dan memukul kedua pria bertopeng hitam itu. Namun karena ikatan janji--- gadis ini terpaksa membungkam mulutnya serapat mungkin, seperti seorang pengecut yang bersembunyi didalam lemari menyaksikan kekejian dari sang penjahat.

Seharusnya malam ini akan menjadi malam yang penuh kebahagiaan, seharusnya malam ini ia akan mendapat kue ulang tahun yang dibuatkan khusus oleh ibunya, seharusnya malam ini ia menerima kado paling istimewa dari ayahnya.

Sungguh malang nasib gadis itu, belum genap usianya lima tahun--- ia sudah melihat kejadian yang tak pantas untuk ditunjukkan kepada anak seusianya.

Ia benci!

Mengapa hari spesial untuknya malah berujung malapetaka untuk keluarganya?

Pandangan gadis itu berubah kosong, tanpa belas kasihan penjahat itu memenggal kepala ayahnya sampai terputus.

Pasokan udara disekitar gadis itu kian menipis, nafasnya tersengal-sengal bagai lari ribuan meter. Kepalanya mulai berputar, bau menyengat menusuk indra penciuman gadis itu.

Darah!

Darah!

Hanya itu yang memadati saraf otaknya---

---sebelum semuanya menjadi gelap.

.
.
.

Saeng-il chughahamnida! saeng-il chughahamnida!

Jigueseo ujueseo jeil saranghamnida!

Kkochboda deo gobge byeolboda deo balg-ge

Sajaboda yong-gamhage Happy Birthday to You...

.
.
.


One year later...

Jeon Yuri. Gadis manis berpipi gembul itu tersenyum lebar, menampakkan deratan gigi ratanya. Melangkah antusias menghampiri sang ibu yang sedang memegang kue ulang tahun bergambar bunga tulip ungu kesukaannya.

"Thank's mom" ucap Yuri sembari mencium pipi kiri ibunya. Pandangan gadis itu beralih, menatap kearah sang ayah yang tengah tersenyum dengan membawa kotak berukuran sedang ditangannya.

"Thank's dad"

Yuri menutup mata dan menyatukan jari-jemari untuk melakukan wish. Setelahnya, Yuri mematikan sepercik api pada lilin berangka 17 tahun itu dengan sekali tiupan.

Special Day 》ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang