I'm Coming [1]

52 10 3
                                    

Judul: I'm Coming
Genre: Horror
Lenght: Two Shoots
Cast: Sinb, Yuju, Jimin, Jhope
Author: SiderLibra

Disclaimer: Cerita ini hanya fiksi dan saya tidak ada punya niat untuk menjekkan satu tokoh atau gimana.

***

Kaki kurus dengan banyak lebam biru itu melangkah menuju kelasnya. Ia berjalan terseok-seok. Rambut hitam tidak terikat itu menutupi hampir seluruh wajahnya.

Cuaca begitu mendung, sekolah juga masih sepi karena ia datang terlalu pagi. Masih bisa terdengar suara angin berhembus kesana kemari. Suhunya yang begitu dingin, membuat bibir Yuju semakin pucat.

Sekilas mungkin ia terlihat seperti hantu.

Sampai di kelas, Yuju membanting kepala di atas meja, tanpa menghiraukan bunyi debam keras yang ditimbulkan akibat pertemuan kepalanya dan meja kayu.

Kepalanya semakin sakit mengingat kejadian tadi malam. Yuju tertawa sakit.

Ia baru saja keluar dari minimarket beberapa saat lalu, sekarang Yuju tengah mengejar maling yang membawa kabur ponselnya entah kemana.

Dua jam ia berkeliling mencari kemana perginya bedebah yang membawa kabur barang berharganya.

Putus asa, Yuju pulang dengan tangan hampa.

Ia mendapati ayahnya berdiri di depan pintu menunggunya dengan pipa diameter kecil di tangannya. Pria tua itu menanyakan kemana perginya anak gadis tengah malam begini. Namun seakan bisu, Yuju tidak menjawab sama sekali.

Geram karena merasa diabaikan, pria yang selalu Yuju yakini ayahnya melayangkan pipa itu ke betis kakinya. Pukulan demi pukulan ia berikan. Ekspresi anaknya tetap datar.

Yuju diam, tanpa suara, tanpa ringisan kesakitan, dan tanpa air mata. Melihat Yuju yang bahkan tidak melawan sedikitpun, ayahnya menangis tersedu-sedu sambil memeluk anaknya erat. Tangisannya kian lirih saat mendengar suara tawa yang keluar dari mulut Yuju bukannya tangis.

Mengerikan.

Yuju mengangkat kepalanya saat mendengar beberapa suara bising murid lain yang mulai berdatangan. Tepat saat ia mendapat pengelihatannya kembali, cowok dengan senyum 1000 watt itu muncul dari pintu, lalu menghampiri Yuju yang kini berbalik pada tembok di sebelah kirinya.

"Pagi, bidadari!" sapa Jimin-- anak kelas sepuluh MIPA 4-- dengan ceria. Sejak dua bulan lalu, tidak sehari pun Jimin lewatkan tanpa menemui Yuju. Pada satu minggu pertama, sebenarnya Yuju masih berbicara normal pada Jimin. Meskipun dengan suara pelan dan tergagap, Jimin tidak masalah.

Di lain hari, atas alasan yang Jimin sendiri tidak tahu apa, Yuju menjadi diam total. Lebih murung, parahnya sampai berbalik tembok tanpa mau menatap Jimin tiap kali cowok itu datang berkunjung.

"Bidada--"

"Pergi."

Perintah tak bernada itu Jimin yakini keluar dari mulut cewek yang sedang membelakanginya ini. Senyum Jimin merekah lebar, setelah dua bulan, Yuju kembali membuka suaranya. Lantas ia meninggalkan kelas MIPA 2-- kelas Yuju-- dengan senyum makin merekah.

***

"Sinb!" Cewek itu menoleh pada sumber suara, J hope, kakak kelas yang selalu mengganggu dirinya sejak dulu.

Sinb memutar bola mata, ia fokus pada ponselnya, sesekali melirik ke ujung kelas di mana Yuju sedang digoda oleh Jimin. Demi tuhan Sinb cemburu mati-matian.

"Oh, lo pengen kayak gitu juga, dek?" J hope lalu duduk di sebelah Sinb dan merangkul cewek itu erat. "Gilaaaa mesra banget kita, ya?"

"Ck, apaan sih, kak!"

Sinb melepaskan rangkulan J hope, ia mendesah kesal saat melihat Jimin sudah pergi dari kelasnya. "Kak mending lo juga pergi, deh. Bentar lagi kelas mulai."

"Oke-oke."

J hope berdiri, sebelum keluar, ia sempat mengacak dulu pucuk kepala Sinb. Lagi-lagi cewek itu hanya memutar bola matanya kesal.

***

"Anjing!" umpat Sinb.

Ia memutar wastafel lalu menadah air yang keluar dengan menggunakan kedua tangan. Setelahnya Sinb lalu membasahi wajahnya, membuat wajah kusut itu semakin acak-acakan saja. "Kena lo sama gue, Ju."

***

Pukul lima sore, sekolah sudah bubar dari dua jam yang lalu, semantara Yuju masih belum puas menenggelamkan kepalanya di meja. Seolah meja sekolah adalah bantal paling empuk di dunia.

Yuju yang menyadari hari mulai gelap, ditambah mendung akhirnya menyudahi acara-nya. Cewek itu meraih tas. Yuju berdiri, matanya menyapu pandang pada seluruh ruangan. Ia mendapati tas merah masih ada di sana. Berarti ia tidak sendiri.

Dengan langkah yang terseok-seok dan tidak niat, cewek itu berjalan meninggalkan ruangan kelas, turun melewati anak tangga menuju lantai yang lebih rendah.

Suasana redup, dan mendung membuat siapapun yang sedang di sana pasti akan merinding bulunya. Yuju menarik napas, mencoba meyakinkan bahwa manusia lebih mengerikan daripada hantu.

Cewek dengan rambut acak-acakan itu melanjutkan perjalanannya dengan langkah pelan. Ia mendapati cewek lain yang terlihat seperti menunggu sesuatu di bawah tangga. Yuju berhenti sejenak, jantungnya berdegup kencang, sudah lama perasaan seperti ini tidak datang padanya.

Seluruh tubuhnya mulai gemetar, Yuju menatap lekat-lekat cewek di bawah tangga sana. Apa itu? tongkat baseball di tangannya. Mata Yuju membola, napasnya tercekat. Ia kemudian berbalik hendak melarikan diri dari cewek di bawah sana.

Baru satu langkah, tapi ia sudah berhenti, langkahnya begitu berat. "Yu~ju," lirih cewek di bawah sana sudah seperti bisikan. Namun anehnya bisa terdengar jelas di telinga Yuju karena sepinya bangunan besar ini.

Sinb di bawah tertawa melihat Yuju yang sepertinya menunjukan gelagat ketakutan, ia tersenyum. Kaki panjangnya kemudian berlari ke atas mengejar Yuju dengan langkah terseok-seoknya.

Sinb menyelesaikan anak tangga, berikutnya ia hanya berjalan cepat dengan tawa yang menggelegar ke seluruh bangunan. Dirinya benar-benar kalap oleh amarah dan patah hati.

Melihat Yuju yang sepertinya tidak berhenti berlari juga, Sinb tidak hilang akal. Saat hampir menuju rooftop, ia melempar tongkat baseball yang tepat mengenai betis Yuju membuat cewek itu meringis.

Yuju jatuh, ia menangis, sebelumnya Yuju pernah mendapat siksaan lebih parah, tapi ini, rasanya seperti ia dihampiri kematiannya. Yuju menangis sejadi-jadinya. Cewek itu meraung membuat Sinb makin tersenyum senang.

Sinb menghampiri Yuju yang terduduk memegang kakinya kesakitan, Sinb meraih tongkat baseball, lalu memberikan siksaan lebih pada cewek yang tidak berdaya di depannya.

Ia melayangkan pukulan bertubi-tubi pada betis Yuju yang biru. Tulang kering cewek itu remuk sedikit demi sedikit. Yuju menatap langit yang menurunkan hujan deras seiring ia menangis, seolah menertawaak penderitaan yang ia alami.

Sinb yang belum puas, menendang kepala Yuju. Yuju terbaring lemas diguyuri hujan deras yang juga menyapu seluruh kota. Sinb naik menginjak perut cewek itu sampai ia mengeluarkan darah dari mulunya.

Setelah dirasa tidak berdaya lagi, Sinb menyeret Yuju ke ujung rooftop. Paha dan kaki Yuju ikut tergores karena diseret paksa dari ujung ke ujung.

Sampai di ujung rooftop, Sinb menangis, air matanya tentu tidak bisa terlihat karena derasnya air hujan, hanya, isakannya terdengar jelas di telinga Yuju yang sedang sekarat.

"Gue cinta sama lo, dan kalau lo gak bisa sama... mendingan lo mati aja." Sedetik kemudian, Sinb mendorong Yuju dari atas sana. Yuju terjun bebas, tubuhnya menghantam tanah dari ketinggian lantai tiga sekolah.

Tidak ada yang tahu, bahwa dalam hatinya, Yuju bersumpah. I will come...

Special Day 》ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang