"Orang terdekat terkadang menjadi orang terpintar dalam mengkhianatimu."
-Dila4 Tahun yang lalu
PRANG..
Dalam satu detik guci besar berbentuk memanjang sudah tidak berbentuk lagi. Tidak hanya itu, seluruh kaca yang ada dirumah sudah pecah tak tersisa. Suara benda hancur bersahutan dengan kerasnya.
PRANG..
BRUK...
PRANG..
PRANG..
BRUK...
DOR...
DOR...
DOR...
Dapat dilihat, laki-laki berbadan besar berjajar menghancurkan apa saja yang mereka lihat satu per satu. Pintu, meja, alat dapur, meja makan, sofa dan perabotan rumah tangga lainya sudah tergeletak dilantai dalam keadaan mengenaskan.
"Tuan Ardi yang terhormat, bagaimana kejutan dihari ulang tahun anda? Mau langsung mati atau bersenang-senang dulu?." Si pria berbadan tinggi besar menyeringai devil.
Ardi Dirgantara, pengusaha sukses yang memiliki anak cabang perusahaan dimana-mana. Ardi adalah laki-laki dingin. Ia sudah berkeluarga memilik istri dan 3 orang anak. Namun anak terakhirnya, tidak pernah Ardi kenalkan pada siapapun termasuk para pegawainya.
"Saya tidak menyangka kau sejahat itu Alam!." Desis Ardi sinis.
Bugh... Satu tinjuan melayang membuat pelipis Ardi mengeluarkan darah segar.
"Lepaskan ayahku brengsek!." Desis tajam Aska menampilkan mimik wajah jijik.
"KAU PIKIR KAU SIAPA HAH?!."
DORR....
Satu tembakan tepat sasaran pada seorang laki-laki berumur 19 tahun. Aksara Dirgania, Ia adalah salah satu anak dari Ardi yang sedang menekuni dunia kepenulisan.
Aksa sudah terbujur kaku, dalam sekali tembakan dikepala.
Tepat jam 23.01 Aksa meninggal dunia."Askaaaaaa......... Kakak........" Teriak Nia dan Rania histeris. Nia menangis sesenggukan begitu juga dengan Rania, saudari kembar aksara. Mereka menatap Alam tajam.
Bisa mereka berdua lihat, dari sorot mata Alam, sepertinya ia menyimpan dendam pada keluarganya. Tapi apa? Dan karena apa? Pertanyaan-pertanyaan terus bersarang di otak mereka bertiga.
Keluarga besar Ardi tidak menyangka, Alam Ardana tega berkhianat pada keluarga mereka. Padahal Alam sangatlah dipercaya, ia adalah sekertaris pribadi Ardi dan ketua dari bodyguardnya.
"Apa salah kami pada kak Alam?." Rania menangis tersedu-sedu. Alam sudah ia dan Aksa anggap sebagai kakak sendiri, bagaimana bisa ia melakukan hal sekeji ini pada keluarganya. Benar-benar diluar dugaan.
"Rania cantik, kalian fikir aku benar-benar ingin bekerja di keluarga Ardi si laki-laki tidak tau malu ini? HAH?! JIKA TIDAK KARENA SAYA INGIN MENGAMBIL SEMUA HARTA DIA, SAYA JUGA MALAS, DAN KINI USAHA SAYA BERJALAN LANCAR. Si.bodoh.Ardi.telah.masuk.perangkap. saya." Jawab Alam menekankan kalimat-kalimat akhir. Alam terus meneriaki Ardi dengan umpatan umpatan kasar. Sampai rasanya Rania ingin merobek mulut Alam jika saja tangannya tidak diikat kuat.
"Shit, brengsek." Umpatan kasar melesat begitu saja dari mulut Rania, tak lama...
DOR....
23.33 Rania meninggal dunia ditembak dikepala oleh Alam.
"BERANI SEKALI KAU MEMBUNUH ANAK-ANAKKU. KAU BENAR BENAR ORANG JAHAT ALAM!. PERSETAN DENGAN MU ALAM LEPASKAN ISTRI SAYA BUNUH SAJA SAYA!." Teriak Ardi lantang.
"ANDA PIKIR SAYA AKAN MENYISAKAN SALAH SATU KEKURGA ANDA? TIDAK SEMUDAH ITU ARDI. BAGAIMANAKMU SUDAH MATI, SETELAH INI GILIRAN ISTRI ANDA NYONYA NIA MAULIDIA YANG AKAN MATI TERTEMBAK!." Balas Alam dengan teriakan yang tak kalah lantang.
Alam menyeringai, ia berdiri diantara Ardi dan Nia. Pistol berukuran sedang ia arahkan tepat dikepala Ardi dan Nia. Ribuan umpatan dijabarkan oleh Alam pada Ardi yang terlihat sudah pasrah.
"ANJING!." Bersamaan dengan itu dua pistol terdengar nyaring membunuh Ardi dan Nia. Ini lah puncaknya, membunuh Ardi. Keempatnya terbujur kaku ditempat. Alam tersenyum puas, kini perusahan Dirs'Company resmi menjadi milik dirinya.
00.00 Ardi dan Nia meninggal dunia.
Sebelum menutup mata untuk selama-lamanya, Ardi tersenyum. Ia sedikit lega karena putri terakhirnya bisa selamat. Ardi tahu, anaknya ada dibelakang jendela terhalang tirai.
'lanjutkan hidupmu sayang' ucap Ardi tanpa suara.
DORR...
Sebelum pergi Alam menyempatkan diri untuk menembak Ardi sekali lagi dibagain perut.
»★«
Tanpa disadari. Dibelakang jendela, seorang gadis berumur 13 tahun melihat satu persatu keluarganya dibunuh oleh Alam dengan mata kepalanya sendiri secara live. Teriakan, bentakan, umpatan dengan suara yang keras itu sangat menusuk pendengarannya. Ia hanya bisa diam sambil menutup kedua telinga.
Tak lama setelah seluruh keluarganya terbantai habis, Alam beserta orang suruhannya meninggalkan rumah besar milik Ardi.
Dengan tangan yang masih menutupi kedua telinganya. Ia berjalan menghampiri ayah, ibu serta kakak-kakaknya yang berlumuran darah. Harum darah segar menyeruak diindra penciuman. Ia berjalan kearah dimana Alam membunuh ayah dan ibunya secara bersamaan.
"Jangan tinggalin Nanda. Nanda takut hikss..
Kak Aksa ayo bangun temen Nanda mau kok ditemenin kak Aksa nganterin kue ketetangga baru kita. Hiks.... Ayah.... Bunda.. kak Rania... Hiks... Kak Aksa gak mau nemenin Nanda hiks.... Hua......" tangis pilu itu akan menyayat hati jika saja ada yang mendengar. Namun sayang satu orang pun tidak ada yang mendengar. Hanya Dila, yang ditinggalkan sendirian bersama luka dan ingatan yang akan terkenang seumur hidupnya.Niatnya hanya ingin mengantar kue pada tetangga barunya, namun saat ia ingin pulang ada seekor kelinci berwarna putih jatuh di selokan. Ia tahu itu milik Bima, salah satu tetangganya yang rumahnya berada diujung. Hati tulusnya memerintah Nanda untuk mengembalikan si lucu rab, pada pemiliknya.
Nanda tidak menyangka bahwa ada pembantaian dirumahnya. Ia menyesal telah berbuat baik pada kelinci itu. Mulai saat itu hati kecilnya berbicara bahwa ia tidak akan peduli lagi pada sekitar.
_________________________________________
Jangan lupa
vomment🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M INTROVERT [HIATUS]
Teen FictionFollow sebelum membaca yaaaa... Jangan lupa vote disetiap chapter. Komen juga yaaaa »★« Sesuatu yang berharga, mengapa begitu singkat adanya. -Ananda Dila Dione Juno. Cinta membuat aku bertahan sampai sejauh ini, namun tugasku sudah selesai. Teri...