Happy reading🐻
Typo bertebaran. Komen ya kalo nemu typo.
"Silahkan duduk dulu Dila."
Empat menit berlalu, dan seseorang yang Bumi ajak bicara masih diam ditempat. Mereka paham, sepertinya Dila takut karena didalam ruangan tertutup ini hanya ada kaum Adam.
"Insyallah kita aman dan gak akan berbuat hal aneh kok. Selow." Ucap Bumi si anak soleh kesayangan Mami Mel. Dila masih diam tidak bergeming.
"Duduk" suara tegas Dimas langsung membuat Dila menurut. Dila mengangguk, berjalan kearah kursi kosong disebelah Bambang.
Saat hendak duduk, suara tegas itu kembali terdengar. "Deket gue."
"Iya kak..."
Mereka berdecak heran melihat Dila yang langsung menurut ketika Dimas yang berbicara. Tidak habis, pikir padahal sebelumnya ucapan Bumi sekedar di anggap angin lalu.
"Emang pak ketu paling pol kalo masalah mengintimidasi lawan" ujar Bumi menepukan kedua tanganya beberapa kali.
"Padahal neng, deket abang Bambang lebih nyaman. Bahagia lahir batin" kali ini Bambang yang berbicara seraya mengedipkan sebelah matanya pada Dila.
Dimas mendengus. Dia menatap Bambang tajam seperti mengajak baku hantam lewat telepati.
"Yaelah mas jangan marah lah sama adek" bujuk Bambang. Ia menghampiri Dimas lalu memeluk erat. Tanpa pikir panjang, Dimas langsung mendorong kecang membuat Bambang hampir terjatuh jika tidak ada Dila yang menahannya.
"Hati-hati kak." pesan Dila ketika melihat tubuh Bambang sedikit oleng.
"Gak usah nolongin kaya gitu lagi!" Dimas menarik tangan Dila, mendudukkan Dila di kursi yang tadi Dimas duduki.
"Kenapa?" tanya Dila pelan, mungkin yang bisa mendengar hanya Dimas dan Bumi karena posisi mereka berdekatan.
"Gue gak suka" ketus Dimas.
Aneh, ada rasa aneh yang sulit diartikan di hatinya saat melihat Dila menolong Bambang. Seperti ada yang terbakar tapi tidak berwujud. Rasa ingin memiliki Dila menyeruak di jiwanya.
"Wey anejeng emang lo sapa? Sorry ya mulai detik ini Dila inceram gue!" Seru Bastian emosi. "Jadi gak usah sok, sini neng deket bang Tian kalo mau aman." Ucapnya lagi. Sebenarnya, ia sedang berakting menguji Dimas. Sikapnya pada Dila hari ini berbeda 180° pada cewek lain, membuat ia sedikit curiga bahwa Dimas mengalami cinta pandangan pertama.
Ada yang pernah cinta pada pandangan pertama? Hiks...
Cowok berkaos hitam polos lengkap dengan jaket berlambang DIS yang tersampir di bahunya itu mengepalkan kedua tangan. Guratan emosi tampak jelas diwajahnya. Sedetik kemudian, ia berjalan dan mencengkram erat kerah kemeja Bastian. Seakan-akan Dila adalah miliknya yang tidak bisa di usik siapapun.
Dila jelas merasa aneh. Ia memang tidak nyaman dengan perkataan Bastian yang terlalu terang-terangan, tapi Dimas siapa sehingga marah ketika dia digoda. Demi Tuhan, Dila tidak ingin membuat mereka seperti ini.
"Jangan damai ayo ribut. Gue suka liatnya!." Seru Bumi mengajak Bambang tos.
"Ributlah ribut mau gue viralin di IG dengan caption. 'seorang ketua geng DIS generasi dua adu jontos dengan wakil ketua Dis generasi dua karena-"
"Bacot." Dimas melepas kerah Bastian kasar, hampir saja ia kelepasan. Ck, ada apa sih dengan dirinya.
"Dah dah damai, kasian Dila kagak ngerti lo berdua kewhy." Lerai Bumi menengahi.
"Lo gak terlalu suka ngomong sama banyak orang kan?." Tanya Bumi memandang Dila.
Dila mengangguk-nganggukan kepalanya. "Memangnya kenapa kak?"
Dimas berdehem, mengisyaratkan agar Bumi melanjutkan pembahasannya.
"Oke, lo gue taro di bagian dapur ya. Gue denger-denger dari mami kalo lo waktu itu kerja di toko kue berarti bisa dong bikin menu tambahan cookies atau cake untuk cafe ini?."
"Maksudnya kak?" sahut Dila kurang mengerti.
"Kakak gak nyuruh aku buat ngecopy resep cookies dan cake di tempat saya kerja dulu kan?" Dila mengerutkan keningnya, semoga ucapnya tidak sesuai yang dipikirkan Bumi."Kenapa lo mikir gitu?" Tanya Bumi lagi. Yang lain sekedar menyimak saja, karena sedang dalam mode serius.
"Maaf kak, jika benar, jelas saya menolak dengan tegas kak. Saya memang di pecat secara tidak manusiawi tapi saya tidak akan membocorkan resep itu pada pihak manapun. Kepercayaan mahal harganya" tegas Dila dengan tenang.
"WeOWe WOW, neng Dila memang panutan abang." Bambang dibuat takjub akan perkataan Dila, terutama saat dengan tegasnya Dila mengatakan ' jelas saya menolak dengan tegas.'
Bisa dibilang Dila sangat berani berkata seperti itu pada calon bosnya. Orang lain mungkin akan dengan mudah menjawab jika syarat diterima kerja adalah sebatas menyebutkan resep yang ia dapat dari pekerjaan sebelumnya.
"Asli nih bro gue keliatan banget ya mau nyuri resep hehehe." ucap Bumi cengengesan.
"Bego" ketua Dimas menusuk hati.
"Asli ya, Dila tuh ancaman banget buat lo Dim. Hebatlah neng Dila abang kasih A plus"
Omong kosong, tidak bisa apa mereka langsung berbicara pada intinya. Batin Dila.
___________________________________
10 vote untuk part selanjutnya yaaa plissss😭😭😭
Dikit ya?
Feelnya dapet gak?Salam Nini bear🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M INTROVERT [HIATUS]
Teen FictionFollow sebelum membaca yaaaa... Jangan lupa vote disetiap chapter. Komen juga yaaaa »★« Sesuatu yang berharga, mengapa begitu singkat adanya. -Ananda Dila Dione Juno. Cinta membuat aku bertahan sampai sejauh ini, namun tugasku sudah selesai. Teri...