Entah mengapa tiba-tiba tubuhku menjadi sangat berat, pandanganku buram dan berbayang. Kepalaku terasa sangat pusing, berkunang-kunang atau apalah istilahnya. Aku merasa pandanganku mulai gelap. Perutku terasa sangat sakit, astaga benar-benar menyiksa. Luka tikaman itu seakan menembus lapisan kulit perutku yang terdalam. Ku tutup kedua kelopak mataku. Dan aku tak dapat mengingat apapun setelahnya.
***
"Bawa dia ke ruang gawat darurat, cepatlah!" teriak Kai.
Para suster itu langsung mendorong tubuh Krystal yang melemah ke ruangan itu.
Kai langsung masuk dan mulai memeriksanya.
"Dia kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi kepadanya?"
"Tadi dia ditusuk oleh seseorang dan orang itu pergi melarikan diri"
"Dasar pecundang. Suster siapkan keperluan untuk operasi" perintah Kai.
"Tapi dok, bukankah seharusnya kita menghubungi dulu pihak keluarga pasien?"
"Suster. Kita harus secepatnya mengambil tindakan, cepat lakukan. Aku yang akan bertanggung jawab" teriak Kai.
Suster itu kemudian pergi menyiapkan peralatan operasi.
Kai memulai operasi dengan sangat hati-hati karena ini adalah pengalaman pertamanya mengoperasi pasien setelah dia kembali lagi ke Seoul. Awalnya dia ragu, tapi jika bukan dia yang melakukannya lalu siapa lagi? Apa harus dia menunggu dokter lain?
Ah buang waktu!
Sekarang jam istirahat dan semua dokter biasanya egois tak mau di ganggu masa rehatnya.
Sedangkan Kai, dia benar-benar sangat mendedikasikan dirinya untuk dunia medis. Makanya untuk kasus seperti ini Kailah yang berani mengambil keputusan yang mungkin bisa berpengaruh sangat besar untuk kariernya jika terjadi apa-apa kepada pasien.
Karena bagaimana pun juga ini menyalahi aturan, menyalahi prosedur yang ada. Tak seharusnya dia langsung menjalankan operasi tanpa ada persetujuan dari pihak keluarga pasien.
Namun jika keadaannya terdesak seperti ini, dia bisa apa?
Menunggu?
Ah. Mungkin itu bisa berakibat fatal bagi pasien. Bisa saja dia tak kuat dan akibat buruknya pasien meninggal.
Dan lagi-lagi siapa yang nanti disalahkan? Dokter juga, kan? Karena dia dianggap tak memberikan pertolongan yang cepat pada kondisi pasien.
Dilema memang!
Tapi memang seperti ini dunia medis.
Kadang pihak keluarga pasien menggantungkan harapannya kepada dokter untuk menyelamatkan keluarganya. Dan jika berhasil mereka akan sangat senang dan memuja dokter itu seperti Dewa. Namun jika yang terjadi sebaliknya, dokter itu bisa dihujat sebagai seorang pembunuh.
Benar-benar sangat dilema, bukan!
Seorang suster menyeka keringat di dahi Kai dengan lap putih, sementara Kai tatapannya masih fokus untuk mengoperasi pasien itu.
"Tolong gunting"
Suster itu memberikan gunting.
"Benang dan jarum"
Kai mulai menjahit bagian perut yang sedikit robek, dia menjahit dengan sangat telaten dan berusaha untuk serapi mungkin.
Mengapa seperti itu?
Karena pasiennya adalah seorang wanita. Dan kalian tau bukan pasien wanita adalah salah satu pasien yang amat rewel dengan penampilan.
"Dokter. Detak jantung pasien melemah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness
FanfictionKRYSTAL POV Aku lelah. Aku jenuh. Aku bosan menggantungkan hidupku dengan obat-obatan ini, jika sisa hidupku memang sudah tak lama lagi mengapa tak kau renggut saja saat ini? Mengapa kau malah menyiksa aku dengan perasaan yang seharusnya tak boleh a...