TIK.. TIK.. TIK..
Suara jam dinding itu seolah mengusik tidur nyenyak Krystal. Entah mengapa dia menjadi sangat sensitif dengan suara di sekitarnya. Dia selalu terjaga setiap malam dan selalu merasa takut.
Takut jika sewaktu-waktu dia tak dapat lagi membuka matanya.
Dia selalu khawatir, bukan karena takut meninggal tapi dia takut harus pergi karena dia belum siap untuk pergi sekarang. Karena ada satu hal yang mengganjal di hatinya.
KAI!!!
Pria yang diam-diam telah mengisi kekosongan di dalam hatinya.
Seorang dokter tampan yang selalu membuat Krystal merasa nyaman meskipun terkadang ibunya tak menemuinya.
Namun semenjak malam itu, hubungannya dan Kai perlahan merenggang.
Sebuah kenyataan pahit yang harus diterimanya, jika dirinya dan Kai tak akan mungkin pernah bersama, meskipun Krystal tak menderita penyakit parah sekalipun.
Malam itu hati Krystal terasa sangat sesak saat melihat pujaan hatinya berciuman dengan seorang wanita dan terlihat sangat mesra.
Tak ada alasan untuk Krystal cemburu karena dia bukan siapa-siapanya dokter tampan itu.
Malam itu dia sengaja meminta seorang suster untuk membawanya keliling menggunakan kursi roda untuk menghirup udara segar dan melihat gemerlap bintang yang bertaburan di langit pekat itu.
Namun ternyata pemandangan yang dia harapkan tak sesuai dengan ekspetasinya, malah membuat hatinya terasa ditikam ribuan kali belati.
SAKIT!
SANGAT SAKIT!
Hanya tetesan airmata yang dapat mewakilkan suasana hatinya saat ini, dengan cepat dia langsung memutar kursi rodanya untuk kembali ke kamar inapnya.
Jika Tuhan mengizinkan, ingin secepatnya dia pergi dari dunia fana ini.
Untuk apa Tuhan menghadirkan rasa ke dalam hati Krystal, jika Krystal harus merasakan sakit yang teramat.
Salah sendiri dia terlalu banyak berharap hal yang tak pasti. Harusnya dia berkaca dahulu sebelum terlalu banyak berangan.
TES.. TES.. TES..
Airmatanya kembali menetes, semenjak kejadian itu Kai tak pernah lagi menemuinya.
Bukan tak ingin!
Tapi karena Krystal sendiri yang melarangnya untuk muncul di hadapannya.
Tanpa Kai tau apa alasan yang sebenarnya, tapi dia mengikuti kemauan Krystal. Karena jika tidak Krystal mengancam akan pergi dari rumah sakit ini dan bahkan tak ingin menjalankan terapi untuk pengobatannya.
Sesekali Kai datang saat gadis itu tengah terlelap tidur hanya untuk sekedar melihat wajah teduhnya.
Namun kemarin malam Krystal menyadari kedatangan Kai. Saat dokter tampan itu yang secara tiba-tiba mengecup bibirnya lembut, walaupun hanya sekejap tapi bagi Krystal dia bersikap kurang ajar karena menciumnya secara diam-diam.
Lalu jika Kai mencium secara terang-terangan apa kau mau membalasnya, Krystal? Ckck..
Krystal masih menatap jam dinding itu. Masih pukul satu tengah malam, biasanya Kai datang untuk mengecek keadaannya. Namun hari ini mengapa tidak?
Krystal terus bertanya di dalam hatinya. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dengan sangat jelas, Krystal kembali merebahkan tubuhnya dan bersembunyi dibalik selimut putihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness
FanficKRYSTAL POV Aku lelah. Aku jenuh. Aku bosan menggantungkan hidupku dengan obat-obatan ini, jika sisa hidupku memang sudah tak lama lagi mengapa tak kau renggut saja saat ini? Mengapa kau malah menyiksa aku dengan perasaan yang seharusnya tak boleh a...