Daniel Antariksa--pria tampan nan cerdas yang menjadi incaran para siswi SMA Galaxy. Bahkan banyak di antara ciwi-ciwi di sana yang sibuk mengantri untuk jadi kekasih Daniel. Namun, ia sama sekali tidak tertarik dengan para wanita tersebut. Ia hanya menganggap mereka semua sebatas teman tidak lebih.
Siang ini, pria itu baru saja keluar dari gedung SMA-nya dan berjalan ke arah parkiran demi mengambil motor ninja yang hampir setiap hari selalu berangkat menemaninya. Dan masih sama seperti biasa, banyak cabe-cabean yang sibuk mencuri pandang ke arah Daniel. Tapi, hal itu sama sekali tidak membuat Daniel baper atau simpati. Ia malah mengabaikan para gadis tadi.
Namun, suatu wajah seseorang tiba-tiba berkelebat di pikiran Daniel. Tapi ia lupa siapa wajah orang tersebut, yang jelas dia adalah wanita. Baru kali ini ia bisa memikirkan wanita. Bukan dipikirkan, namun dengan tidak sopannya wanita itu lewat di otak Daniel. Dan hal itu berhasil membuat Daniel berpikir.
Sebenarnya tidak begitu penting, tapi Daniel heran kenapa ia bisa memikirkan gadis itu.
"Daniel!"
Seseorang tiba-tiba datang dari arah samping Daniel dan hal itu berhasil membuat pria itu menoleh ke arah orang tersebut secara refleks.
"Daniel, lo mau pulang 'kan?" tanya gadis itu.
"Kenapa?"
"Gue boleh bareng, gak? Soalnya papa gak bisa jemput."
Daniel mengehela nafas, ia lelah jika setiap saat bahkan setiap hari harus dikelilingi oleh wanita di sampingnya ini, Asala. Daniel berulang kali telah memperingatkan Asala agar tidak merusuhi hidupnya lagi. Hal ini bukan karena ia benci atau tidak peduli dengan mantannya, namun ia masih sakit hati jika mengingat kejadian satu tahun yang lalu ketika Asala memutuskan tali cintanya dan pergi meninggalkannya sendirian, hal itu masih sangat melekat di benak Daniel hingga saat ini.
Benar jika Asala memutuskan Daniel karena niat baik, ia akan pergi ke Amerika untuk study luar negeri. Namun, yang membuat hati Daniel sakit yaitu tentang bagaimana cara Asala memutuskan Daniel, kata-katanya yang menusuk membuat Daniel terluka bahkan tersindir. Ia merasa bahwa perjuangannya untuk membangun cinta bersama Asala sangat sia-sia.
"Gue bohong. Gue nerima lo karena terpaksa, dan asal lo tau, gue nerima lo karena gue gak suka lihat wanita lain ngedeketin lo. Dan satu lagi, gue sama sekali gak cinta sama lo."
Siapa yang tidak sedih jika dilontari kalimat seperti itu oleh kekasihnya. Daniel mengakui bahwa dirinya sangat bodoh dulu, namun sekarang ia mengerti. Dunia tidak pernah berpihak pada orang yang salah, kini gilirannya untuk menghukum Alasa yang telah bersikap bajingan kepadanya dan membuatnya kapok atas apa yang telah ia lakukan kepada Daniel dulu.
"Di Jakarta banyak taksi." empat kalimat itu berhasil keluar dari mulut Daniel.
Alasa yang merasa tertolak segera menutup mulutnya rapat-rapat. Ia mau melawan pun tak kuasa karena melihat tatapan Daniel bak pria mematikan.
Tanpa pikir panjang, Daniel langsung menancapkan gasnya dan pergi jauh meninggalkan lokasi sekolah meninggalkan Alasa sendirian di sana.
Di sisi lain, Alasa terus menatap motor hitam mantan kekasihnya itu hingga hilang di balik gedung sekolahnya. Ia menunduk sembari terus meremas ponselnya yang sudah basah tanpa ekspresi sedikitpun.
"Kenapa susah banget sih ngambil hati Daniel."
***
Rumah bernuansa putih dengan gaya Eropa berdiri tegap di depan pagar hitam besi yang menjulang tinggi. Di sana lah seorang Daniel Antariksa tinggal. Kini motor ninjanya berjalan masuk ke pelataran mansion megah tersebut yang halamannya seluas lapangan sepak bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya with Antariksa [HIATUS]
RomanceCahaya akan bersinar di tempat yang gelap. Namun, cahaya yang satu ini hampir tak pernah bersinar walau di tempat yang terang. Dan di lain sisi, terdapat sesuatu yang terus mendukung cahaya itu agar tetap menyala bahkan memancarkan sinar yang terang...