"Hati-hati dengan kegelapan yang menenggelamkan hati."
Morgan Rigorus
Hitam menguasai malam,mendominasi kegelapan dalam cahaya remang. Hening yang menyelimuti tenggelam jauh dari kebisingan. Angin yang berbisik memberi rasa usik. Samar namun terdengar , sepatu –sepatu berjalan saling menyahut, memberi tempo yang tak berirama.
Pucat diselimuti takut terpampang tampa penghalang. Dialiri keringat dingin berhawa panas. Kaki keras nan kaku berjalan tak tentu arah membawa diri pada jebakan semesta. Berkali –kali ia menolehkan kepala bak burung hantu merapal doa agar semesta berpihak.
Bahkan bukan semesta saja yang tak berpihak. Tuhannya saja seperti membela iblis terkutuk seakan memberi rasa pasrah dalam keputus asaan.
Morgan yang kebiasaan berjalan santai namun pasti, sesungguhnya sarat akan bahaya. Bersenandung kecil bertabur seringaian. Ternyata Teman kecilnya ini mengajak bermain labirin,tapi tak masalah. Menikmati hidangan yang diberikan secara percuma akan menambah selera yang lebih liar. Morgan akan sangat berterima kasih kepada sahabat matrenya. Dan berbaik hati memberi traktiran kecil-kecilan. Sungguh , Sudah perhitungan pelit pula.
Kembali pada topik utama Sampai dimana titik melepas nyawa tak dapat dihentikan. Membuang tenaga sebelum kematian adalah kesia-siaan yang bodoh. Hingga kaki kaku berhenti dalam rasa pasrah. Menyerah kepada sang malam yang serakah.
"gue udah nyerah Gan, gue minta maaf banget gan." Nadanya terdengar pasrah dalam rasa bersalah.
Bahu yang kekar perlahan merosot. Tungkai yang tegak jatuh menyentuh aspal. Kepala yang tertunduk memberi isyarat kasat mata. Feral menyerah kepada takdir yang terakhir.
Tak ada jawaban atas pertanyaan, aksi kah yang akan merespon?
Benda menyilaukan bermata tajam akhirnya keluar dari persembunyian seperti sebuah sihir. Seperti kisahh krisna yang akan mengerluarkan gasingnya saat emosi membara. Maka Morgan akan mengeluarkan pisau beracun saat sedang bersenang-senang.
Morgan mengambil satu langkah lebar. Memberi jarak dekat pada feral. Hingga langkah kedua Morgan melayang diaspal hingga urung untuk ditapakkan oleh suara berisik mengusik ketenangan.
Hingga tanpa sadar Morgan menoleh ke belakang dikabuti rasa emosi. Namun diabaikan dan memilih objek utama yang ada di hadapannya.
Sial. Buronannya hilang tanpa jejak.
" brengsek." gumamnya emosi.
Deru napas tak beratur ingin memburu, tampaknya yang terabaikan harus mendapat perhatian. Dengan langkah yang terbiasa santai Morgan berjalan kearah sang pengusik pengganggu ketenangan. Samar –samar hidung tajamnya mencium aroma minyak telon khas bayi bercampur bau busuk sampah. Hingga bola mata segelap malam menangkap seseorang bersetelan serba panjang dengan rambut kepang satu.
Dilihat dari gerak-gerik,ia seperti tengah mencari sesuatu diantara setumpuk sampah tak berguna.
Seperti memenangkan sebuah lotre, lebih tepatnya menemukan uang Rp. 50.000,00 membuat Thera tersenyum puas.
" ahai."serunya dalam hati.
Tanpa disadari dan dirasa kegelapan mata sedang mengintai meminta balasan atas pengusik. Akhirnya Thera mengangkat kepala yang berhiaskan senyum manis tanpa sadar tangannya memegang jantungnya sebagai simbol kagetnya yang tanpa aba-aba.
Thera mengatur napas,ingin bertanya tapi takut, ingin pergi tapi ragu.
Dengan gerakan cepat, tangan kotornya bergerak mencari alat tulis dan menuliskan sesuatu di minibook kecilnya.
"disini tempat jual kue paling enak dimana yah?" pertanyaan yang sedari tadi dilontarkan tapi tak pernah terjawab oleh satu mulut bahkan lirikan mata tak tertangkap dimata Thera.
Kali ini Thera berharap lebih mendapat jawaban atas pertanyaan, setidaknya beri petunjuk nama tokonya atau alamatnya saja. Karena nampaknya laki-laki ini terlalu memperhatikannya. Menaruh harapan yang mustahil bukanlah kesia-siaan. Baginya mustahil akan berubah menjadi mungkin pada waktunya.
Tunawicara. Itu yang terlintas diotak cerdas Morgan. Membuat nafsu yang sempat tinggi perlahan turun namun tak hilang.
" Imbalannya?" suara bariton Morgan berseringai licik, niat terselubung ingin memancing .
Thera kembali merangkai kalimat,tangan kecil nan mungilnya tampak santai terangkat dan menunjukkan isi yang tertulis.
"emangnya kamu mau minta apa?"
Kali ini Morgan berseringai tajam, seringaian yang tak dapat diterjemahkan oleh kasat mata. Menimbulkan tanda tanya dalam benak. Thera tampak memikirkan pertanyaan yang dilontarkan. Namun ia rasa tidak ada kalimat yang salah bahkan kalimatnya diakhiri dengan tanda tanya.
" Kalo gue minta nyawa lo, boleh?" sungguh permohonan izin yang sangat santun bagi Morgan.
Berbasa –basi sama saja membuang waktu dan waktu itu adalah kesempatan, dan Morgan benci untuk membuang kesempatan. Pisau terkutuk keluar dari persembunyian,meminta diberi santapan. Thera mundur satu langkah,antara terkejut dan takut berpadu menjadi satu rasa. Morgan sudah mengangkat senjata andalannya membidik mencari posisi tepat dimana harus tertancap.
"Bos!" suara lantang setengah berteriak terdengar dari arah belakang Morgan.
Shit. Teman matrenya ini rupanya minta dipenggal........
Udah lama berencana tapi,sekarang baru terwujud.
Soory,karena judul berubah haluan.
Hapefully enjoy without feeling bored
Jangan lupa tinggalkan jejak walau terhalang jarak
chamelya
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUSLY
Teen Fictionini tentang kegelapan yang tidak bisa mengusir kegelapan,namun hanya cahaya yang dapat melakukannya. Kebencian tidak akan mampu menghapus kebencian, hanya Cinta yang mampu melakukannya . kegelapanku bukan ancaman, hanya peluang untuk menghidupkan c...