Dangerously 6

24 12 6
                                    

ǀ Saat orang memandang orang lain terlalu lama hanya keburukannnya yang akan terlihat ǀ

Thera Ayesha

" Lo di pecat,ini gaji lo selama beberapa hari....dan lo bisa pergi sekarang."

Brakk......... "et et et et tunggu dulu Bos,Thera ini anggota gue, yang berhak buat pecat dia yah cuma gue." Bela Joshua berlagak seolah dirinya bos dan melupakan posisinya saat ini.

Bukannya menjawab Morgan justru bertindak mengambil sesuatu dalam laci. " Ngga suka keputusan gue boleh maju kehadapan gue sekarang, kesayangan aku kayaknya udah lama nggak nyoba darah." Perkataan Morgan yang kelewat santai sambil mengelus lembut mata pisau,membuat Joshua diam tak berkutik di tempatnya.

"ssssssttt, kayaknya di luar lagi banyak pelanggan. Ra gue duluan yah." Siapa yang tidak takut dengan Morgan,bukti kebrutalannya sudah sering Joshua lihat. Dengan hati yang berat ia harus meninggalkan Thera.

"Lo juga keluar,dan nggak perlu balik kesini. Lo lebih cocok jadi pemulung dibanding pelayang kafe gue."

Thera sungguh sakit hati mendengar kalimat yang keluar dari mulut Morgan. Ia merasa Morgan menempatkannya diposisi yang seharusnya. Baru beberapa jam bekerja sudah di pecat. Apa Thera kurang baik dalam bekerja. Atau penampilannya yang kurang baik. Bagaimana Thera tidak bisa tidak membenci dunia, semua memuja good looking dan melupakan good attitude. Sebelum benar-benar pergi ia menatap tajam Morgan, ia sudah tidak takut lagi karena sudah terlanjur sakit hati sekaligus melampiaskan sedikit amarah.

.......

Ceklek

Sepi. Bekas tanda kepulangan juga tidak ada, berarti sedari pagi kakaknya belum kembali. Sepertinya ia harus belanja di pasar, sekalian menghilangkan stress. Sebelum kakaknya pulang, makan malam harus sudah siap.

Di lain tempat Joshua tak lelah- lelahnya mengatakan nasib Thera yang di pecat. Bahkan Wissal yang mendengar merasakan telinganya sudah merah karena kalimat yang dikatakan Joshua selalu sama bahkan letak titik koma dan jeda tidak ada yang beda.

"nasib si thera gimana ,baru aja kemaren dia seneng dapat kerja baru. Lah sekarang main pecat, merasa nggak enak hati gua. Kemaren gua yang kasih kerja,sekarang si bos main pecat. Kalo bukan bos udah gua pecat juga."

.........

Sudah setengah jam bahkan mungkin setengah hari Thera menunggu angkot lewat,tapi jangankan untuk berlalu sekedar singgah untuk istirahat saja tidak terlhat di mata Thera. Memutuskan berjalan kaki adalah pilihan terbaik saat ini. Kakinya baru saja hendak beranjak dari pijakan sebuah motor vespa yang sudah di modis sedemikian rupa sehingga terlihat seperti motor anak jalanan dimata Thera.

"Hai!" sapanya.

(..........)

" Lo mau pulangkan?" tanyanya yang kebingungan melihat gadis di hadapannya ini hanya diam sembari melirik kiri kanan.

" Lo bisu yah, gue dari tadi ngomong dikacangin mulu?" sebenarnya itu hanya sebatas tebakannya saja tapi melihat respon gadis di depannya mengangguk seketika rasa tek enak hati menyelimutinya.

"Serius! Waduh sorry-sorry gue nggak tau,pantes aja diem aja pas di tanya. Oh ya gue Ali. Lo mau pulangkan,ayok sekalia gue anter menurut ramalan gue kayaknya rumah kita searah."ucapnya berlagak seolah meramal dengan tangan mengetuk dagu.

Thera mengucapkan bahasa isyarat yang mungkin di mengerti oleh laki-laki di depanya."Nggak perlu,aku bisa pulang sendiri kok."

Ali mengerutkan keningnya,penolakan macam apa ini,gadis tunawicara menolaknya bahkan gadis diluar sana berlomba-lomba untuk bisa ia bonceng di motor antiknya. Tetapi rasanya jiwa kelakiannya tertantang disini. Mungkin ia butuh sedikit perjuangan untuk mengambil hatinya.

"Nggak usah nolak, ini juga udah sore. Gue nggak mau aja kayak di sinetron sok –sok an jadi pahlawan kesiangan, bukan gue banget dah tuh."

Thera mengangguk lemah,tidak ingin mati muda sedangkan masa depannya masih terlihat jauh dimatanya.

........

Selain kafe, Morgan juga memiliki apartement. Sesekali ia akan berkunjung saat memang sedang suntuk. Tidak ada yang tahu tempat ini bahkan temannya sekalipun. Morgan termasuk spesies penyuka sepi. Sekarang ia tengah berbaring di sofa. Masa – masa seperti ini ia sangat membutuhkan sandaran. Sandaran untuk berbagi dan mendukung. Seharusnya mamanya lah yang saat ini berperan seperti sandaran. Tak bisa di hindari memang jika waktu berputar dan tidak menetap sama halnya dengan sang mama, perlahan sandaran itu menghilang dimakan waktu.

Ting...

" Ada si anak Asu nyari lo." Morgan mengernyitkan kening dalam, apa lagi ini dan siapa anak asu yang disebut Joshua.

"Siapa?"

"oh, si pentil uler alias jalang lo." Ucap Joshua seakan tak masalah dengan kata yang diucapkannya.

" Bilang aja gue lagi pergi. " belum sempat Joshua membalas,Morgan telah mematikannya secara sepihak. Yang ia butuhkan sekarang sandaran bukan hiburan.

Brakkk .....

"Ra minta uang !"

Lagi-lagi Thera mengucapkan bahasa isyarat. "Aku nggak punya uang."

"Bohong, gue tau belakangan ini lo kerja di kafe kan? Kalo nggak bisa kasih gue duit, gue bakal minta sama bos lo itu!"ucapnya seraya berlalu ingin keluar.

Thera yang mendengarnya langsung melotot, berlari sekencang mungkin sebelum dunianya berubah.

......













Berasa bersemedi aku, bingung gimana mau lanjutinnya.

Vote dan komen kalian itu penyemangat buat lanjutin cerita.

Jadi tinggalkan jejak yah walau terhalang jarak.

©chamelya

DANGEROUSLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang