" kamu adalah obat penenang sekaligus penawar dari luka yang tak dilihat orang lain"
ǀ Morgan Rigorus ǀ
Bukan terkesan tapi Thera berjuta kali terpukau akan dekorasi serta suasana kafe ini. Mulai dari meja dan kursi yang tampak sederhana namun terkesan elegan. Dinding abu-abu yang gelap disatu padukan dengan lilin yang bercahaya. Dirinya begitu terpaku dan sesaat melupakan dunianya. Dirinya kini sedang berandai bisa bekerja ditempat sebagus dan seindah ini dan yang utama rasanya terlalu nyaman untuk ditinggalkan.
"Woy, lo ngalangin orang lewat". Teriak Joshua yang jauhnya enam langkah di depan Thera. Membuat lamunan Threra lenyap seketika.
Dengan segera Thera menghampiri Joshua dan teman satunya lagi yang ia tak kenali. Wissal yang bingung namun enggan bertanya hanya menaikkan sebelah alis tipisnya pertanda kebingungannya. Joshua yang memang dasarnya tak paham akan bahasa isyarat Wissal lantas megikuti gerakkan yang dipraktikkan Wissal dua detik lalu.
"Taik sapi lo, gue nanya malah nanya balik. Gini nih kalo otak kayak sendok nyam-nyam."
"Lo nggak bisu kan?, ngomong aja susah". Balas Joshua yang merasa harga dirinya turun lima persen.
" Tuh cewek siapa ?" tunjuk Wissal dengan dagunya sedangkan tangannya sibuk membuat kopi.
Thera yang ditunjuk hanya tersenyum kikuk sambil melambaikan tangan sebagai tanda sapanya. Joshua dan Wissal dibuat kebingungan , sedari tadi gadis ini tidak mengeluarkan sepatah kata atau dua patah kata.
" Nama lo siapa?, kita berdua pengen kenalan. Mungkin siapa tau besok kita berjodoh." Goda Joshua sambil mengedipkan sebelah matanya.Thera tersenyum simpul,diambilnya mini book dan pulpen yang menggelantung dilehernya lalu menulis sesuatu yang tentu saja jawaban dari pertanyaan laki-laki yang ada dihadapannya sekarang ini.
" Thera Alesya." Gumam Joshua dan Wissal bersamaan saat membaca huruf kapital yang ditunjukkan oleh Thera. Paham akan keadaan mereka berdua menganggukkan kepala. Faktanya bahwa gadis dihadapan mereka adalah gadis bisu. " Gue Joshua dan ini si Wissal. Kita karyawan di kafe ini."
Senyum sumringah muncul di wajah Thera, nyatanya ada orang yang tidak melihat kekurangannya. Dan tetap mau menerima keadaannya. Belum sampai pada detik ke lima senyum yang sempat hadir tiba- tiba digantikan oleh jantung yang berpacu karena rasa terkejutnya. Bukan dirinya saja tapi semua karyawan yang ada di kafe ini.
Suara pecahan kaca dan barang berjatuhan terdengar dari sebuah ruangan bertuliskan Rigorus. Hingga suara decit pintu terbuka dan menampilkan seorang laki-laki berumur diatas tiga puluh tahunan. Pria itu lalu berjalan mendekati Joshua dengan wajah tak bersahabatnya.
" Urus teman gilamu itu, yang sok berkuasa. Dia pikir dirinya siapa, cih dasar bocah ingusan". Geramnya dengan wajah memerah menahan amarah. Lalu pergi begitu saja dengan angkuhnya. Suara decit pintu kembali terdengar untuk yang kedua kalinya. Rahang tegas, tubuh tinggi dengan rambut yang terlihat acak-acak kan. Itulah gambaran Thera .
Brakkk ..... brakkk.... Brakkk... braakkk...
" Brengsek". Umpat Morgan
Sepertinya Morgan dalam mode kesetanan, dipatahkan semua meja dan kursi yang ada dihadapnnya dengan tangan tanpa rasa sakit. Darah sudah berceceran namun Morgan enggan untuk menghentikan aksi kesetanannya. Untungnya para pelanggan pada pulang. " Bos....bos....kalo marah jangan disini nanti ngerepotin kita ,gue males kalo disuruh beli meja sama kursi baru. Enek gue". Joshua sangat kesal jika Morgan sudah mulai kesetanan seperti ini.
Dengan napas setengah memburu, Morgan mencoba menenangkan pikiran dan hatinya. Mengendalikan emosi yang sempat menguasai diri. " Jos setengah jam lagi meja sama kursi baru udah harus berdiri disini". Ujarnya berlalu kembali ke ruangan semula namun Perkataan Morgan membuat Joshua mencibir secra terang-terangan tanpa rasa takut.
" Boleh minta ambilin kotak p3k nggak?" tulis Thera di mini booknya lalu menunjukkannya pada Wissal. Wissal sebenarnya tidak mengerti maksud Thera namun ia tetap mengambil kotak p3k dan memberikannya pada Thera.
~~~~~~~~~~~~~~'
Rasa peduli merupakan sifat yang sudah tertanam dalam diri Thera. Meski orang yang ia benci sekalipun namun hati kecil seorang Thera akan tetap ada kepeduliaan. Itulah mengapa sebabnya dirinya membulatkan tekad untuk masuk keruang kerja Bosnya Joshua dan Wissal tanpa tahu akhirnya.
Satu fakta baru lagi yang membuat Thera terpaku adalah ruangan ini disertai kamar, dengan dinding serba abu-abu, Thera dapat menyimpulkan bahwa laki-laki itu pecinta warna abu-abu. Serta dinding yang hanya dibatasi oleh tv besar membuat Thera dapat melihat jelas pemandangan seorang laki-laki sedang tidur dengan darah yang masih mengalir ditangan.sedikit- demi sedikit Thera sampai juga. Pertama, ia mengeluarkan kapas lalu membersihkan darah yang mengalir. " Bagus deh orangnya nggak bangun". Gumamnya dalam hati.
Tapi untuk yang kedua kalinya saat obat merah menetes pada luka, Morgan merasakan perih dan matanya menangkap sosok gadis tengah mengobati lukanya. " siapa yang ngizinn lo masuk ruangan gue?" Melihat kehadiran orang lain diruangannya membuat emosi yang semula reda kini harus memuncak kembali.
Berbeda dengan Thera yang malah tersenyum kaku melihat kemarahan Morgan. Membuat Morgan semakin berada di puncak amarah. Ditariknya kerah baju gadis dihadapannya dan memojokkannya di dinding dengan satu kepalan tangan terangkat hendak melayangkan pukulan. "Gue nanya goblok, siapa yang nyuruh lo masuk, hah?" namun jawaban yang ia dapat hanya gelengan kepala,lagi dan lagi kepalanya dibuat mendidih.
Bbbrraaaakkkkk............
...........................
Thera diapain tuh sama Morgan?........
Penasaran? Wait for the answer in the next section.......
Tinggalkan jejak walau terhalang jarak.......
©chamelya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUSLY
Teen Fictionini tentang kegelapan yang tidak bisa mengusir kegelapan,namun hanya cahaya yang dapat melakukannya. Kebencian tidak akan mampu menghapus kebencian, hanya Cinta yang mampu melakukannya . kegelapanku bukan ancaman, hanya peluang untuk menghidupkan c...