00 Sinopsis

3.7K 158 18
                                    

Wisdom, Justice and Love

By RedBook

.

.

.

00. Sinopsis

.

.

.



"Semua akan kembali, percayalah"

Nyatanya, penantian hanyalah sebuah penantian.

Tidak ada yang akan kembali.

Tidak ada yang akan kembali seperti sedia kala.

Tidak ada janji yang terucap.

Bahkan sampai saat ini tidak ada janji yang teringkari.

Hanya sebuah ucapan tanpa penuturan.

Kebekuan ini seperti teman hidup yang selalu menjadi penopang kaki untuk tetap kokoh berdiri di tempat mencekik ini. Rasa beku ini bagaikan penyemangat tak kasat mata yang akan membuat langkah kaki ini terus berlanjut.







××××









Janji hanya tinggal sebuah janji.

Tidak ada yang kembali.

Bukan sebuah janji yang terucap yang menghampiri, melainkan sebuah mimpi buruk yang sayangnya terjadi di kehidupan nyata.

Sebuah berita yang benar-benar tidak ingin ia dengar.










××××












"Kau memang pekerja keras, kau melakukan segalanya sendiri, kau bisa melakukan semuanya sendiri. Tapi kau tau, kau tetap membutuhkan bantuan orang lain. Seperti saat salah satu tanganmu terluka, dan kau tidak bisa mengikat tali sepatumu sendiri, kau membutuhkan orang lain untuk menggikat tali sepatumu atau kau akan terjatuh saat melangkah"










××××








"Hanya sebentar lagi, kau akan kehilangan semuanya. Sama sepertiku" menyungingkan senyumannya menatap wajah terlelap itu.

Bukankah akan berakhir indah hanya dengan melihat seseorang yang menghancurkan rumah indahmu menjadi menderita dan hancur berkeping-keping.










××××










Ia tak menyangka jika janji ayahnya hanya sekedar janji kosong. Ayahnya tak pernah kembali ke rumah dan hadiah yang diimpikannya hanya menjadi kenangan yang tidak pernah ada. Bahkan kemarin adalah hari terakhirnya ia bisa melihat dan berbicara dengan ayahnya.










××××











"Kau mengatakan tanggung jawabnya, lalu bagaimana dia bertanggung jawab jika seseorang mati ditangannya?" berdiri dari duduknya.

"Kau dokternya. Aku penanggung jawabnya. Lakukan saja tugasmu"











××××











"Bagaimana keadaanya?"

"Jika aku katakan, keadaannya sangat buruk saat ini. Aku ingin menyarankan untuk merawatnya di rumah sakit, tapi kau akan menolaknya dengan keras"

"Bahkan hipotermia ringan yang sempat ia dapatkan beberapa hari yang lalu belum sepenuhnya membaik dan ia harus mendapat perlakuan buruk seperti ini. Untuk keadaannya saat ini aku belum bisa memastikan. Kemungkinan terbesar ia akan mendapat trauma pada lehernya. Mungkin setelah sadar nantinya, ia akan sulit untuk berbicara bahkan menelan makanan dan minuman. Aku akan mencatat resep obat yang harus kau berikan padanya"

.

"Sebaiknya kau cepat tersadar dan aku tidak akan menunggu lebih lama"


.

"Kau istirahatlah. Setelah itu aku akan menanyakan sesuatu padamu"


.


"Jangan mencoba untuk kabur ataupun mati. Saat kau mencoba melakukannya akan ku pastikan kau mendapat kesakitan lebih dari ini"








××××









Bayangan saat ia berusaha menghancurkan seseorang kembali mengusik hatinya. Emosi yang selama ini bahkan bisa ia tahan, namun semuanya meluap saat berhadapan dengan seseorang yang menjadi dinding pembatas dirinya dengan sebuah kehancuran yang sudah terjadi.

Bagaikan tembok pembatas yang seakan menghalanginya dari pandangan menyesakkan yang selama ia dapatkan. Dirinya berada di hadapannya seolah menutup pemandangannya dari kejamnya kehidupan yang telah ia lalui. Selama ini ia berusaha untuk menekan segala kegusarannya dan berhadapan dengan seseorang yang membuatnya harus berhenti sejenak dan menikmati bagaimana dunia ini bekerja. Namun tanpa disadari ia berhenti terlalu lama dan hanya menatap dinding pembatas itu tanpa melakukan apapun.

Seolah-olah melupakan sesuatu yang penting disana, ia melangkah tanpa kendali dan berhadapan dengan seseorang yang seharusnya hancur dengan segala kebusukkan keluarganya. Seharusnya ia menempatkan bilah pisaunya pada jantung itu dan tertawa melihat kematiannya.

Namun sesuatu di dalam sana memberikannya sebuah tempat yang berbeda, sebuah tempat yang seharusnya tak ia sentuh sama sekali hanya dengan sepasang keindahan yang membawanya tenggelam begitu dalam.







● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●









Wisdom, Justice and Love (Kebijaksanaan, Keadilan dan Cinta)

Judul dari cerita ini aku ambil dari salah satu judul lagu Linkin Park.
Aku gak akan berfokus pada lirik lagunya sendiri, karena dari liriknya bercerita tentang perang dan kondisi di tahun itu.
Aku hanya terinspirasi dari judul nya, dimana aku akan mengembangkan cerita tentang bagaimana menyeimbangkan Kebijaksanaan, Keadilan dan Cinta itu sendiri.

Aku berharap kalian bisa menikmatinya.

Dan aku juga gak bisa janji bakal update teratur seperti sebelum nya.

So, enjoy...

God bless 🙏🙏

✔Wisdom, Justice and Love 《HunKai》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang