Yakin Riera bisa ngabisin?

25 10 8
                                    

"Konon katanya....." Casya membenarkan posisi duduknya. Gadis itu seakan ingin bercerita sesuatu yang seram.

"Itu bangkunya Rama, dia drop out sebulan menjelang ujian tengah semester kemarin karena berantem sama guru konseling," ucap Deffin, menyerobot 'tugas' Casya yang telah memposisikan diri sebagai pencerita.

"Banyak murid ngelaporin kelakuan Rama yang terang-terangan mem-bully para penerima beasiswa," tambah Casya, mengembalikan fokus Riera yang sejenak terdistorsi akibat penyerobotan yang Deffin lakukan.

"Selama hampir 5 bulan bersekolah, anak itu udah berkali-kali dipanggil ke departemen bimbingan konseling, namun berkali-kali juga dia mangkir tanpa sebab. Prosedur skorsing seminggu sampai panggilan kepada wali murid nyatanya gak mampu menghentikan Rama." Casya bercerita lebih lanjut.

"Akhirnya Rama dikeluarkan setelah berkelahi dengan guru konseling. Selama bersekolah disini, Rama sudah 3 kali terlibat perkelahian dengan orang yang berbeda. Dua orang sisanya ada di kelas ini."

Riera langsung bertanya-tanya siapakah dua orang yang dimaksud Casya.

"Pertama Fintan Owen, lalu Hideo Sato." Deffin memberi jawaban yang mengejutkan Riera.

Casya tidak tahu banyak informasi tentang fakta yang satu ini, dan menyerahkannya kepada Deffin.

"Owen masuk Sorana lewat jalur prestasi. Dia adalah atlet beladiri aliran karate yang memenangkan Sorana Tournament ke-4 yang diselenggarakan pada libur semester gasal tahun ajaran lalu."—Sorana Tournament yang dimaksud merupakan pergelaran olahraga tingkat kota, berada dalam rangkaian acara milad akademi Sorana yang jatuh setiap tanggal 20 Desember.

Rupanya Rama tidak memandang lagi latar belakang anak-anak penerima beasiswa. Semua penerima beasiswa dianggap anak orang miskin yang tidak pantas bersekolah disini. Padahal Owen si ketua kelas adalah putra bungsu konglomerat. Ayahnya, Fintan Tamani, adalah pemilik 5 hotel bintang 5 yang 2 diantaranya terletak di Hongkong dan Taiwan. Owen memang masuk ke Sorana lewat jalur prestasi, namun bukan berarti dia miskin.

Sebenarnya masuk lewat jalur undangan memiliki kebanggaan tersendiri. Namun orang seperti Rama berupaya menghancurkan stigma positif tersebut. Dengan mempertimbangkan dampak menyeluruh, dewan guru dan OSIS pun sepakat mengeliminasi Rama dari daftar peserta didik.

"Orang tuanya nggak kooperatif sama pihak sekolah, kayak ngebela Rama. Menurut mereka apa yang dilakukan anaknya nggak salah," kata Deffin, sekaligus mengakhiri ceritanya karena melihat waktu semakin mendekati akhir istirahat dan kelas semakin ramai.

"Terus Hideo Sato itu yang mana?" tanya Casya setelah menoleh, sekilas menyapu pandangan pada orang-orang dibelakang yang seluruhnya terdiri dari murid 10 A, membuat Riera merasa sendirian begitu mengetahui bahwa dirinya merupakan satu-satunya anak kelas lain yang nimbrung disini.

Deffin menolak memenuhi rasa penasaran Casya. Gadis itu secara tersirat memperlihatkan keingintahuan yang tidak wajar. Deffin yakin menceritakan berbagai persoalan kelas 10 A kepada orang luar bukanlah sesuatu yang pantas dilakukan.

"Anaknya lagi gak ada dikelas." Ia mencari-cari orang yang dimaksud. Hideo Sato tampak sedang bercengkrama dengan Minami Sato sambil menyantap tataki sashimi dalam sebuah wadah, menggunakan sumpit seperti orang Jepang pada umumnya. Hidangan warna-warni tersebut dilengkapi bahan pendamping khas seperti tsuma—sejenis lobak yang dipotong halus, daun hijau bernama oba, serta rumput laut jepang bernama wakame. Ditambah saus berupa kecap asin, parutan jahe dan wasabi.

Deffin berbohong.

Namun hal itu diperlukan.

Casya berpamitan, menyatakan niatnya untuk mengunjungi Riera lagi saat jam istirahat makan siang nanti.

My Korean Brother (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang