Aku akan bertunangan dengan Riera

27 9 13
                                    

Mug putih bergambar istana Gyeongbokgung menyentuh bibir Bu Eisya yang berlapis oranye lipstik. Wanita itu menyeduh Hyeonmi Cha alias teh beras merah yang berwarna cokelat keemasan.

Riera yang duduk dihadapannya mengikuti apa yang dilakukan wanita itu. Ia meminumnya sedikit sekali. Ketika itu matanya tak bisa lepas dari wajah sang majikan yang duduk berseberangan, terpisah sebuah meja kayu yang menjadi satu set meja teras dengan 5 buah bangku berwarna cokelat senada. Rumput akar wangi yang dipelihara hingga menutupi ¾ luas teras mengalahkan aroma kayu gaharu dalam bentuk furniture.

Deffin membawa senampan Bungeoppang—kue berbentuk ikan yang terbuat dari adonan kacang merah manis, untuk disajikan. Menyusul dibelakangnya semangkuk gorengan khas korea bernama Twigim. Udang dan bakso yang dibalur adonan terigu tersebut dilengkapi semangkuk kecil kecap asin sebagai cocolan. Mbok Lasem menaruh hidangan itu disebelah teko melamin hijau berisi teh.

Sore ini keluarga Choi—mengacu pada nama marga keluarga Deffin, telah kedatangan tamu. Sesosok pria berjambang tipis keluar dari pintu depan, menuju mobil otonom merek Samsung yang terparkir di ambang garasi. Pria jangkung setinggi 1,83 meter tersebut menyemprotkan parfum sebelum mengambil map berisi beberapa lembar dokumen.

Riera merasa tidak asing dengan wajah itu. Meski tidak pernah bertamu disini, gadis itu seolah telah mengenalnya disuatu tempat. Tatapannya terpaku, melihat lelaki beraroma maskulin itu mendekat dan ikut duduk menghadap meja yang sama. Ketika menyapa setiap orang yang hadir, ia heran mengapa pria itu juga mengetahui namanya.

"Perkenalkan, saya Choi Siwon, sepupu Choi Dae Jung," ucapnya dengan pelafalan kaku, mengarahkan telapak tangan terbuka kepada Deffin sebagai isyarat menunjuk.

Riera baru tahu kalau Deffin memiliki Ireum alias nama korea.

Tangannya menyambut gerakan jabat tangan yang disodorkan kepadanya. Ia menunduk sejenak lalu balik memperkenalkan diri.

Ternyata Bu Eisya terusik dengan raut kebingungan yang tergambar lewat air muka seorang Riera.

"Riera kenal sama Choi Siwon?" tanyanya.

Gelaknya pecah, menertawakan dirinya sendiri. Riera ingin tahu mengapa cukup wajar baginya mengenal pria asing tersebut.

"Maaf ma, dia otaku," sambar Deffin sebelum menyantap kudapan pertamanya sore ini.

Bu Eisya merespon datar ucapan putra tunggalnya. Wanita itu bermaksud melewati bagian dari pembicaraan yang tidak ia ketahui.

Siwon justru menjadi subjek yang paling semarak. Karena dia mengerti apa yang Deffin katakan, pria itu bertanya kepada Riera.

"Riera suka nonton anime sama baca komik?"

Yang ditanya mengangguk. "Cuma sedikit," dengan ibu jari dan telunjuk yang tegak sejajar. Riera tahu Deffin sudah memergoki koleksi komiknya ketika pria itu nongol didepan pintu kamarnya tadi malam.

Sebelum pembicaraan menyempit, Bu Eisya menarik perhatian ketiga pemuda itu kembali kepadanya.

"Terima kasih Mbok Lasem, Riera, juga Siwon yang sudah berkenan hadir," ucapnya, disambut bahasa korea yang khusus ditujukan kepada Siwon.

"Riera, gimana sekolah hari ini?"

Banyak yang terjadi. Riera ingin sekali berbagi mengenai apa yang telah dirinya alami seharian. Tetapi nyatanya jawabannya hanya tersusun oleh kalimat sederhana dan terkesan bias. Beberapa kejadian menarik seperti yang menyangkut Agatha, Riera singkirkan. Bu Eisya hanya mengajukan pertanyaan basa-basi yang tidak butuh jawaban panjang.

"Sebelumnya Ibu berterima kasih kepada Riera karena telah membantu kami selama ini," hatur Bu Eisya, menggunakan diksi super halus untuk menyebut posisi Riera sebelumnya.

My Korean Brother (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang