10. tentang rasa yang tak seharusnya ada.

3K 344 32
                                    

Semilir angin perlahan menerbangkan helaian rambut dua pasang insan yang sedang jalan beriringan itu.
Semburat orange perlahan lahan berubah menjadi warna ungu gelap, pertanda sudah waktunya bulan menampakkan diri.

Bulan.

Dia tidak pernah hilang, dia selalu ada, hanya saja saat siang cahayanya kalah terang oleh matahari. Walau cahayanya kalah terang saat siang, bulan tidak pernah mengeluh, tetap setia menemani bumi. Walau dia tahu, bahwa untuk dilirik dia perlu berdiri kokoh di tengah kegelapan. Hanya bulan yang mampu begitu. Bersinar di tengah gelap.

"Besok lo bakal ikut kita dong ya?" Tanya Laki laki berkulit tan itu

"Heran gue, bisa bisanya pak cahyo ngegep kita lagi berantem, mata nya ada dimana-mana."

Daren terkekeh pelan melihat ekspresi kesal Senna, mengacak pelan rambutnya, tak mau kalah saing dengan angin yang sudah mengusik rambut Senna sedari tadi.

"Besok Selasa, besoknya Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, lalu Minggu."

"Lo ga lagi belajar nama hari kan sekarang?" Tanya Senna bingung.

Daren menggeleng,
"Mau ibadah bareng?"

***

Seperti sebelumnya, Qey dan Ayra harus berada di taman belakang saat jam istirahat dan jam sepulang sekolah.
Untungnya anggota mereka untuk membersihkan taman belakang ini bertambah, jadi ga terlalu ngerasa capek.

"Kalo kerjaan gue disini selesai, taman ni bersih, ga bakal gue biarin anak lain masuk barang selangkah pun." Ucap Ayra mengangkat sapu nya seakan itu adalah ultimatum yang harus dipatuhi.

"Bener beb! Masa kita udah cape-cape beresin ni taman mereka cuma nikmatin hasil, kita bakal jadiin ni tempat sebagai basecamp kita! HIDUP BASECAMP!" Byo menyahuti omongan Ayra, ikut menaikkan sapu berteriak, membuat siapapun yang mendengarnya tergelak.

"Tapi guys! Gue masih ga terima ya, kita di fitnah sama 3 jablay tanah avang itu!" Ucap Senna mencabuti rumput dengan paksa.

"Tenang-tenang, kita bakal bales dendam, bukan..maksudnya membela kebenaran tapi ga sekarang, ntaran aja, badan gue masih biru-biru abis kemaren."

Qey menenangkan Senna, mau bagaimanapun 3 jablay tanah abang itu memang sudah keterlaluan, memang sih yang mulai adu bacot itu mereka, tapi percayalah bahwa yang pertama main fisik adalah 3 jablay. Sebenarnya kemaren, Ayra dan Qey hanya menegur mereka untuk tidak sembarangan menjudge orang, tapi mereka ga terima dan dorong Qey sampe jatuh ke lantai, dan disanalah semuanya dimulai.

"Tapi mau gimana pun kalian tetep salah! Ngapain sih berantem kayak anak TK begitu?" Ucap Rayen.

Tersulut emosi Qey menyeletuk "Maksud lo apa? Lo ga ngerasain emang! Coba lo diposisi gue atau Ayra, lo pasti bakal ngelakuin hal yang sama Ray! Gila kali lu bakal diem aja kalo temen lo diapa-apain sama orang yang ga lu kenal" Ucap Qeyza menatap sinis pacarnya itu.

"Tapi beneran kalian ga ngenalin mereka? Ini kalian tiga tahun sekolah disini ga bergaul gitu?" Tanya vano yang dari tadi diam-diam menyimak percakapan mereka.

Ayra menghela nafas kasar "gini ya vano, gue sama yang lain itu bukannya ga bergaul, kita kenal kok temen sekelas kita, lagian ga guna juga kalo kita mau nyari temen, udah banyak ini"ucap ayra.

"Emang mereka siapa sih?" Tanya joanna penasaran

"Yang kalian bilang naksir si byo namanya mattea, yang naksir arta namanya bintang, nah yang naksir si rayen namanya valle, dan asal kalian tau, ketiga tiga nya itu bule"ucap vano oanjang lebar udah kayak reporter liputan 5.

Qey berdecih pelan, "kalo mau bule mah kita juga punya kali, gue, zyon, senna, kalisa indo-usa, ayra indo-polan, anna indo prancis. Lah..kok kalau dipikir-pikir kita ga ada yang pribumi asli ya"ucap qey yang kaget sendiri dengan perkataan nya.

Rayen menatap tak suka qeyza, rayen itu paling benci jika qey terlibat dalam suatu masalah. Qey luarnya doang yang kayak ga peduli, padahal anak itu sangat kepikiran tentang semuanya. Qey itu suka overthinking jika kalian lupa.
"Udahlah, lagian kenapa sih pake acara berantem segala, malu-maluin"ucap rayen terdengar sinis.

Sontak semua orang yang ada di taman itu menatap rayen heran, mulai dari qey, senna, ayra, joanna, byo, daren, dan vano. Yakin kan mereka bahwa sebentar lagi pasti terjadi perang dingin antar dua kubu.

"Ga salah sih, kalian itu terlalu overprotektif ke kita, padahal kita biasa aja kalo kalian deket ama cowo lain, kayak..kan mattea cuma naksir gue dan ngajak kenalan..tapi kalian seakan membatasi pertemanan kita ga sih?"tambah byo yang berdiri di sebelah rayen karena melihat qey yang sudah siap dengan beribu umpatan yang akan diluncurkan pada rayen.

"Kita ga overprotektif, tapi kalian kalo milih temen jangan kaya mereka lah"tambah ayra yang ikut berdiri disamping qey.

Byo menatap tajam ayra, berusaha untuk menyadarkan gadisnya.
"Kalian belum kenal mereka tapi kalian udah berspekulasi kalo mereka bukan orang baik baik, gue rasa kalo kalian ga tanggepin mereka kita ga bakal kejebak disini"

"Lo ga bakal ngerti vabyo! Insting perempuan itu beda!" Bentak ayra. Jelas mereka ga bakal kaget dengar bentakan kecil dari ayra. Karena ya..ayra kalo ngomong emang suka teriak.

Rayen menggeleng,
"Kalian aja yang terlalu posesif! Dari ucapan vano tadi aja gue sadar kalo emang lingkup pertemanan gue itu cuma berputar putar ditempat doang, dan itu karena kalian yang perempuan posesif"emosi rayen membeludak, jangan kalian kira pertemanan mereka bakal berjalan mulus terus, kesalah pahaman itu sering terjadi.

"Ga ada yang posesif!"bentak qey keras
"Kalo kalian ga suka, seharusnya kalian bilang dari dulu, kita juga ga bakal nahan nahan kalian buat berteman sama orang lain, kita juga biarin kalian berteman sama siapa aja"

"Hahaha, ga posesif? Qey..lu nyadar ga kalo tiap gue bicara sama cewe lain aja lo udah nuduh gue macam macam?"ucao rayen tersenyum remeh.

"Terserah lu ray, terserah"

Qeyza memilih meninggalkan taman. Vano daren senna dan joanna hanya memghela nafas melihat kelakuan teman temannya ini. Ya beginilah jadinya kalau kalian pacaran sama sqhabat sendiri, apalgi diumur yang masih terlalu muda untuk menjalin hubungan lebih. Apa apa pasyi dipermasalahkan.

"Udahlah, ngomong sama cowo kaya kalian ini bikin emosi aja" ucap ayra dan berbalik sambil menyeret senna juga joanna untuk meninggalkan taman.

Daren dan vano terkekeh melihat raut wajah byo dan rayen. Keduanya tampak lelah melihat kelakuan pacar-pacar nya.

"Makanya, kalo cewe lagi marah itu ngomongnya juga jangan sambil marah"icap daren sambil melelemoar rumout kering kearah byo dan rayen.

Sedangkan vano memilih bungkam. Sepertinya nanyi vano harus mencati pasangan yang cocok dan pas dengannya. Ya agar fia tidak bernasib sama seperti byo dan rayen. Vano harus cari cewe yang...eum, tidak galak.

***

Don't Be Sad! You Have Friends (Selesai)Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang