SANG PADUKA merebahkan dirinya di kasur sambil meringkuk. Kepalanya berputar mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Taeyong itu memang tidak bisa diprediksi, ya? Kurang lebih sudah tiga bulan Yuta mengenalnya, tapi dia masih tidak mengerti cara berfikirnya. Terkadang dia serius, terkadang dia bertingkah seperti anak kecil, tapi tadi Taeyong mencoba menciumnya, kan? Apa Yuta harus merubah pandangannya terhadap Taeyong? Perasaan apa ini? Seharusnya dia merasa risih dengan lelaki itu, ini semua tidak benar. Perasaannya campur aduk.
Keheningan itu terpecah oleh suara ketukan pintu. Dengan malas si lelaki cantik melirik menatap jam dinding, sudah malam. Hanya ada satu orang yang berani datang ke kamarnya saat tengah malam seperti ini. Taeyong.
Yuta mendengus, berdiri dari kasurnya, dia berusaha mengabaikan fakta dia sama sekali belum ganti baju karena terlalu sibuk memikirkan kejadian tadi. Saat dia membuka pintu, yang dia temukan adalah Lee Taeyong berdiri sambil tersenyum kearahnya—tubuhnya dibalut kemeja putih. "Selamat malam, Taeyong, sebelumnya ada keperluan apa sampai kamu datang ke kamarku?"
"Kau tahu aku yang di depan pintu? Hebat sekali! Apa ada kamera pengintai disini?" tanya Taeyong, dengan seenaknya melangkah masuk dan menatap kamar sang calon istri. Kamar yang mewah dan sangat luas, tapi tidak seluas kamarnya, tentu.
Yuta menghela napas, dia menutup pintu dengan membantingnya. "Tidak, cukup berfikir hanya kamulah yang mengetuk pintu Raja tanpa jeda. Ada keperluan apa?"
Taeyong terdiam selama beberapa saat. Dia meletakkan perlengkapannya diatas kasur dan menatap wajah Yuta lamat-lamat. "Apa kamu marah?"
Raut wajah Yuta berubah, lelaki itu menatap Taeyong keheranan. Tidak mengerti maksud dari pertanyaan sang calon suami. "Marah? Marah kenapa?"
"Atas tindakanku yang tadi?" tanya Taeyong, meneruskan kalimatnya yang sempat terpotong karena tanggapan Yuta yang terlalu cepat.
Yang lebih muda terdiam, wajahnya merona. Kemudian dia berdeham dan membalikkan tubuhnya dengan cepat. "E-enggak, tidak apa-apa. A-aku tidak marah, tenang saja," gumamnya dengan nada yang kecil.
Taeyong tampak lega sehingga dia menarik napas sejenak. "Kamu suka kejutan dariku? Aku ingin memberinya langsung kepadamu, tapi sepertinya waktunya tidak tepat." Untuk pertama kali, Taeyong membuka suara, dia tampak tenang dan berwibawa seperti biasanya.
Yuta membuka jasnya lalu menatap Taeyong dengan tatapan tidak percaya. Rahangnya hampir saja jatuh ke tanah mendengar ucapan Taeyong. "Balon-balon ini darimu? Bagaimana kamu bisa masuk kekamarku?"
"Bukan aku, asistenku Nayoung yang datang kesini lebih awal."
Si lebih muda mendengus. Ekspetasi tidak selalu seindah realita. "Baiklah, terimakasih atas kejutan dan kuenya, aku menghargainya. Sekarang kembalilah ke kamarmu, kita akan sibuk besok."
Taeyong menghela napas panjang. "Aku hanya ingin merayakan ulang tahunmu bersama. Apa itu terlalu menganggumu, hm?" tanya si lelaki tampan, tangannya bergerak untuk membantu Yuta melepas jasnya. Nadanya lembut dan tenang seperti biasanya, rungu manusia manapun akan betah mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Infinite Sky, Taeyu.
Fanfic[DISCONTINUED] [REMAKE FROM THE SERIES INFINITE SKY ON WEBTOON] Pernikahan yang didasari politik harusnya tidak menumbuhkan rasa cinta antar keduanya. Tapi kenapa malah terjadi sebaliknya? © HYUWKIES, 2020. BXB. CRACKPAIR.