[03]

11 1 0
                                    

Di pagi hari yang cerah. Rianti, Sam dan Aska kembali ke posko untuk mengecek keadaan pasien yang berada di posko tersebut. Dari hari kemarin sudah banyak korban luka-luka ringan hingga parah dan ada juga beberapa yang meninggal. Rianti, Sam, dan Aska pun bekerja sama dengan dokter ahli yang ada di lapangan.

"Dok, untuk korban yang luka parah sebaiknya kita larikan ke rumah sakit agar penanganan nya lebih baik," ujar Rianti memberikan usul.

Dokter itu pun mengangguk sebagai jawabannya. Kemudian Aska dan Sam membantu membawa korban yang sangat parah menuju mobil ambulans.

Di saat Rianti terburu-buru membawa peralatan medis menuju ambulans tak sengaja ia menabrak seorang anggota TNI berjas sneili hingga peralatan medis yang Rianti bawa berserakan di atas tanah.

Rianti dengan tergesa segera membereskan kembali peralatan medisnya dibantu pria yang tadi menabraknya.

"Kamu gak apa-apa? " tanya pria itu.

"Iya, saya gak papa. Saya minta maaf sudah menabrak anda," jawab Rianti agak menundukkan kepalanya.

"Gak papa, saya juga salah karena kurang memperhatikan jalan," jawab si pria seraya menyerahkan peralatan medis kepada Rianti.

"Saya Rangga, anggota tim medis satuan TNI AD. Boleh saya tau nama kamu?" lanjut si pria TNI menjulurkan tangannya pada Rianti.

"B-boleh, saya Rianti," jawab Rianti agak gugup karena melihat sorot mata si pria yang begitu lekat menatap matanya.

Cukup lama mereka bertatapan dengan sebelah tangan saling bertaut, tiba-tiba-





"Rianti, cepetan!" teriakan Aska sukses mengganggu percakapan mereka dengan tidak elitnya.

Rianti pun menoleh dan menepuk jidatnya. "Astaghfirullah, aku lupa! Aku kan harus bawa peralatan medis ini ke mobil ambulans."

"Oh, kamu tim medis juga?" tanya Rangga kemudian.

"Iya, kalau gitu saya pergi dulu. Karena ada hal yang harus saya urus."

Rianti pun pergi meninggalkan Rangga.


Setelah selesai membantu membawa korban ke rumah sakit. Rianti, Aska, dan Sam pun kembali ke posko untuk menangani pasien yang lain.

"Kalian tetap selalu periksa pasien ya, jangan sampai lengah!" ujar Rianti seusai menyeruput minumannya.

"Iya, Rianti. Kita akan melakukan yang terbaik." Aska merangkul bahu Sam dengan senyuman lebarnya.

"Pokoknya kita harus semangat!" seru Sam dengan percaya diri mengangkat kepalan tangannya ke udara.

Ketika mereka asik beristirahat sejenak, tiba-tiba ada seseorang menghampiri mereka.

Seorang itu tersenyum ramah kepada Rianti.

"Boleh ikut gabung?" tanyanya menatap mereka.

Aska dan Sam saling menatap bingung sekaligus canggung.

"Em, boleh boleh." Sam bergeser memberi space untuk seorang itu duduk.

Rianti pun tersenyum ke arah Rangga karena sudah mengenalnya. Sementara Sam dan Aska mereka terlihat canggung.

Rangga mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Sam dan Aska. "Oh ya kenalin saya Rangga anggota TNI di sini."

Aska pun menjabat tangannya, "Aska."

"Samuel. Panggil aja Sam," kata Sam yang juga menjabat tangan Rangga.

Rangga pun tersenyum ke arah mereka.

Pahlawan Di Ujung Senja [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang