BAGIAN 7

258 16 0
                                    

Pertempuran kedua belah pihak tidak bisa terelakkan lagi. Pekik kematian dan tubuh-tubuh yang bergelimpangan, mulai terlihat satu persatu di antara kelebatan orang-orang yang saling baku hantam. Sesungguhnya orang-orang yang bersama tiga datuk sesat itu tidak bisa dianggap sembarangan. Mereka terdiri dari kawanan perampok dan tokoh-tokoh golongan hitam yang memiliki kepandaian lumayan. Sehingga tidak heran bila banyak yang jatuh korban di pihak rombongan tokoh silat aliran putih. Hal ini tentu saja membuat mereka merasa cemas bercampur khawatir. Ki Polong beberapa kali mendapati orang-orangnya tewas. Sehingga dalam waktu singkat, jumlah mereka berkurang banyak.
"Ki Polong! Dua orang kawan kita tewas...!" teriak Ki Pintur Gumelar di sela-sela pertarungan.
"Siapa?" Tanya Ki Polong.
"Ki Dewantara dan Ki Jaka Gedong...," sahut Ki Pintur Gumelar lemah. Dan dia terus mengamuk hebat sambil mengibaskan pedang untuk menghalau musuh-musuhnya.
"Keparat!" maki Ki Polong geram. Pedang Ketua Padepokan Kalong Wetan itu berkelebat ke sana kemari menyapu tiga orang lawan yang mengurung ketat.
Namun mereka pun bukanlah orang sembarangan. Setiap serangan Ki Polong selalu dapat dihindari dengan mudah. Sementara sesekali mereka tiba-tiba balas menyerang, membuat luka cukup banyak di tubuh Ketua Padepokan Kalong Wetan itu.
Sementara itu, bukan hanya mereka yang mengalami saat-saat sulit. Tampak Ki Walang Ijo beserta kedua kawannya pun pontang-panting menghadapi lawan-lawannya. Nyata sekali kalau serangan-serangan yang dilakukan tidak membawa hasil. Ketiga datuk sesat itu benar-benar menunjukkan bobotnya sebagai tokoh sesat yang memiliki kepandaian hebat. Saat ini keadaan Ki Walang Ijo benar-benar gawat. Apalagi si Setan Ular mempergunakan senjata mautnya, berupa ular-ular kecil berkulit merah dan memiliki bisa dahsyat.
"Hiiih!"
Wuuut!
Dua ekor ular milik Ki Naga Pertala menderu bagaikan kilat ke arah Ki Walang Ijo. Terpaksa tokoh tua ini berjumpalitan ke samping untuk menghindarinya. Meskipun telah memainkan jurus andalannya yang bernama Belalang Sakti Menangkap Mangsa, namun gerakan si Setan Ular selanjutnya tidak mampu diimbanginya. Dia hanya mampu terkesiap. Dan tahu-tahu, satu dupakan keras menghantamnya.
Duk!
"Wuaaakh!"
Tubuh orang tua itu terpental beberapa langkah ke belakang disertai muntahan darah segar dari mulut.
"Hiiih!"
Ki Naga Pertala melepaskan dua ekor ular beracunnya. Dengan mengerahkan sisa tenaganya yang masih ada, Ki Walang Ijo bergulingan menghindarinya. Kemudian tubuhnya mencelat ke atas manakala kedua ekor ular itu melenting mengejar. Namun saat itu juga, tubuh si Setan Ular telah mengapung ke udara. Dan....
Begkh!
"Aaakh...!"
Sekali lagi tubuh Ki Walang Ijo terpental disertai pekikan keras. Darah kental dari mulutnya langsung muncrat keluar tak tertahankan lagi. Orang tua itu megap-megap dan berusaha bangkit. Bersamaan dengan itu, si Setan Ular kembali melepaskan dua ekor ular beracunnya.
"Hm.... Tamatlah riwayatmu, Kerbau Dungu!" desis Ki Naga Pertala.
Wet!
"Ohhh!"
Ki Walang Ijo terkesiap. Kali ini tampaknya dia tak mampu menghindar. Dan nyawanya tentu saja berada di ujung tanduk. Orang tua itu sudah merasa pasrah. Dan hanya keajaiban saja yang bisa menolongnya saat ini. Dan..., sepertinya keajaiban itu memang muncul pada saat yang tepat. Tiba-tiba saja sesosok bayangan putih berkelebat cepat. Langsung disambarnya kedua ekor ular beracun itu.
Kres!
"Heh?!"
Ki Naga Pertala alias si Setan Ular terkejut bukan main. Dua ekor ular beracunnya mati dengan tubuh remuk dan terjatuh dekat kakinya. Dan tahu-tahu di dekat Ki Walang Ijo berdiri tegak sesosok pemuda tampan berbaju rompi putih.
"Pendekar Rajawali Sakti...!" desis Ki Walang Ijo begitu melihat siapa yang muncul. Hati orang tua itu kecut. Dan semangatnya seperti terbang. Meski secercah harapan masih tersisa. Dalam hatinya mengira, seorang lagi tokoh hebat kaki tangan Ki Netra Buana muncul. Dan itu sudah cukup untuk menghabisi mereka semua. Namun, kenapa dia menghalangi Ki Naga Pertala?
"Tenanglah, Kisanak. Aku berada di pihak kalian," kata pemuda yang memang Pendekar Rajawali Sakti.
"Kau...? Bagaimana mungkin?"
"Ceritanya panjang. Nanti saja kuceritakan. Biar kubereskan dulu orang ini. Oh, ya. Jangan khawatir. Aku datang bersama si Kipas Maut. Dia tengah mengurus yang lainnya," sahut pemuda itu singkat.
"Hm.... Jadi kau orangnya yang berjuluk Pendekar Rajawali Sakti?" tanya Ki Naga Pertala, terdengar sinis.
"Baguslah kau telah mengetahuinya. Nah! Bersiaplah, Anjing Netra Buana!"
Tidak seperti biasanya, Rangga kini sudah langsung mencabut pedang pusakanya. Bahkan langsung melompat bagai kilat menyerang si Setan Ular.
"Hiiih! Yeaaa...!"
Bet!
"Uts! Bocah haram jadah! Kau akan merasakan kematian di tanganku!" dengus Ki Naga Pertala langsung berkelit cepat dari tebasan Pedang Pusaka Rajawali Sakti.
Ada dua hal agaknya yang membuat Pendekar Rajawali Sakti tidak mau berbasa-basi menyerang lawan. Yang pertama, dia tahu kalau kepandaian si Setan Ular sangat hebat. Sehingga tak ada gunanya berbasa-basi. Dan kedua, keadaan saat ini amat genting bagi kalangan para pendekar golongan lurus. Kalau waktu dipergunakannya untuk bermain-main, maka korban yang jatuh akan semakin banyak. Karena alasan itu, tidak heran kalau Pendekar Rajawali Sakti mengamuk dahsyat.
"Hiyaaat...!"
Tubuh Rangga mencelat ringan bagai kilatan cahaya. Sementara batang pedangnya yang mengeluarkan sinar biru berkelebat cepat mengurung si Setan Ular. Tampak Ki Naga Pertala terkesiap. Sama sekali tidak diduga kalau si Pendekar Rajawali Sakti mampu melakukan serangan demikian hebat. Percuma saja ular-ular beracunnya dilepaskan. Sebab sebelum mengenai sasaran, ular-ularnya akan tertebas senjata pemuda itu.
"Yeaaat...!"
Ki Naga Pertala mencelat ke atas. Tubuhnya bergulung bagai angin lesus. Dari situ, terpancar kilatan laksana petir yang menyambar Pendekar Rajawali Sakti. Dan itu adalah pengerahan aji saktinya bernama Indra Widyuta. Pendekar Rajawali Sakti tidak berusaha menghindar. Bahkan langsung dikerahkannya aji Cakra Buana Sukma untuk memapak serangan. Ketika tangan kanannya menggosok-gosok batang pedang, maka telapak tangannya mulai membias cahaya biru yang menyebar cepat ke sekujur tubuhnya. Dan secepat itu pula, Rangga memindahkan pedangnya ke tangan kanan. Begitu ajian milik si Setan Ular hampir menghantam tubuhnya, tangan kirinya cepat dihentakkan ke depan.
"Aji Cakra Buana Sukma! Heaaa...!"
Jderrr...!
"Aaa...!"
Terdengar ledakan keras ketika kedua pukulan sakti beradu, sehingga membuat kaget mereka yang berada di tempat itu. Untuk beberapa saat, pertempuran jadi terhenti. Tampak Ki Naga Pertala tersungkur sambil berguling-gulingan ke belakang beberapa kali. Dari mulutnya menggelogok darah kental kehitaman. Bahkan tubuhnya menghitam cepat. Orang tua itu hanya mampu menarik napas tertahan dengan sepasang mata mendelik garang. Kemudian, tubuhnya ambruk tidak berkutik!
Sedang Rangga sempat terhuyung-huyung beberapa tindak ke belakang. Namun Pendekar Rajawali Sakti masih tetap berdiri tegak dengan wajah membiaskan cahaya biru yang terpancar dari batang pedangnya. Kedua bahunya turun naik tidak beraturan, menandakan pernafasannya agak kacau akibat benturan kedua pukulan sakti tadi.
"Bocah keparat! Kau akan mampus di tanganku...!" teriak Ki Bangkong alias si Raja Katak Hitam geram, langsung melompat tinggi ke atas dan berjumpalitan beberapa kali. Ketika kedua kakinya jatuh berdebum, telapak tangan kirinya menghantam tanah. Sementara telapak tangan kanannya disorongkan ke muka.
Werrr...!
"Yiaaat!"
Serangkum angin kencang laksana topan yang berhawa panas dan mengeluarkan cahaya kuning, menerpa Pendekar Rajawali Sakti dengan hebat. Cepat bagai kilat, Rangga mencelat ke atas menghindarinya. Sehingga, pukulan itu luput dari sasaran. Namun akibat yang ditimbulkan si Raja Katak Beracun itu sungguh dahsyat. Beberapa orang yang sudah kembali bertarung di belakang si Pendekar Rajawali Sakti, terpental dengan tubuh remuk tanpa mampu menjerit lagi.
Bahkan beberapa pohon besar yang terkena hantaman pukulan itu hancur berantakan. Rangga tidak mempedulikan. Dan dia balas menghantam si Raja Katak Hitam dengan jurus Pukulan Maut Paruh Rajawali. Begitu tangan kirinya menghentak ke depan, selarik cahaya merah laksana kobaran bara api melesat cepat menyambar Ki Bangkong.
"Haiiit!"
Ki Bangkong mencelat ke samping. Namun, pukulan itu agaknya memang disengaja si Pendekar Rajawali Sakti untuk mengecoh. Dan ternyata serangan sesungguhnya adalah lewat kelebatan pedangnya yang menderu dahsyat.
Bet! Bet!
Ki Bangkong terkesiap. Pendekar Rajawali Sakti menyerang begitu cepat pada jarak dekat. Sehingga tak ada kesempatan buatnya untuk mengeluarkan pukulan dahsyat tadi, yang bernama Pukulan Katak Beracun!
"Hiiih!"
Cepat-cepat Ki Bangkong berusaha menghantam ketika Pendekar Rajawali Sakti berkelebat ke samping. Tapi Rangga telah memutar tubuhnya dengan indah. Lalu dia melompat ke atas melewati kepala si Raja Katak Hitam. Dan tahu-tahu, ujung pedangnya menyambar ke arah leher. Bukan main kagetnya Ki Bangkong. Malah, kepalanya sampai mendongak. Dan akibatnya....
Cras!
"Wuaaa...!"
Ki Bangkong memekik setinggi langit. Dadanya kontan robek disambar pedang Pendekar Rajawali Sakti. Orang tua bermuka buruk itu pun ambruk dan tewas bersimbah darah dengan mata terbelalak lebar. Kematian dua orang datuk sesat itu mengembalikan semangat tokoh-tokoh golongan lurus. Sehingga kini mereka bertempur lebih bersemangat.
Sebaliknya pihak golongan sesat mulai khawatir. Satu-satunya andalan mereka saat ini adalah Nyi Pucuk Nyiur yang sedang menghadapi keroyokan Ki Gempar Persada dan Nyai Kati. Namun meskipun dikeroyok dua begitu, wanita yang tergolong datuk sesat itu sama sekali tidak mampu terdesak. Bukan saja gerakan Nyi Pucuk Nyiur yang hebat bukan main. Tapi juga tenaga dalamnya sangat kuat.
"Kisanak berdua! Tinggalkan saja nenek peot ini untukku! Bantulah yang lain membereskan lawan-lawannya," ujar Pendekar Rajawali Sakti, langsung melompat menyerang Nyi Pucuk Nyiur.
Suara yang dikeluarkan pemuda itu terdengar menggelegar mendebarkan jantung. Mereka mendengarnya seperti ancaman maut yang amat menakutkan. Malah wajah Pendekar Rajawali Sakti saat ini begitu terlihat bagai malaikat maut dengan batang pedang melintang di mukanya. Kedua orang itu terkesiap, dan langsung melompat menghindar. Mereka terpaku sesaat, sebelum menolong yang lain membereskan lawan.
"Bocah busuk! Akan kurencah tubuhmu dengan senjataku...!" desis Nyi Pucuk Nyiur seraya mengibaskan sapu lidi yang diberi tongkat. Senjata itu kelihatannya remeh dan lucu. Namun di tangan Nyi Pucuk Nyiur, menjadikan alat pembunuh yang mengerikan. Pada setiap ujung satu pucuk lidi, terdapat racun yang amat mematikan.
Bila saja ada orang yang berusaha memapas sapu lidi itu dengan senjata biasa, maka akan terkejut. Karena bukan senjata itu yang putus, tapi senjata biasa yang akan papas. Dan memang sapu milik Nyi Pucuk Nyiur sepintas lalu seperti lidi daun kelapa. Namun sesungguhnya, merupakan kumpulan kawat baja pilihan yang alot dan amat kuat.
Trang! Bet!
Tangan Pendekar Rajawali Sakti bergetar ketika kedua senjata mereka beradu. Sapu lidi nenek itu sama sekali tidak rusak. Jelas terbukti, selain senjata itu memang hebat, pemiliknya pun memiliki tenaga dalam tinggi. Tapi Rangga sama sekali tidak mempedulikannya meski disadari kalau Nyi Pucuk Nyiur memiliki kepandaian sedikit lebih tinggi ketimbang kedua kawannya. Terutama tenaga dalamnya.
Dengan turunnya Ki Gempar Persada dan Nyai Kati membantu Ki Polong dan yang lainnya, maka pihak golongan sesat mulai berjatuhan. Sehingga dalam waktu singkat keadaan menjadi terbalik. Sebenarnya, hal itu sudah terjadi sejak kedua tokoh andalan golongan sesat binasa di tangan Pendekar Rajawali Sakti. Sehingga nyali semakin ciut, yang membuat mereka kehilangan semangat tempur.
Lalu ketika Ki Gempar Persada dan Nyai Kati mengamuk hebat, banyak yang merasa tak perlu melanjutkan pertempuran ini. Maka tidak heran ada yang langsung melarikan diri dari pertempuran. Tentu saja hal ini amat menggembirakan bagi Ki Polong dan kawan-kawannya. Semangat mereka makin menyala-nyala dalam menghajar lawan-lawannya.
Sementara itu, pertarungan antara Pendekar Rajawali Sakti dan Nyi Pucuk Nyiur semakin alot dan berlangsung seru. Nyi Pucuk Nyiur telah mengerahkan segenap kemampuannya untuk menghabisi pemuda itu secepatnya. Namun agaknya Pendekar Rajawali Sakti bukanlah lawan enteng. Gerakan pemuda ini gesit sekali dalam setiap menghindari serangan. Kemudian tiba-tiba saja menyelinap ke daerah pertahanan wanita tua itu dengan melakukan serangan kilat. Dan ini sering membuat Nyi Pucuk Nyiur menyumpah-nyumpah tak karuan.
"Haram jadah! Bocah edan! Kau benar-benar menguji kesabaranku...!" teriak wanita tua itu marah.
Rangga tidak meladeni serapah Nyi Pucuk Nyiur. Tubuhnya mencelat ke belakang, setelah serangannya dapat dielakkan. Dengan menekuk punggung dan menyilangkan pedang di dada, dia siap menyambut serangan ketika senjata wanita tua itu menerpa kencang yang menimbulkan desir angin laksana badai topan.
"Hup!"
Rangga cepat bergulingan di tanah. Lalu mendadak tubuhnya melenting ke atas seraya menekuk kedua kaki. Pedangnya tampak bergulung-gulung laksana ombak di laut yang mengamuk dahsyat.
"Hiyaaa...!"
"Hiiih!"
Selarik cahaya kuning yang dilepaskan Nyi Pucuk Nyiur nyaris menyambar batok kepala Rangga kalau tidak cepat menundukkan kepala. Sementara ujung pedang Pendekar Rajawali Sakti menyambar ke arah dada. Namun, Nyi Pucuk Nyiur telah mencelat ke belakang sambil jungkir balik menghindarinya. Melihat itu, Rangga langsung menghantam menggunakan jurus Pukulan Maut Paruh Rajawali. Maka selarik cahaya merah langsung menerpa ke arah Nyi Pucuk Nyiur dengan kuat. Wanita tua itu melejit ke samping untuk menghindarinya. Namun, Rangga kembali melepaskan pukulan bersamaan tubuhnya yang mencelat ke arah Nyi Pucuk Nyiur.
"Hup!"
"Heaaat!"
Nyi Pucuk Nyiur bergulingan menghindarinya sambil menyumpah-nyumpah tak karuan. Pada saat itu pula, ujung pedang Rangga menyambar ke arah perut. Wanita itu sempat menangkis dengan senjatanya. Namun lutut kanan Pendekar Rajawali Sakti ditekuk, dan langsung dihantamkan ke dada wanita tua itu.
Trang!
Bugkhr
"Aaakh...!"
Nyi Pucuk Nyiur menjerit keras. Tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang. Tapi saat itu pula Pendekar Rajawali Sakti telah mengejarnya sambil bergulingan. Dan....
Wuuuk! Cras!
"Aaa...!"
Nyi Pucuk Nyiur kembali memekik nyaring dengan pinggang nyaris putus begitu pedang Rangga membabatnya. Tubuhnya kontan ambruk bermandikan darah, dan tewas beberapa saat kemudian setelah menggelepar-gelepar seperti ayam disembelih!
"Nyi Pucuk Nyiur tewas...!" teriak seseorang.
"Apa?!"
"Heh?!"
Sesaat timbul kegaduhan. Dan nyali orang-orang Ki Netra Buana semakin ciut Mereka hendak melarikan diri dari pertempuran, karena merasa tidak ada gunanya lagi melanjutkannya. Tapi saat itu, bertiup angin kencang yang menerpa di seluruh lembah ini.
Werrr!
"Apa ini? Dari mana datangnya...?!" teriak orang-orang kebingungan.
Pendekar Rajawali Sakti berdiri tegak dengan kedua telapak tangan bertumpu pada gagang pedang yang ujungnya menyentuh tanah. Untuk sesaat dia memusatkan pikirannya. Disadari betul kalau badai topan itu bukan terjadi dengan sendirinya. Tapi akibat perbuatan seseorang.
"Ki Polong! Tolooong...!"
"Tolooong...! Aaakh...!"
Mendadak terdengar jeritan panjang yang memenuhi sekitar arena pertarungan, begitu angin yang kencang tadi menerbangkan apa saja yang berada di sekitarnya. Beberapa buah pohon tumbang. Dan mereka yang tidak memiliki tenaga dalam kuat, terpelanting laksana sehelai daun kering.
"Heaaat...!"
Pada saat itu juga Pendekar Rajawali Sakti berteriak menggelegar. Dan tiba-tiba telapak kirinya disorongkan ke muka. Dari telapak itu seketika menderu angin kencang laksana badai topan, yang menghantam pusat angin topan yang pertama. Beradunya kedua angin topan yang dahsyat, menimbulkan tenaga dorongan yang menerpa ke mana-mana. Sementara Pendekar Rajawali Sakti yang mengerahkan aji Bayu Bajra, perlahan-lahan bergerak ke depan. Lalu ketika jarak terasa dianggap telah cukup dekat, pedangnya cepat diputar-putar menerobos tekanan angin kencang di depannya.
"Hiyaaat..!"
Bet! Wuuut!
"Hm...."
Desir angin kencang itu mendadak berhenti. Dan sebagai gantinya, terlihat dua orang saling bertarung dengan gerakan sulit diikuti pandangan mata biasa. Ki Walang Ijo beserta kedua kawannya bisa menduga kalau yang seorang pasti Pendekar Rajawali Sakti. Namun yang satunya, mereka masih belum bisa menduga dengan pasti. Mungkin salah seorang anak buah Ki Netra Buana. Atau... mungkin Ki Netra Buana sendiri?

***

147. Pendekar Rajawali Sakti : Tongkat Sihir Dewa ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang