0. Prolog; Forgotten encounter

628 39 4
                                    


"Ma, kita ada dimana?"

Sehun yang kala itu berusia 7 tahun cukup kebingungan, karena daerah yang sendari tadi dilewati terasa asing baginya. Ia sendari tadi terus memperhatikan dengan seksama daerah tersebut, Sehun hanya bisa melihat hamparan tanah hijau yang sangat luas, tidak ada bangunan yang menjulang tinggi atau jalanan beraspal. Sangat berbeda dengan daerah tempatnya tinggal dan yang sering ia kunjungi. Beberapa kali ia mengerucutkan bibirnya karena tak dapat menemukan jawaban dari pertanyaan di kepalanya.

Sang ibu yang ada di sebelahnya tertawa kecil melihat tingkah anaknya, Sehun yang mendengarnya pun lantas menatap sang ibu sengit, dengan bibirnya yang masih menegerucut.

Melihat itu sang ibu langsung mengelus surai anaknya lembut, "Sehun mau tau kita ada dimana?"

Mendengar pertanyaan sang ibu, Sehun langsung menganggukan kepalanya bersemangat, senyum sumringah menghiasi wajahnya.

Sang ibu tertawa lagi, tetapi langsung menjawab, "Kenapa tidak coba bertanya pada Papa?" Saran sang ibu hanya dibalas dengan gelengan dari Sehun, bocah tersebut menampilkan wajah tak senang.

Sang ibu tersenyum tipis, "Sayang, anak kita sedang kebingungan, bisakah kamu memberinya jawaban?" Suara wanita cantik itu terdengar halus dan lembut, membuat sosok pria gagah yang berada di kursi penumpang berbalik untuk menatap sosok istri dan anaknya.

Pria itu menatap Sehun lembut, "Sehun, anakku, apakah kau lihat hamparan tanah hijau di luar?"

Sehun melihat ke luar jendela mobil sekilas, lalu mengangguk perlahan ke arah sang ayah.

Pria gagah itu tersenyum, ia pun melanjutkan, "Nanti saat waktunya tiba," sang ayah menjeda, memberikan senyum hangat pada sang anak. "Semuanya akan jadi milikmu, nak."

Mendengar perkataan sang ayah membuat Sehun senang dan bersemangat, ia membayangkan dirinya yang berlari-lari dengan tanpa henti di hamparan tanah hijau yang luas itu, ia memabayangkan bermain bersama Ibu dan ayahnya sampai matahari tenggelam.

Sehun tersenyum bahagia.

Namun sedetik kemudian ia berwajah muram.

Ia menyadari bahwa ia tak mempunyai teman untuk diajak bersenang-senang bersama. Bermain dengan ayah dan ibunya memang menyenangkan, tapi ia juga terkadang merasa kesepian. Ayahnya memang sibuk, tapi pria itu selalu meluangkan waktu untuk Sehun, Ibunya juga sibuk dengan pekerjaan rumah tapi sama dengan sang ayah, ibunya selalu memastikan agar mempunyai waktu untuk Sehun.

Sehun senang. Ia bahagia mengetahui keluarganya baik-baik saja dan sangat mencintainya.

Tapi terkadang ia merasa kesepian.

Sehun memandang hamparan tanah hijau di luar kaca mobil, tidak seperti sebelumnya yang nampak senang, kali ini ia menatap hamparan tersebut dengan raut wajah sedih.

Sehun tertawa geli saat mengetahui bahwa pengawal ayahnya kehilangan jejaknya.

Beberapa menit lalu, mobil mereka sampai di suatu rumah yang sederhana. Sang ayah masuk kedalam rumah tersebut sementara sang ibu dan tiga pengawal di luar rumah, dengan satu sopir mobil yang masih ada didalam mobil. Awalnya Sehun sedang asik menikmati pemandangan dan sesekali mengobrol dengan sang ibu, namun sang ayah yang tadi ada di dalam rumah lantas memanggil ibunya untuk masuk kedalam rumah juga.

Sebelum masuk ke dalam rumah Sang ibu menyuruh dua pengawal untuk mengawasi Sehun, sementara satu pengawal ikut dengannya masuk kedalam rumah.

Sehun hanya melanjutkan melihat pemandangan disekitarnya dan mencoba mencari hal-hal menarik yang dapat ditemukannya, tidak terlalu peduli dengan urusan sang orangtua yang Sehun yakini hanya urusan bisnis.

Just Want YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang