Hening.Sunyi.
Damai.
Suasana yang akrab bagi Junmyeon.
Mungkin bagi beberapa orang suasana tersebut bukan suasana yang nyaman dan malah menakutkan, tapi tidak bagi Junmyeon. Suasana yang hening membuatnya dapat berpikir secara fokus, suasana sunyi dapat membuat hatinya terasa tentram, begitupun suasana damai yang membuatnya tidak khawatir akan kebisingan dunia.
Junmyeon bukan orang yang mudah bergaul.
Saat dia mengetahui fakta tersebut ia tak terkejut, karena sejak kecil ia tak pernah suka keramaian. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian. Karena sifatnya tersebut, ia cenderung memilih menyendiri. Sebisa mungkin. Saat ia terjebak keramaian ia akan merasa kehilangan jati dirinya.
Tapi hal itu tidak terlalu mengkhawatirkan bagi Junmyeon.
Karena ia masih bisa bersosialisasi dengan orang disekitarnya, meski terkadang masih tersisa rasa tak nyaman. Tapi Junmyeon mampu mengatasinya.
Sekolah adalah tempat yang cukup mengerikan bagi orang-orang seperti Junmyeon.
Awalnya Junmyeon memilih tinggal di desa dan membantu orang tuanya, tapi takdir tak menyetujuinya. Ia pun berakhir harus menyewa kost di Seoul dan bersekolah di sini dengan beasiswa yang diterimanya. Sejenak Junmyeon khawatir, tapi saat ia menjalaninya ternyata cukup mudah. Di sekolah ini tidak menuntut sosialisasi yang berlebihan, bahkan diantara teman sekelas. Cukup melegakan. Sistem di sekolah ini banyak membantu Junmyeon, bahkan ia mendapat beberapa teman yang menyengkan.
Sekarang Junmyeon sudah tahun ketiga, tidak banyak waktu yang tersisa, dan ia lega semua berjalan baik.
Junmyeon hanya tidak menyangka kalau hidupnya dapat berubah 360° karena seorang bocah tahun pertama.
•
•
•
•
Junmyeon tersentak karena suara hantaman pintu yang sangat keras, ia hampir menjatuhkan buku-buku yang berada dalam genggamannya.
Hal yang tak biasa mengingat ini perpustakaan.
Karena itu Junmyeon segera menghampiri ke tempat berasalnya suara hantaman tersebut; pintu utama.
Saat sampai di pintu utama Junmyeon melihat punggung laki-laki tinggi bersurai hitam yang sedang menahan pintu, terdengar suara decihan saat pintu perpustakaan digedor dari luar.
"Pergi." Pria tinggi itu bersuara.
Sejenak hening. Sebelum sebuah suara datang menyahut dari luar pintu, "Saya mohon, dengarkan dulu-"
"Kubilang tidak." Pria tinggi itu kembali bersuara, kali ini lebih tajam dan dingin.
Junmyeon hampir bergidik mendengar nada suara tersebut, padahal tidak ditujukan padanya.
Lagi-lagi hening menyambut cukup lama, dan suara dibalik pintu kembali menyahut, "Tolong pikirikan kembali, saya mohon."
Suara tersebut terdengar putus asa, Junmyeon sampai mearasa iba. Ah... ia juga baru sadar kalau suara dibalik pintu tersebut suara wanita.
Apa ia baru saja melihat adegan pernyataan cinta yang ditolak?
Tapi kenapa wanita itu berbicara formal?
Apakah karna pria tinggi itu lebih tua?
"Jawabanku tetap tidak." Pria tinggi itu kembali menyahut, masih dengan suara yang dingin dan tajam. "Pergi." Ia juga mengusir wanita dibalik pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Want You
FanficSehun mempunyai segalanya, namun ia hanya butuh Junmyeon berada di sisinya. Apakah itu cinta? Junmyeon kehilangan segalanya, dan ia hanya ingin Sehun menjauh darinya. Apakah itu benci? Keduanya mencoba mencari tahu apa yang mereka rasakan, bersa...