Kehidupanku sungguh sempurna. Aku memiliki paras yang cantik, otak yang cerdas, dan memiliki pekerjaan yang menjanjikan sebagai seorang kepala laboratorium di perusahaan obat dan kosmetik. Jangan lupakan rekap akademikku yang membuat aku diakui oleh orang-orang di sekitar.
Tempat tinggal pun di sebuah apartment mewah bahkan isi perabotannya pun dari merek-merek terkenal. Gaya hidupku berkelas dan glamor. Benar-benar menggambarkan status sosial yang tinggi dan tidak main-main. Meski begitu aku tidak pernah sombong dan selalu membantu sesama.
Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan sedang, aku pergi ke tempat kerja dengan mood yang baik. Aku menggumamkan lagu-lagu favoritku. Alasan yang membuat mood-ku baik hari ini adalah karena webnovel favoritku sudah tamat dengan ending yang mengagumkan.
"Wanita licik itu memang pantas mati!" Ucapku pada diri sendiri.
"Bahkan jika dia memohon ampunan pada putra mahkota dengan menangis darah pun dia tidak akan pernah mendapatkannya."
Aku mendengus. Memang seharusnya yang jahat akan mendapatkan karmanya dan yang berbuat kebaikan akan selalu diikuti dengan kebaikan juga. Sekita aku bersyukur karena tidak pernah dipertemukan dengan orang-orang jahat dalam kehidupanku.
Aku memarkirkan mobilku di basement perusahaan. Lalu aku segera menuju ke laboratorium yang terpisah dari gedung inti perusahaan. Letaknya berada di belakang gedung. Aku melangkah dengan kaki yang lebar, suara ketukan sepatu heels bergema di sepanjang jalan.
Setelah sampai di lab, aku menyapa beberapa rekan kerjanya dan para karyawan magang yang sudah dia bimbing selama 1 minggu. Saat ini perusahaan tempat aku bekerja sedang launcing produk kosmetik terbaru jadi akhir-akhir ini dia agak sibuk.
"Bu Ceya silahkan diperiksa hasil dari uji klinis produk kosmetik kita yang terbaru." Rekan kerjaku menyerahkan sebuah kertas hasil uji klinis.
Aku menerimanya dan membaca perkembangan yang ada di dalamnya lalu mengangguk paham.
"Baik, nampaknya semua berjalan dengan lancar. Aku harap produk kosmetik baru ini akan laris di pasaran." Aku menyerahkan kembali kertas itu.
Kemudian aku pergi ke ruang kerjaku untuk memeriksa dan mengerjakan beberapa dokumen. Dari bagian logistik dan uji lab sudah memberikannya hasil penelitian yang lengkap.
Aku meregangkan tubuhku, sudah setengah jam sejak aku duduk di kursi, berkutat dengan kertas dan macbook. Sepertinya dengan secangkir teh hangat dapat membuat tubuhku lebih rileks.
Aku memutuskan pergi ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat. Aku duduk di kursi meja makan yang disediakan di dapur. Aku hirup aroma teh yang menenangkan dan meminumnya dengan kenikmatan. Setelah istirahat sejenak, aku kembali ke ruang kerjaku.
Lalu tiba-tiba ada suara kegaduhan di balik ruang lab yang terisolasi. Banyak kepulan asap di sana. Aku segera ke sana untuk memeriksa apa ada masalah dan membuka pintu lab itu.
"Semuanya! Kalian tidak apa-apa?" Tanyaku, aku menutup hidungku agar asap tak bisa ku hirup.
Yang berada di dalam lab itu berhamburan keluar. Ternyata asapnya jauh lebih pekat sehingga asapnya pun ikut keluar. Semua orang mulai terbatuk-batuk.
Kenapa sensor kebakarannya tidak menyala? Aku segera mengarahkan agar semua yang ada di dalam segera keluar. Karena panik dan pandangan tertutupi oleh asap, semuanya meninggalkan laboratorium itu dengan berdesak-desakkan.
Aku mengutamakan rekan-rekan kerjanya. Namun sedetik setelah mendengar benda pecah yang jatuh, tubuhku terhempas jauh karena sebuah ledakan.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Do I've To Be The Villainess In This Novel?
FantasiKetika kehidupan Ceya sudah sempurna. Cantik, pintar, berbakat, baik hati, dan bekerja sebagai kepala laboratorium perusahaan obat dan kosmetik. Namun semuanya berubah kala ia terbangun di sebuah mimpi yang terasa nyata. Dia berada di sebuah web nov...