Flashback

4.7K 534 138
                                    

"Apa maksud Shizune-nee?"

"Kau sudah mendengarnya kan? Apa aku harus mengulang ucapanku?"

"Tidak! Tidak! Maksudku, aku masih belum bisa memperoses apa yang baru saja aku dengar."

Shizune mendengus, dalam hati ia merutuki kelambanan sang adik dalam memperoses kabar yang diberikannya.

"Kau akan punya tiga bayi sekaligus. Kau dengar? Tiga bayi! Kehamilanmu ini cukup langka karena semua sel telurmu berhasil dibuahi. Dan aku masih belum bisa sepenuhnya percaya ini kau tahu? Kasus yang paling sering terjadi ketika ada dua sel telur berbeda yang berhasil dibuahi dalam waktu bersamaan adalah terlahirnya bayi kembar berbeda jenis kelamin. Dan Hinata... Salah satu sel telurmu munjukkan tanda-tanda jika hanya bukan satu janin yang kau kandung tapi dua janin yang artinya kau juga akan memiliki bayi kembar identik." ucapnya memberi sedikit tambahan penjelasan.

"Jadi aku akan punya tiga bayi sekaligus?" Hinata masih belum bisa mempercayai apa yang di dengarnya.

"Sperma si Tuan kaya raya ini ternyata harus kuacungi jempol karena kualitasnya sangat bagus!"

"Shizune-nee!"

"Apa? Itu faktanya, Hinata. Kualitas spermanya memang sangat bagus, sayang sekali dia memiliki pasangan yang yah~ kau tahu? Tidak bisa me—"

"Stop! Stop! Hentikan itu, oke? Jangan membicarakan kekurangan orang lain apa lagi ini menyangkut hal yang sangat sensitif."

Sepasang iris arang itu menatap Hinata datar. Padahal ia hanya mengatakan fakta yang ada, bukannya membicarakan kekurangan orang lain dengan niatan merendahkan. Lagi pula, apa Hinata lupa kalau dia berprofesi sebagai seseorang yang harus bisa mengucap kenyataan sepahit apapun itu?

"Aku hanya mengucap fakta."

"Aku tahu itu, Shizune-nee... Tapi mengucap faktanya cukup sampai disini saja." gumam Hinata sembari menggigit kuku ibu jarinya. Kebiasaan saat dirinya merasa gugup.

"Aku tahu kau gugup tapi hentikan itu! Kau membuatku risih dengan kebiasaan burukmu itu, Hinata!"

"Aku bukan hanya sedang gugup!"

"Lalu?"

Hinata terdiam. Amethyst-nya melirik Shizune sekilas sebelum jatuh pada ujung sepatu yang di kenakannya.

Tiga bayi...

Entah kenapa, setiap kali Hinata mengulang informasi itu di dalam otaknya yang hadir justru sebuah keraguan. Perasaannya gundah, ia bahkan tak yakin dengan apa yang di rasakannya hanya saja...

Haruskah ia memberikan ketiga anaknya pada sang Ayah kelak? Lalu bagaimana dengannya? Setelah ia menyerahkan ketiga bayinya lalu apa yang tersisa darinya? Ayah, Ibu serta calon adiknya sudah meninggalkannya. Bahkan Nenek Chiyo juga sudah ikut menyusul keluarganya. Yang dimilikinya saat ini hanyalah Shizune beserta kedua orangtuanya.

Jika ia memberikan ketiga bayinya, mungkinkah ia masih akan diberi kesempatan untuk bertemu mereka kelak? Bagaimana jika Istri dari Ayah ketiga bayinya tak mengijinkan dirinya untuk muncul di hadapan anak-anaknya? Bagaimana kalau mereka menolak keberadaannya dan menganggap jika keberadaannya tak lebih dari sekedar gangguan?

Jika boleh jujur. Alasan Hinata melakukan semua ini selain karena dirinya memang membutuhkan uang untuk membayar hutang-hutangnya, Hinata juga menginginkan adanya seseorang yang memiliki ikatan dengannya.

Terlepas jika kelak keluarga itu melarangnya untuk bertemu dengan anaknya, ia akan tetap berusaha agar bisa melihat anaknya dari jauh. Pikirnya tak apa asal dirinya masih bisa melihat anaknya.

I LOVE ❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang