He Hates Me

8 0 0
                                    

[Author's POV]
Langit menangis, seakan menunjukkan kesedihannya pada bumi. Titik-titik air hujan turun membasahi apapun yang berada dibawahnya. Dalam waktu setengah jam, kota itu menjadi basah dan sangat dingin.

Orang-orang memilih berteduh dahulu supaya tidak kebasahan. Bayang-bayang sampai di rumah dan bercengkrama dengan anak masing-masing terpaksa ditunda sebentar. Walaupun masih ada beberapa lainnya yang tetap menembus hujan deras untuk cepat sampai rumah.

Sky. Keadaan hatinya tidak terlalu jauh seperti langit sekarang ini. Sedih, hampa, marah, takut dan kecewa semuanya bercampur menjadi satu. Ia tak tau apa yang sekarang dirasakannya.

Sedih, karena kenyataan pahit yang keluar dari mulut Rex kemarin. Hampa, merasa tidak ada seorang pun yang menginginkannya. Marah, marah karena Sam Jake dan Joel tidak memberi taunya fakta akan hal itu. Takut, takut akan kehilangan sahabat dan keluarga yang sangat ia cintai. Kecewa, karena hal yang ia berusaha satukan mungkin tidak dapat bersatu kembali.

Duduk di meja belajar. Melihat kelabunya langit melalui jendela. Lagu-lagu bertempo slow dan kena dihati terputar di dalam kamar itu. Hal tersebut yang dilakukan Sky selama setengah jam ini.

Tak berapa lama, ia menutup buku yang terbuka dihadapannya dan mengembalikan ke tempat semula. Mengambil sebuah jaket dan payungdari dalam lemari dan berlalu meninggalkan rumah dengan berjalan kaki.

Katakanlah kalau Sky gila karna pergi dari rumah dengan sebuah payung saat hujan deras seperti ini. Tapi itu adalah salah satu cara baginta untuk menghilangkan semua perasaan negatifnya. Memang hujan membuat suasana menjadi dingin dan sendu, tetapi hujan juga dapat menjadi tempat persembunyian bagi mereka yang kecewa, sedih, dan takut. Seperti Sky sekarang ini.

Tanpa tujuan, Sky pergi kemanapun kakinya membawanya berjalan. Toh dia hampir mengenali semua jalan di daerah itu.

[Sky's POV]
Aku mengentikan langkahku di tengah trotoar jalan. Aku menyipitkan mataku dan menajamkan pengelihatanku. Aku menghembuskan napasku.

"Enggak takut apa anak itu sakit" kataku kesal sambil berjalan ke arah seseorang.

Aku menggeser payungku untuk melindungi orang itu dari hujan. Payungku tidak terlalu besar, alhasil aku basah sedikit. Orang itu memberiku tatapan bertanya

Aku menghembuskan napasku. Lagi. "Kamu bisa sakit kalau kehujanan, Rex" kataku. Dia tak mengatakan apapun.

"Kamu mau kemana? Biar sekalian aku antar aja" kataku sedikit berusaha untuk membuat komunikasi kami tidak terlalu buruk

"Kau tidak perlu mengantarku. Aku bisa pergi sendiri" katanya dengan nada dingin dan berlalu meninggalkanku. Aku menatap punggungnya dengan kesal.

"Kau tau" Rex berbicara memunggungiku, membuatku menatap kearahnya.

"Aku membencimu Sky. Jika saja mom tidak pergi dengan pria lain dan menghamili mom, mungkin keluarga ini masih utuh"

Setitik air mata jatuh dari mataku. Jadi benar apa yang kemarin Rex bilang. Kami beda ayah. Itu artinya Rex adalah abang tiriku.

Air mataku tumpah seketika. Aku berlari ke arah berlawanan dari Rex sambil menangis. Aku tidak peduli kalau ada yang melihatku seperti ini. Aku tidak tau berlari ke arah mana, yang terpenting aku dapat melupakan semua rasa sakit didalam hatiku ini.

Aku menghentikan langkahku, menumpu kedua tanganku diatas lututku. Payung sudah kugantung di tangan kiriku. Aku berusaha menetralkan detak jantungku dan bernapas seperti biasa. Aku tidak tau sudah berlari berapa lama.

Aku membencimu Sky. Jika saja mom tidak pergi dengan pria lain dan menghamili mom, mungkin. Keluarga ini masih utuh.

Perkataan itu terngiang di dalam otakku lagi. Air mataku tumpah lagi. Aku berjongkok dan memegang dadaku. Sesak, itulah yang kurasakan. Hal yang kukira akan baik-baik saja ternyata tidak akan pernah baik. Kenyataan pahit ini terasa membunuhku. Ribuan pisau seperti menghantamku tepat di hati.

"Skyyy" aku mendengar seseorang memanggilku dari belakang. Aku merasakan tangan kekar yang melingkari tubuhku. Hangat. Itulah yang kurasakan dari pelukannya.

"Hey, i just want you to know that i will always next to you, whatever the situasion. Don't be afraid, Sky. You're not alone"

Mendengar hal itu aku membalikkan tubuhku menhadapnya dan menangis dalam pelukannya. Joel. Dia memelukku dan berusaha menenangkanku.

Joel melepaskan pelukan kami saat tangisku agak reda. "There is a rainbow after a storm, Sky. Percayalah kau pasti dapat melewati semua ini. Kami selalu berada disisimu" kata Joel sambil memegang kedua pipiku

Aku tersenyum kecil sambil menghapus sisa sisa air mata. "Thanks Jo" kataku dengan tulus.

Secret From The Past (Under Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang