Aku memandang kesal kearah jendela, memandang anak-anak sibuk berlari kesana kemari bermain futsal. Apalagi saat ini sekolah sedang mengadakan berbagai macam perlombaan menyongsong ulang tahun sekolah.
Ramai..!!!!
Ya.. Tapi aku benci keramaian.
Rasa-rasanya aku ingin pulang saja, tapi sepertinya satpam belum mengizinkan siapa pun untuk melewati pagar sekolah.
Aku mengalah dengan situasi, sepertinya saat seperti ini perpustakaan dan halaman belakang sekolah sangat cocok menjadi tempat untukku bersembunyi.
Aku baru saja bangkit berdiri namun, tanpa kusadari kuedarkan pandanganku kesekeliling ruangan mencari sosok yang paling menjadi biang keributanku.
Siapa lagi kalau bukan…
Frans…
Tapi, entahlah dimana dia sekarang yang penting saat ini aku bersyukur bisa mengecap keheningan meski hanya sementara.
Aku melangkahkan kakiku ke arah perpustakaan tapi belum sempat beberapa langkah, willy datang dengan wajah kusutnya kemudian menarik lengan kiriku untuk mengikuti langkahnya.
“Sial.. lepaskan!!!!”geramku pelan saat frans yang tiba-tiba datang juga turut ikut menarik menarik lenganku sebelah kanan sambil memasang wajah kesalnya.
Melihat wajah kesalku, willy sontak melepaskan pegangan tangannya padaku tadi.
“Ah.. sunny, apa hantu kecil itu disini sekarang??”panik Willy tiba-tiba.
Aku hanya mengangguk pelan tanda mengiyakan. Willy mengernyitkan dahinya sambil memandang horor kearahku. Entahlah, tapi kupikir ia masih saja takut dengan makhluk tak kasat mata.
Aku dan willy telah berteman selama 10 tahun dan meskipun ia sudah mengetahui keadaanku, tetap saja ia selalu merasa parno ketika dekat denganku.
Sekali lagi handphonenya berdering, kuyakin kali ini pasti ikun yang menelponnya lagi.
“Sayang.. bentar lagi aku ke sana, Aku dalam perjalanan ke sana.”kilah willy sambil memandang senduh kearahku.
“……..”
“Iya.. iya.. baiklah.” Willy memutuskan telponnya kemudian menyampirkan jaket kulitnya ke pundaknya, dari sorot matanya ada rasa tak tega meninggalkanku sendiri di saat ini.
“Sudahlah.. aku mengerti. Pergi sana.”ujarku ketika melihat raut wajahnya yang berubah-ubah karena bingung mau mengungkapkannya.
“Kamu memang sahabat paling pengertian.”
“Ya.. Ya.. dan kamu adalah sahabat paling menjengkelkan.”sambungku lagi kesal.
Ia melangkah kearahku dan mengacak sedikit rambutku.
“Baik.. baiklah, janganlah pulang terlalu malam. Besok akan ku jemput, kita makan siang bareng.”
Aku hanya mengangguk kepala pelan.
Setelah kepergian willy, kulirik lagi kearah frans yang tengah menatap tajam kearahku.“Ada apa??”tanyaku jengah dengan tatapannya.
“Sudah kubilangkan Sunny, jauhi anak laki-laki itu.”
“Siapa maksudmu??”
“Kau tahu maksudku, Sunny. Ah… sudahlah. Ayo kita pulang, aku sudah tak sabar memainkan rubik baruku.”keluhnya lagi.
Aku menghela nafas berat. Aku tahu apa yang harus kulakukan dan siapa saja yang boleh masuk kedalam kehidupanku. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan kafe, nampak seorang gadis berambut pendek sebahu berdiri tak jauh dari tempat dudukku sambil memandang kearahku. Aku menautkan kedua alis mataku, rasa-rasanya aku pernah melihat gadis itu tapi entah dimana?

KAMU SEDANG MEMBACA
Pemandu Jiwa
HorrorSunny, gadis indigo yang menjalani hidupnya dalam kesendirian karena diusir oleh keluarganya sendiri. Dalam menjalani kehidupannya, ia di temani oleh Frans si hantu cilik yang selalu membantunya dimana saja hingga akhirnya sesuatu terjadi dan membua...