"WOEE!! ADUUH KAFE GUEEE!!" teriak Heera menggelegar. Bagaimana tidak, kafenya sekarang seperti kapal pecah. Berserakan sampah-sampah, meja kursi yang sudah tidak rapih, dan lainnya.
"aduuh kak brisik, telinga gue niih kesian" sahut Baryl sembari menutup telinga dengan tangannya.
"kk-kak g-ggalak" bisik Louis. Matanya sudah berkaca-kaca ingin menangis, bibirnya sedikit maju kedepan. Terkesan lucu.
"AAAA GILAAA LUCUU BANGEETTTT, GAK KUAT GUEEE" teriak Rena dan Yudita berbarengan. Kemudian mereka segera menghampiri Louis yang mematung sambil menunduk.
"ck" Zora berdecak kesal. Malas? Sudah pasti.
Tiba-tiba atmosfer menjadi mencekam, dingin, dan suram. Mereka semua, Lexa, Alin, Heera, Adel, Yudita, Rena, Baryl, Axel, dan Louis pun menengok kearah asal.
Mereka menelan saliva susah payah, bagaimana tidak disana terdapat 4 makhluk dengan ekspresi datar. Tatapan matanya seakan-akan ingin memakan hidup-hidup. Disana terdapat, Zora yang berdiri sambil melipat tangan di dada bersedekap, Edrick yang berdiri sambil memasukkan kedua tangannya di kantong celana, Muel yang terduduk dengan mata tajamnya, dan Charon dengan senyum miringnya.
"eh eh, maap ni akang teteh" ceplos Baryl. "asshhh" ringisnya, kakinya diinjak dengan keras oleh Lexa yang kebetulan ada di sebelah kirinya.
Drrt.. Drrtt..
Tante tante culik aku dong...Bunyi nada dering ponsel memecahkan keheningan diantara mereka. Kini semua pasang mata beralih kepada Axel. Ponsel yang berdering.
"mati gue" batinnya.
"duh angkat bego" bisik Rena. Sembari mendorong pelan bahu Axel yang didepannya.
"aa ee-ee ii-iya, gg-ue angkat telpon dulu" gugupnya, kemudian ia sedikit menjauh dari mereka semua.
"woe dimana lu? Jadi kan? Gue keknya bentar lagi nyampe deh, ini gue lagi siap-siap dulu" ucap seseorang disebrang sana.
"aa-ah iya iya jadi" jawab Axel.
"napa lu gugup? Ke kafe kak Heera kan? Gue telpon dia kok gak diangkat, yang lain juga" tanyanya.
"aa-ah mungkin lobet hpnya" jawab Axel seadanya. "yaudah ya gue tunggu" tutupnya.
Axel berbalik kearah mereka semua, wajahnya hampir pucat karena atmosfer yang belum berubah dan kabar yang ia dengar.
"napa lu?" bisik Rena.
"Sss-ssss" gugupnya.
"aduuh lu apa ssss" kesal Rena.
"Sya lagi siap-siap mo kesini, bentar lagi nyampe kesini" bisiknya.
"APA?! DUUH" teriak Rena heboh. Pandangan mata mereka menoleh semua tertuju kepada Rena. Rena tak menghiraukannya.
"Her liat hp lu coba" ujar Axel sembari mengarah ke Heera.
"napa?" tanya Heera heran, tetapi ia tetap melihat ponselnya. Detik selanjutnya ia terkejut.
Sya
Gue mo siap², kekny bntr lg gue nyampeny"Sya, mo kesini" ucap Heera terkejut. Selanjutnya semuanya seketika heboh, menyusun kursi-kursi, membereskan meja-meja, dekorasi, dan lain-lain.
"mampus" sengit Muel, tetapi ia juga ikut membantu menyusun kursi bersama Zora.
Charon merapikan makanan-makanan bersama Heera, walaupun Heera menahan mati-matian rasa takutnya.
Rina, Yudita, Alin, Axel merapikan dekorasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Truth
Mystery / Thriller"kakak?" ucap Zora tak percaya. "Gw bukan kakak lo! " sarkas cowok bertopi hitam. --- Di tinggal oleh seseorang yang berharga memang menyakitkan. Selepas dari semua kenangan yang ada dan kita harus secepatnya melupakannya, walau kita tahu tak semu...