°°Chap 5 : Kenyataan

16 3 2
                                    

Mentari yang bersinar terang. Bersiap untuk menyambut hari. Menjadi lebih baik dari kemarin. Seperti halnya gadis ini.

Dengan seragam yang di pakainya, tas yang disampirkan di pundak, rambutnya yang dikuncir kuda rapih.

“Nek?” tanya Zora ketika melangkah keluar kamar.

“iya sayang” jawab Nenek setengah teriak. Karena nenek sedang menyiapkan sarapan didapur. Kemudian Zora sudah duduk manis dimeja makan. Sesekali ia membantu nenek menata makanan.

“ibu belum bangun?” tanya Zora sambil menyapukan pandangan mencari keberadaan sang ibu.

“belum” jawab Nenek sekenanya.

Kemudian suasana ruang makan itu menjadi tenang, hanya dentingan alat makan yang beradu. Sampai suara menghentikan aktivitas makan mereka.

“Berita hari ini, terjadi kasus pembunuhan 2 orang wanita di sebuah rumah kosong tidak terpakai. Menurut kepolisian tidak ada saksi atas kejadian ini. Saat ini polisi masih terus melakukan penyilidikan”

Deg.

Zora mematung. Kemudian ia mengalihkan perhatiannya kearah samping kanan. Tidak ada penghalang diantara ruang keluarga dan ruang makan. Jadi ia bisa leluasa melihat. Dan untuk kesekian kalinya ia terkejut melihat berita tersebut. Yang memberitakan jika 2 mayat wanita tersebut berbeda cara pembunuhannya. Seperti yang dia lihat di mimpi.

“gak gak mungkin!” batinnya berteriak.

Nenek yang melihat gelagat cucunya tersebut kemudian bertanya.

“kenapa?” tanya Nenek. Zora tersentak.

“a a-ah gak papa nek. Oh iya aku berangkat duluan ya” ucap Zora kemudian bangkit dari kursinya.

“bukankah ini terlalu pagi?” Nenek sambil melirik jam yang terpasang di dinding. Menunjuk pukul 6 pagi.

“aku belum ngerjain tugas nek. Malam aku tertidur duluan. Yasudah aku pamit nek” Zora keluar rumah dengan tergesa-gesa. Ia yakin sangat yakin jika berita yang tadi ia tonton dan mimpinya saling terhubung tapi bagaimana bisa? Itu pikirnya. Dan yang membuat ia tak percaya adalah lokasi tempatnya, ternyata sekitar lingkungan rumahnya. INI GILA! Bagaimana bisa. Apa ini kebutulan?

Karena terlalu memikirkan tentang kejadian itu. Akhirnya.

Duk.

“shit!” umpatnya.

“Punya mata kan lo? Kalau gak punya gue kasih gratis. Kalau gak niat jalan, gak usah punya kaki potong aja. ” Ucap seseorang orang yang tidak sengaja Zora tabrak.

“cih” malas berdebat akhirnya Zora melangkah pergi. Memasang raut datar seperti biasa.

Zora terus melangkah untuk menyampai halte bus, tetapi langkahnya berhenti dipertigaan. Ia menoleh kekiri melihat bahwa disana terdapat polisi, ambulans, dan beberapa warga yang melihat lokasi kejadian.

Ia tak menyangka jika rumah kosong yang malam ia mimpikan ternyata rumah kosong di daerahnya. Ia menimbang apakah ia kesana atau tidak. Ia hanya ingin pikirannya tentang mimpinya semoga salah ketika melihat korbannya. Ya. Dia harus melihatnya.

Zora melangkah berbelok kearah lokasi kejadian. Tidak jauh dari tempat itu memang ada minimarket. Tempat yang menjadi pertemuan Zora dengan pria yang terluka di tangannya.

Terpaku.

Zora terdiam mencerna apa yang ia lihat didepannya. Setelah berhasil melewati beberapa warga yang penasaran melihat dari luar garis kuning. Kini Zora dapat melihat jelas kondisi mayat tersebut. Walau sudah diangkat, dipindahkan diatas brankar dan tertutup kain putih. Tapi ia bisa melihat sedikit celah dari kain yang tertutup itu. Ia melihat tangan sang korban membiru, darah kering dibagian wajah terutama mata. Walau tertutup kain. Dan luka cambuk dibagian kaki, yang sedikit tersingkap oleh angin.

The Hidden Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang