Happy reading.
Satu kata yang menghiasi pikiran anza "Menyebalkan".
Sore ini laki-laki paruh baya dengan setelan jas tak lupa kacamata yang bertengger di hidung mancungnya itu datang ke desa, tujuannya tak lain yaitu menjemput putri sulung nya untuk kembali ke kota.
Semua barang anza sudah dikemas dengan rapi oleh bibinya.
"Kok tiba-tiba kenapa sih pa" Tanya anza pada laki-laki di sampingnya.
"Kami pulang dulu ya" Laki-laki itu menghiraukan pertanyaan dari putrinya.
Setelah melambaikan tangan laki-laki itu menutup jendela dan menjalankan mobilnya menjauhi pekarangan rumah kakak iparnya itu.
Hening tidak ada percakapan antara ayah dan anak itu.
Anza membuka sedikit jendela mobil, angin sore menerpa wajah cantik yang terlihat lesu sejak tadi.
"Kamu engga kangen mama sama adik" Tanya laki-laki itu pada putrinya yang sejak tadi memalingkan wajahnya ke luar jendela.
Tidak ada satu patah kata yang lolos dari mulut anza, ia hanya menatap ke luar jendela.
"Anza engga kangen papa sama temen-temen anza di sana"tanya laki-laki itu lagi namun anza tak kunjung menjawab.
"Anza papa tanya kok engga dijawab"
"Aku ngantuk pa"kata anza sambil memasang airpods ke telinga dan menyandarkan kepalanya pada kaca mobil.
Laki-laki itu melihat sekilas putrinya yang sudah memejamkan mata, ia mengusap lembut pucuk kepala putri sulung nya itu.
"Mama yang minta buat papa jemput kamu,biar kamu engga aneh-aneh di sana sama sebentar lagi kan masuk sekolah jadi kamu harus nyiapin apa aja buat ke sekolah besok,mama, papa sama adik kangen lo sama anza gara-gara kakak engga pulang-pulang"
Anza yang pura-pura tertidur mendengar semua perkataan yang dilontarkan ayahnya, perlahan
Cairan bening lolos ke pipi merah anza.Dengan cepat ia menghapus jejak cairan bening di pipi nya.
Kenapa dia begitu sedih?
Lebih baik dia diasingkan ke hutan daripada harus kembali ke dalam castil bak rapunzel, baginya tinggal di desa adalah suatu kebebasan dalam hidup gadis bersurai hitam itu, seperti burung yang dilepas dari sangkarnya ia akan terbang bebas ke angkasa menjelajahi semesta tanpa harus takut terkurung dalam jeruji besi, seperti itu lah anza.
Bagi dirinya ia tak lebih dari pajangan usang ditahun 90', terus terdiam bergerak selagi menunggu perintah tak diijinkan bersua yang tidak penting, ini tidak sejalan dengan alur hidup yang ia inginkan, tapi semakin ia melepaskan diri malah semakin terikat kuat, tali tak berwujud itu terus menerus menahan jiwanya, entah akan berakhir.
Berbeda dengan adiknya seperti kisah Cinderella dimana ada anak yang disayang bak seorang putri raja dan ada anak diabaikan bak pembantu, ia pikir dongeng itu tak nyata tapi ia menarik kata-katanya itu kembali setelah kelahiran si bungsu ke dunia.
Hanya musik, buku diary, buku pelajaran, dan lukisan anak laki-laki yang masih terpajang dikamar bernuansa putih dengan bau peach itu, merupakan sumber kebahagiaan gadis kecil yang sebentar lagi akan menginjak usia remaja ini.
"Anza ayo bangun, udah sampai nih"
Tepukan lembut berhasil membuat gadis bersurai hitam yang tertidur pulas menggeliat, mentari tak lagi menampakan wujudnya langit berubah warna menjadi gelap sebentar lagi sang rembulan akan hadir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Destino [slow update]
Fiksi Penggemar𝐀𝐤𝐮 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐝𝐢𝐚 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐫𝐚𝐡𝐚𝐬𝐢𝐚 𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧-, 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 𝐳𝐢𝐟𝐚𝐧𝐚𝐫𝐞𝐬-,