LOVE IS GONE-- LSG 2

381 139 652
                                    

Masih sadar? Atau masih kepikiran dia?

Dengan langkah kecilnya Avala terus berlari. Masuk beberapa kali ke gang tikus dengan harapan bisa lepas dari beberapa orang yang mengejarnya dengan wajah seram. Apalagi mereka membawa kayu, besi sampai gergaji.

"WOI MAU KEMANA LO?" belum 2 menit Avala berhenti, orang-orang itu sudah berada tak jauh dibelakangnya.

Avala kembali berlari dengan kencang melihat salah satu orang yang membawa gergaji dengan tampang sangat sangar.

Avala terus melempar barang apapun yang ada di sekitarnya. Mulai dari kardus, kayu, kotak bahkan kucing yang tak sengaja lewat di depannya. Mereka sempat terkejut saat Avala melempar kucing kuning itu. "Makan tuh kucing!" kesal Avala melirik kebelakang.

Gadis itu terus berlari. Tas dipunggungnya pun sampai naik turun mengikuti iramanya. Avala menoleh kebelakang. Ternyata orang-orang itu masih berusaha menangkapnya. Avala melewati pasar. Melempar sayur, buah sampai daging tanpa memperdulikan teriakan-teriakan orang-orang pasar yang merasa kesal dengan tingkahnya.

Avala berlari ke salah satu gang tikus lagi. Entah ini dimana, tapi Shit! Jalan buntu!

Gadis itu berbalik berniat untuk lari, namun...

"Mau lari kemana lagi lo?" Orang-orang itu malah sudah dihadapannya. "Lo harus ikut kita ke bos besar!" lanjut orang berbaju hitam dengan beberapa bercak darah dibajunya--berdiri paling depan.

"Enak aja main ikut-ikut, nggak mau!" tolak Avala dalam rasa takut. "Pergi atau gue telepon om gue, dia polisi asal lo tau!"

Bukannya menjauh orang-orang itu malah tertawa. Tawa yang terdengar seram bagi Avala Ava Nasution. Badan Avala reflek mundur mengikuti langkah maju orang-orang jahat itu. Badannya gemetar, punggungnya sudah menyentuh tembok disana. Avala menutup matanya rapat-rapat, takut! Baru saja lelaki berbaju hitam itu ingin menyentuh rambutnya yang berantakan, teriakan seseorang berhasil membuat kegiatannya berhenti.

"WOI KEPARAT!" Teriakan itu berhasil membuat semua orang menoleh.

"Cupu lo beraninya cuma lawan cewek!" ejeknya.

Orang-orang itu mulai menjauh dari Avala. Berjalan tak terlalu dekat ke arah lelaki yang tadi berteriak diatas motor besarnya setelah membuka helmnya. "Badan doang gede, otot kawat tulang besi tapi beraninya cuman sama cewek." Cowok itu masih mengejek mereka.

Merasa kesal? Tentu. Avala memberanikan membuka matanya. Orang-orang itu ternyata sudah berdiri ditengah-tengah antara Avala dan lelaki yang masih belum Avala tau siapa dia. Badan Avala tidak terlalu tinggi dari mereka, sudah berjinjit pun masih belum terlihat jelas siapa cowok yang berteriak tadi. Yang ia lihat jelas hanya motor besar dengan lelaki yang duduk diatas motor masih menggunakan seragam sekolahnya  yang lusuh berbalut jaket.

"Kalau berani sini lawan gue."

•••

Lagi-lagi Avala harus berlari kesana kemari menjauh dari orang-orang itu. Namun bedanya sekarang dia harus berlari membawa cowok songong ini. "Ngomong doang jago!" kesalnya sambil berlari.

"Berisik! Gara-gara lo juga ini!" Tangan Avala ditarik. Cowok itu membawanya ke arah kanan setelah menjatuhkan beberapa barang ke arah kiri. "Cepetan dikit."

Tak lama akhirnya mereka berhasil menjauh dari mereka. Avala dan cowok itu mengatur nafasnya sebentar. "Lo kenal mereka?" tanya Avala.

Cowok itu mengangguk. "Gue pergi dulu. Hati-hati, dan jangan lupa soal ganti rugi motor gue." Avala menelan susah salivanya mengingat tingkahnya tadi.

-FlashbackOn-

"Cepet naik!" suruh cowok itu.

Avala berhenti di tengah kegiatannya, gadis itu baru ingat kalau tasnya tertinggal saat membantu lelaki di depannya ini melawan orang-orang jahat itu. "Tas gue." Badannya berbalik. Tas birunya ada di belakang orang-orang yang masih terkapar lemah dan berusaha untuk bangkit kembali.

"Buang aja entar gue beliin," suruh cowok itu lagi, "cepet sebelum mereka bangun!"

Avala menggigit bawah bibirnya, ragu. Haruskah dia meninggalkan tas kesayangannya? "Cepet tunggu app-- eh..." Cowok itu kaget saat Avala malah kembali berlari mendekat ke orang-orang itu.

Cowok itu mendecak lalu menyusulnya.

"Udah ayo!" Avala mengangguk saat menggendong tasnya, namun na-as. Baru saja mereka ingin berbalik orang-orang itu kembali mengepung mereka.

"BANGSAT MOTOR GUE!!" teriak cowok itu histeris saat beberapa orang memukul bahkan sampai menghancurkan motor barunya.

-FlashbackOff-

Apa ayahnya di rumah akan memukul dirinya lagi? Atau malah membunuhnya saat tau kelakuannya?

•••

Avala menghela nafas gusar. Suara pecahan benda kaca terdengar lagi dari dalam rumahnya. Pasti Raden, ayahnya sudah pulang. Raden Kalasta Nasution. Orang yang paling dihormati termasuk dalam keluarga besarnya. Sangat keras kepala, tidak suka dibantah. Keinginannya harus menjadi prioritas utama disini.

"Kenapa sih kamu nggak becus jaga dua anak aja? Kamu pikir saya nggak cape cari uang buat anak-anak kamu?!"

"Anak-anak kita, Den!" bentak Izah, bunda Avala di sofa.

"Terserah. Sebelum mereka sukses, mereka bukan anak saya. Kamu nggak liat anak-anak temen saya? Semuanya sukses, semua bisa banggain orang tuanya. Gimana Avala sama Tama?" tanya Raden kesal. "Tama? Anak pertama kamu bisanya berantem terus. Avala? Nggak punya keahlian, nggak bisa apa-apa! Mau jadi apa mereka nanti hah? Nanti saya yang malu tau?!"

"Anak perusahaan ternama Raden Kalasta Nasution kalah sukses dengan anak pegawainya sendiri."

Avala memegang kuat gagang pintu. Gadis itu masih mengintip dengan mata yang mulai memanas. Ayahnya selalu membandingkan ia dan abangnya. Apa semua orang harus punya keistimewaan yang sama?

"AVALA?!" Avala tersentak saat Raden melihatnya mengintip dari luar pintu rumah. "BAGUS AYAH PULANG KAMU MASIH KELAYAPAN JAM SEGINI! SINI BIAR AYAH PUKUL SEKARANG!"

_____Love is Gone_____

LOVE IS GONE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang