Hari sudah mulai Petang Ardhan dan Zaira sedang berada di perjalanan untuk pulang dengan cuaca yang Sedikit mendung dan kemungkinan akan turun hujan. Benar saja tak lama kemudian Rintik rintik air hujan pun turun membasahi Ardhan dan Zaira.
"Yah yah yahhh ko gerimis sii" Panik Zairaa sambil memegangi kepalanyaa Karena mereka menggunakan motor ke arah panti tadi.
"Pegangan Gw mau ngebut nyari tempat neduh" Ucap Ardhan dengan suara keras agar Zaira mendengar tetapi nihil Zairaa tidak mendengar secara jelas Di karenakan Terbentrok dengan suara rintikan hujan.
"Hah lo bilang apaaa ga kedengerannn" Teriak Zairaa Di belakang
"Budeg banget ni orangg percuma gw ngomong keras keras" gumam Ardhan. Lalu ia meraih tangan Zairaaa Dan akhirnya dapatt, dan menyuruhnya untuk berpegangan karena ia akan ngebuttt, Zaira pun mengertii ia berpegangan Dipinggang Ardhan. Lalu ardhan tersenyum dan langsung tancap gas.
"Huaaaaaaaa ardhaaannn gw gamauuu matiiii, pelaninnn motorrnyaaaaaaaaa" Teriakkk Zairaa sambil Berpegangan Pada perut ardhan dan Menyembunyikan kepalanya di punggung Ardhan, ia takut jatuh karena ardhan sekarang benar benarrr sangat Tancap gas.
"Woyyy udah kalii, betah banget peluk peluk gw" Ucap ardhan sambill tersenyum melihat tangan zaira yang memelukk Ardhan sangat eratt.
"Ehhh, sorry sorryyyy" Ucap zaira yang tersadar laluu turun dari motorrr Dan berlari ke tempat pemberhentian bus di lanjutt Ardhan.
Heninggg tak ada suaraaaa, tak ada yang berani Memulai Obrolan sejakk kejadian tadii. Mereka hanya Berdirii menunggu hujan redaa. Hujan cukup Deras mungkin menunggu beberapa lama Untuk reda. Tiba tiba suara petir Datangg, Zaira sangat tidak menyukai petir. Takut, trauma? yaa! Entah gatau sebabnya apa, tapi ia sangat sangat tidak menyukai hujan dikala banyakk petirr.
Zaira langsung mundurr ketika mendengar suara petirr, dan duduk Di kursi Tunggu Dengan menutup Telinganyaaaa, melihat itu ardhan pun heran dengan apa yang zaira lakukan, ia menghampiri zairaa dan duduk di sampingnya.
"Lo gapapa?" tanya ardhan, Zaira hanya membalasNya dengan menggelengkan kepala. Laluu suara petir kembalii bergemuruhh. Membuat zaira benar benar terlihat sangat ketakutan,
"Mamaaa Zaira takutttttttttt Zairaaaa pengen pulanggggggg" Gumam Zairaaa.
"lo takut apasiii? Gw gdiem aja ngapa lo takutt" Ucap ardhan Yang semakin heran.
"Gwwww taakkuuttt petttiirrr Ar, Annteerr gww puullanggg" Ucap Zairaa Sambil menggigill. Melihat itu ardhan langsung melepas jaketnyaa dan Memakaikannya pada Zairaaaaa.
"Lo gausah takut, ada gw disiniii, gw bakal Ada disiniii" Ucap Ardhan sambil merangkul dan menenangkan zairaa.
Ardhan tersenyum saat Melihat Zaira dengan posisi yang sangat dekat dengannyaa, Tak menyangka sikap kecuekan Zairaa ternyata di balik itu ia memiliki sikap yang sangat kekanakan.
**
Ardhan dan Zaira pulang ke rumahnya Walaupun diperjalanan mereka Masih di terjang rintik rintik hujan kecil. Setelah sampai di rumah, Zaira pun turun dari motor,
"Thanks ya buat hari ini" ucap Zaira sambil memperlihatkan senyumnya
"Harusnya gw yang bilang makasih, Hari ini gua bisa habisin waktu sama lo" Balas Ardhan sambil tersenyum.
Jangan ditanya lagi ekspresi Zaira seperti apa, bisa dibilang mungkin ia seperti kepiting rebus tapi Zaira Zaira langsung mengalihkan pembicaraan agar tidak terlihat Sangat sangat senang.
"Eumm iyaa kalo gituu Gw masuk dulu, btw mau mampir?""Ga deh kyaknyaa, lain kali gw mampir kan deket. Itu orangtua lu kayaknya udah ada dirumah"
Zaira langsung menengok ke dalam gerbang dan benar saja Sudah ada mobil papahnya yang terparkir. Zaira terlihat sangat sangat bahagiaa
"Yauda gih Masukk, salam buat Om tante ari juga"
"Yaudaa gw masukk deh sekali lagi makasii bye" Ucap Zaira lalu masuk kedalam Rumahnya Dan mengunci gerbangnya kembalii, setelah itu berlari ke dalam rumah. Ardhan yg melihatnya langsung tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
**
"Asalamualaikummm" ucap Zaira lalu mencium tangan orangtuanya.
"Waalaikumsalam, Yaallah kak kamu dari mana mamah telponin ga di angkat angkat, telpon bibi katanya dia pulang kampung, kita semua cemass sayangggg...." Ucap mamah Zaira.
"Syuttt mah pah, kaka dari panti tadi abisnya kaka bosen dirumah sendirian, maafin udah buat kalian cemas" Ucap zaira
"lain kali kalo kemana mana kabarin ya" ucap papah Lalu menyuruh zaira duduk disampingnya.
"terus kamu kesana sama siapa ka?" tanya mamah
"Eum sama .... sama siapa yaa, eum itu sama temen mah" ucao Zaira gugup
"Ardhan?" tebak papah
"Nah iya ituuu, kaka lupa nanya nya hhe" Ucap Zaira pura pura lupa sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Gimanaa ka?" tanya Papah, membuat mamahnya tersenyum Dan menepuk bahu suaminya dan menaruh kopi di meja.
"gimana? Gimana apanyaaaa?"Tanya zaira heran.
"Itu ardhan"
"Eum eh ituu pah ari kemana?" Ucap zaira mengalihkan pembicaraan.
"Di kamar sayangg lagi tidurr cape diaa" jawab mmhnya
"Oohh yaudaaa Zairaaa ke kamar dulu dehh yaaa bersihin badan bye mah pah" Ucap Zaira lalu berlari ke atas, ketika Di tangga ia dibuat berhenti karena mendengar teriakan papahnya.
"Papah Mamah setuju ko kalo kaka pacaran ama ardhan" Teriak papahnya.
"Ihh apasi pah ngga ahh" Ucap Zaira lalu kembalii berlari ke arah kamarnya. Melihat itu orangtua zaira hanya terkekeh kecil melihatvtingkah anak pertamanya yg sudah beranjak dewasa. .
"sikapnya kayak kamu waktu remaja mah" ucap papahnya
"Yeee mamahmah dewasa deng"
"keliatannya dewasa tapi aslinya manja bangettt, Zaira keturunan dari kamuu"
"tapi papah sayang kann?" Ucap mamah sambil Menyenderkan kepalanya di bahu Papah.
"Anak kita udah dewasa mah, udah kenal sama perasaan" ucap papah
"Iya pah, berarti kita uda tuaa"jawab mmh
"Tetep cantik di mata papah" ucap papah.
"Ah papa udahlah mamah mau ke kamar ari, abisin kopinya Bye" Ucap mamah yang terburu buru menuju kamar ari, ia tidak mau terlihat seperti kepiting rebus di depan suaminya. Melihat itu Papah pun Tersenyum.
**
Halo gays? Gimana partnya? Maafin gapernah up udah lama juga yaa ga up? Baca terus sampe bener bener Selesai yaaa, gatau sampe kapan hhi.
Thanks you
Tunggu kelanjutannya yaaaaa_7des2020
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Of Love
Teen FictionKau baik. Kau mengajarkanku bahagia, kau mengajarkanku kesabaran, kau mengajarkanku untuk memperjuangkan seseorang. Tapi, kau seperti orang kemarin sebelum kehadiranmu ada, tidak mengajariku bagaimana caranya tegar di hadapan kepergianmu:')