Lima

1K 93 4
                                    

—Fiorenza Maylea

Gemetar. Tubuhku bergetar. Aku baru saja melakukan hal buruk. Sangat buruk, bahkan sampai masih terasa melekat di tanganku. Sensasinya, panas dari hasil perbuatanku.

Bukan tidak pernah terlibat masalah, justru aku biang masalah. Tapi jika untuk terlibat masalah yang ada keterkaitannya dengan keluarga William, seumur hidup pun aku tidak pernah mendekati hal itu.

Malah aku sengaja menghindarinya selama tujuh tahun terakhir ini. Arrgh! matilah—

Pintu terbuka dan menghantam dinding dengan keras, aku terlonjak dan langsung duduk berlutut di lantai. Matilah aku, matilah!

“Berdiri!” Orion di sana, tampak tenang walau aku berpikir, ketenangan sebelum badai datang sedang terjadi padanya, membungkus seluruh tubuhnya.

Menurut, aku berdiri dengan cepat. Turuti dia jika kau tidak ingin mati muda secara perlahan-lahan. Aku sungguh tidak berani menatapnya saat ini. Itu jelas karena aku merasa bersalah. Ah, tidak. Bukan merasa bersalah, tapi aku memang bersalah!

“Kau mulai belajar untuk menipuku?” Suaranya, sumbang. Orion menggunakan suara bagusnya untuk membentakku hingga terdengar sumbang di pendengaranku.

Ketika Orion marah, jangan menjawab, apalagi menyela. Dia tidak akan pernah menyukainya. Jadi aku diam, berdiri tegak di tempat yang dia inginkan, tapi tentu saja hati kecilku ingin melawannya andai aku memiliki keberanian. Sayangnya, aku ini pengecut yang menutupi diri dengan menjadikan paman Andrew sebagai tameng.

“Mulutmu itu sekarang sudah pintar menipu, hah?” Orion melengkingkan suaranya, aku hampir refleks menutup telingaku, tapi tidak kulakukan. Aku menahan diri.

Ingin sekali rasanya aku memukul kepalanya dengan tumit sepatu hak pendek milikku, atau saat membenarkan dasinya, aku bisa menarik benda itu lebih kuat hingga dia bisa saja mati tercekik.

“Ini kali pertama aku tahu kau menipuku. Sebelum ada kali kedua dan seterusnya, kau harus dihukum!” Orion benar-benar marah.

Sungguh, aku siap untuk dihukum. Aku menunggunya. Menunggu sampai dia memecatku, ah, jangan. Jika aku dipecat dengan tidak terhormat, bagaimana dengan paman Andrew? Mungkin sebaiknya, Orion menskors-ku selama seminggu atau lebih baik tiga puluh hari, agar aku terbebas dari dirinya, atau jarak dua meter di antara kami yang dia ciptakan itu. Silakan hukum aku, Tuan Orion yang terhormat.

“Kau bilang apa?” Orion mendekatkan wajahnya padaku, seperti berusaha untuk memancingku menjawabnya.

Lihat, betapa benar dia ini serupa dengan Iblis. Bagaimana bisa dia bertanya seperti itu sementara aku tidak menyuarakan isi hatiku di depannya?

Aku tidak berani memundurkan wajahku karena itu mungkin bisa membuatnya tersinggung. Jadi aku bertahan dan hanya menggeleng sebagai jawaban.

Orion menutup pintu, bahkan menguncinya. Dia berbalik setelah itu. Menatapku dengan kedua mata berkilat marah, tapi bahasa tubuhnya begitu tenang, seolah tidak ada apapun yang terjadi.

Selama tujuh tahun terakhir ini, aku hampir selalu bekerja dengan sempurna dan hasil yang tidak memiliki cela untuk Orion. Jika sedikit kesalahan kecil, itu biasa. Pernah beberapa kali, tapi Orion mengabaikan hal itu dengan caranya sendiri.

Kuperhatikan Orion yang berjalan menjauhiku menuju meja kerjanya. Pikiranku terus menduga-duga hal apa yang akan dia lakukan padaku sebagai hukumannya.

Bersandar di meja, dia memanggilku dengan jari telunjuk yang digoyangkan maju ke arahnya. Wah, itu kali pertama dia melakukan hal seperti ini padaku. Biasanya dia lebih senang meneriakiku atau membentak.

Aku berharap kedua kakiku tidak bergetar, tapi nyatanya, tubuhku tidak ingin mendengarkanku dan tidak bisa kuajak tegar dalam hal ini.

“Duduk di atas meja.” Orion menggeser posisinya dari sana, memerintahku dengan kedua matanya yang tertuju ke atas meja kerjanya.

Biasanya, area sekitar itu harus bersih dari debu. Jangankan untuk duduk, bahkan keringat dari telapak tanganku tidak boleh tercetak di sana. Apa dia berpikir aku harus membersihkan mejanya menggunakan bokongku?

“Cepat duduk!” Orion membentak dengan setengah menggeram. Nada penuh penekanan, tapi bentakan yang terasa lebih dekat ke telingaku, tidak melengking seperti sebelumnya.

Aku duduk tanpa bantuan darinya dengan sedikit susah payah. Dasar rok pensil sialan! Untuk pakaian pun, Orion selalu mengaturku. Dia tidak mengizinkanku mengenakan pakaian yang tidak ingin dia lihat. Dia mengaturku, tapi tidak dengan pegawainya yang lain. Mereka bebas bergerak, hanya terikat kontrak kerja. Tidak bernasib sepertiku.

Hei, ini terlalu dekat! Aku merasakan hari ini, karena kemarahannya, dia sedikit berbeda. Kedua tangannya berada di antara tubuhku. Dia mengunci posisiku, merentangakan kedua lengan, menekan telapak tangannya di meja yang kududuki.

Wajah, bahkan tubuhnya maju hampir tidak berjarak dariku. Ini menakutkan, sekaligus menghadirkan sensasi geli di dalam perutku. Ini benar Orion William? Si Tuan terhormat yang gila kebersihan dan menuntut segala kerapian?

“Siap dengan hukumanmu?” Orion tersenyum menghina. Ah, tidak, itu senyum merendahkan.

Aku merasa dia melecehkanku walau hanya lewat tatapan dan ekspresinya saja. Kunggukkan kepala tanda bahwa aku siap dengan segala macam bentuk hukuman darinya.

Senyum itu hilang seiring dengan selesainya aku mengangguk. Orion mendekatkan wajahnya ke bagian leherku. Napasnya yang berembus di sana, terasa membakar kulitku. Jika ingin tahu, rasanya sangat tidak menyenangkan. Jantungku terasa berulang kali jatuh ke lambungku, ketika kurasakan bibir Orion di kulit leherku. Apa-apaan ini? Apa aku sedang bermimpi buruk?

Kugigit bibir bawahku ketika aku merasakan barisan gigi Orion tertancap pelan di kulit leherku. Tunggu, tunggu! Dia bukan vampir, bukan? Kenapa dia menggigit leherku?

Tidak protes, aku tidak bisa protes. Bahkan dia bisa menggigitku tanpa menyentuhku sama sekali. Walau itu hanya sekadar merangkul pinggang, atau memegang kedua pundak, dia sama sekali tidak melakukannya.

Dia tidak akan menyentuh sesuatu yang menurutnya tidak higienis. Aku termasuk ke dalam hitungannya itu, pasti.

“Aww!” Refleks, sungguh! Aku menjerit karena Orion menggigit pundakku. Itu sakit, benar-benar terasa sakit, daripada saat tadi dia coba-coba dengan menancapkan gigi-giginya di leherku.

“Sakit?” Orion cuma bergumam, tapi aku bisa mendengarnya.

Bahkan kini aku merasakan gigitannya lagi di pundak. Ah, sial! Dia mengira aku ini apa? Kenapa menggigit pundak? Tidak ada cara lain yang lebih elegan untuk seseorang sekelas dirinya? Apa-apaan dengan hukuman ini?

Gigitannya mulai menyebar ke mana-mana. Pundak, lengan di bawah pundak, dan telinga. Mendadak bukan sakit, tapi geli yang kurasakan. Dia menggigit telingaku tidak dengan sungguh-sungguh. Oh, ya ampun. Aku tidak bisa membaca niatnya.

Bahkan aku bisa melihat jelas kedua lengannya masih kuat menahanku di mejanya. Dia tidak menyentuhku, tidak juga menempelkan tubuh bagian depannya padaku. Hei, ayolah … aku tidak mengharapkan apapun. Aku hanya menceritakan detailnya.

Kutahan apapun perasaan yang kualami saat ini, dan menekan semua suara yang ingin keluar dari mulutku. Aku kuat menahan ini. Kapan terakhir kali aku disentuh dan menyentuh? Aku benar-benar lupa, sial!

Semua karena hidupku habis di tangan Orion William. Aku mengabdi padanya seperti manusia yang menjual jiwanya pada Iblis. Tidak mudah lepas, sulit untuk tidak terikat.

Entah menit yang ke berapa, dia menjauhkan wajah dan gigi-giginya dari pundakku. Aku lega? Tidak, aku merasa canggung!

“Lain kali, jika ingin coba menipuku, belajarlah cara yang baik dari seorang penipu, Lea.”

Aku tidak menjawab, masih duduk diam di atas meja kerjanya. Sebenarnya aku menunggu sampai dia mengizinkanku bicara. Tapi tampaknya dia tidak berniat memberiku kesempatan itu.

“Siapkan sikat gigi baru untukku. Aku membutuhkannya sebelum bertemu klien-ku. Sepuluh menit dari sekarang. Cepat pergi sana.”


𝐎𝐡, 𝐌𝐲 𝐌𝐚𝐢𝐝! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang