"PETISI. PETISI! DIMANA PETISI ITU?!" Terdengar suara panik seseorang dari ruang pengacara.
"Aish! Ini! Kau meletakkannya disini. Kau tidak tidur semalam?" Tanya orang yang duduk disamping meja pria tadi.
"Ah, terima kasih,Yan. Iya, aku tidak tidur kemarin. Aku meyelesaikan laporan kasus Si Pembakar Gedung milik Bupati. Kasus itu membuatku pusing!"
"Uhm, tidur aja dulu. Sidangnya juga besok siang, kan?" Kata laki-laki bernama lengkap Ryan itu sambil menepuk bahu Resta yang tengah sibuk bergelud dengan komputer didepannya.
"Gak bisa. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya. Masih ada 3 kasus lagi setelah kasus ini."
Bruk!!
"AGH! KAPAN PENGACARA BARU AKAN BEKERJA! AKU LELAH MENGERJAKAN KASUS BEJIBUN SENDIRIAN!" Ia menggebrak meja mengejutkan Ryan.
"Tak lama lagi. Hakim Patih udah ngirim Email ke Pengacara baru itu. Kemungkinan ada 3 tambahan Pengacara, atau paling sedikit 2," jawab Ryan lagi
"Hanya 2?! Hhh.. Tidak lama lagi aku berhenti kalau seperti ini," Ia menghela napas panjang.
"Jangan, kanda! Aku masih butuh kanda disini. Bapack baginda raja juga pasti masih butuh kanda buat bersihin lokernya, sabar sabarlah, hihii.." Pintanya sambil tertawa ngakak.
"Gak lucu. Mau ke bawah? Aku beliin kopi."
"Gak. Gak nolak maksudnya.."Resta memutar bola matanya malas, dan berjalan bersama Ryan menuju lift ke lantai bawah.
****
"Hoammm..."
Jane mengambil ponsel dari atas nakas disamping kasurnya, dan membuka beberapa Email yang masuk.
Matanya membelalak terkejut melihat email dari Hakim Patih.
Patihkrismana11@gmail.com
"Selamat pagi, saya atas nama Patih Krismana Lencana sebagai hakim, menyatakan bahwa anda diterima sebagai Pengacara baru di kantor pengadilan. Silahkan ke ruang pengacara, gedung Timur, sebelah kanan hari senin nanti. Lencana anda sedang dalam perjalanan. Sampai bertemu di Kantor."
"Aku pasti sudah gila.." Gerutunya. Apakah ia tidak mengkhayal? Apakah ini sungguhan? Hatinya sangat gembira."Ma, Jane keterima kerja jadi Pengacara! Mama pasti senang kan?"
Ia beranjak dari kasurnya dan membuka pintu rumah sewanya. Disapanya beberapa orang yang dikenalnya.
"Ashhh, makan apa yaa hari ini? Uhm, apa aku pesan Pizza aja? Gak, nabung, Jennnn!!"
Drttt... Drttt...
"Halo?"
"Kak Jane.. Bagaimana wawancaramu? kau diterima? Katakan yaa! Katakan yaa!" Suara kegirangan terdengar dari ponsel Jane. Itu Uli, adik paling kecil dari 3 bersaudara.
"Uhm.. Aku diterima.."
"YAYYYYY! SELAMAT KAK JANE! MA... KAK JANE DITERIMA.. Mama senang kan? Hihii.."
Jane tersenyum melihat suara ibunya yang seakan tertawa bangga dengan anaknya yang berhasil menjadi seorang pengacara."Nak.. Selamat, mama bangga liat kamu akan berdiri ditengah sidang membela orang yang benar. Bekerjalah dengan baik, jangan lupa makan, dan jagalah kesehatanmu. Makan yang teratur.. Mama akan selalu mendoakanmu," kata Mama Jane, Ibu Ruti Darmana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Darling, Lawyer Jo
De TodoLangkah jenjang dengan heels hitam itu berjalan meninggalkan rumah dengan tas selempang mahal satu satunya yang ia punya. Setelan bajunya juga senada. Rok ketat pendek, dan baju putih yang dilengkapi blazer membuatnya tampak anggun. Ia berjalan men...