"Tetap berbuat baik, meski niatmu tak pernah di anggap baik oleh orang lain."
Pagi ini, seperti biasa Kartika bangun pagi dan bersiap-siap untuk latihan. Ia sedikit tak enak badan karena kejadian semalam. Namun, untung saja ibunya langsung memberi obat. Sehingga, Kartika mampu bersekolah hari ini.Hari ini adalah jadwal latihan PBB atau Peraturan Baris Berbaris. Kartika mungkin sudah lama sekali tidak PBB, bahkan hampir tidak pernah. Mengingat di sekolah lamanya, ia adalah murid yang biasa saja dan tidak aktif di organisasi apapun.
Pindah ke Bandung membuat Kartika banyak berubah. Ia banyak melakukan hal-hal baru yang dianggapnya melebihi batas wajar dirinya sendiri.
Namun meski begitu, Kartika sangat senang karena dengan perubahan dirinya yang seperti saat ini membuat Reva atau bundanya lebih bisa bersikap hangat dengan dirinya. Tidak tahu kenapa, semenjak kejadian beberapa tahun lalu, bundanya menjadi sangat dingin kepada dirinya. Padahal, tidak ada sedikit kesalahan pun terletak pada diri Kartika. Sudah, lupakan saja yang dulu biarlah berlalu. Menjadi cerita untuk lebih baik ke depannya.
Seperti biasa, sarapan selalu dilakukan oleh keluarga ini. Menu sederhana yang telah Reva buat selalu dinikmati oleh suami dan anak tercintanya. Keluarga ini adalah keluarga yang berada bahkan bisa dibilang sangat mencukupi. Namun, Raka sebagai sang suami tidak mau anaknya bermanja dengan harta dan kekayaan yang ada. Kartika saja sampai saat ini belum diberikan kendaraan baik itu motor ataupun mobil. Hanya sepeda kesayangan yang selalu menemani hari-hari Kartika ketika pergi kemanapun.
"Nda, Pah, Tika berangkat sekolah dulu ya? Udah lumayan siang, takutnya telat kelamaan di jalan," pamit Kartika seraya bangkit dari tempat duduknya.
Melihat anaknya yang masih tak enak badan, Reva langsung mencegahnya pergi menggunakan sepeda.
"Kamu di antar ayah aja, kan lagi sakit. Lagi pula jarak ke sekolah lumayan jauh, tar kalo kenapa-napa di jalan gimana?'' tanya Reva yang merasa cemas.
"Ih, bunda ngedoain Tika kenapa-napa ya? Gapapa kan udah biasa, malahan pake sepeda lebih sehat kan, kata Bunda juga begitu," jawab Kartika tak mau kalah.
Ayahnya yang daritadi mendengar obrolan mereka hanya diam dan sesekali terkekeh. Seru ternyata menyaksikan drama keluarga antara ibu dan anak di pagi hari.
"Yang satu khawatir, yang satu lagi kekeh ngerasa paling kuat hehe... Ayo ayah anterin, tar kenapa-napa lagi," putus Raka mengakhiri.
"Tuh ayah kamu aja mau anterin."
"Yaudah iya,'' jawab Kartika cemberut.
Melihat sikap anaknya yang seperti itu, Raka semakin terkekeh. Ada rasa senang melihat perubahan Kartika. Dulu ia selalu ingin bermanja-manja. Namun sekarang? berkat didikan ia dan istrinya, Kartika perlahan tumbuh menjadi anak yang mandiri dan tidak mau membebankan kedua orang tuanya.
"Jadi, mau ayah anterin gak nih?" tanya Raka memastikan.
Kartika terlihat kebingungan, sebenarnya alasan ia tidak mau ikut ajakan ayahnya, karena ia akan pergi ke toko perlengkapan pramuka pagi ini, mencari sosok lelaki waktu itu hanya untuk sekedar mengatakan kata "Maaf". Namun karena ada benarnya juga apa yang bundanya katakan. Akhirnya ia menarik nafas dan mengangguk.
"Iya.... ih ayahmah nanya mulu," ucap Kartika semakin cemberut.
"Yaudah ayo naik, Assalamualaikum, Aku berangkat dulu ya Bee," pamit Raka.
"Assalamualaikum Nda, Tika berangkat sama ayah," lanjut Kartika.
Reva tersenyum sambil melambaikan tangan kepada mereka. Jauh dan semakin jauh punggung mereka semakin lama menghilang. Ada rasa senang yang dapat ia rasakan kembali setelah sekian lama. Melihat perubahan anaknya, dan suami yang selalu di cintainya. Menutup luka lama yang tidak seharusnya ditangisi terus-menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBATAS PATOK TENDA (SS1)
Fiksi RemajaKartika Paksi, murid pindahan asal Medan yang tidak sengaja di pilih menjadi kontingen untuk LT-4 (Lomba Tingkat) akibat ketidak sengajaannya memperbaiki program komputer sekolah. Satu minggu latihan, bagi Kartika berasa dalam neraka dunia. Pramuk...