“ Saya harus tunjukin kalo saya bisa! Biar orang-orang gak anggap remeh dan pandang sebelah mata ”
Kartika kembali sehabis pulang sekolah dengan wajah yang terlihat kusut. Pasalnya hari ini ia sangat kelelahan akibat di kerumuni para ketua ekstralulikuler. Semenjak kejadian pagi di sekolah, dan beritanya menyebar luas, banyak ketua ekskul yang mendatanginya hanya untuk mengajak ia menjadi anggotanya.
“Kalo pulang sekolah tuh biasain ucap salam, terus ganti baju. Bukannya malah rebahan. Nanti seragamnya kusut, kan besok di pake lagi!” ujar Reva datang-datang.
Mendengar itu, Kartika refleks mengambil posisi duduk dan membelakangi ibunya yang berbicara. Beberapa detik, barulah ia memutar posisi tubuhnya dan melihat Reva yang sedang beedecak pinggang.
“Eh, bunda udah ada di rumah aja. Kok udah pulang? Biasanya juga sore.” Kartika tersenyum miris, melihat ibunya memasang wajah tajam.
Tidak biasanya juga Reva pulang siang. Biasanya ia kembali ke rumah saat matahari akan tenggelam.
Mendengar itu, Reva hanya menyunggingkan bibir tipisnya. “apa yang kamu lakuin di sekolah, buat gara-gara apa lagi?”
“Hah, gara-gara apa? Kartika gak buat masalah, kok, emangnya ada apa, Bun?” Kartika benar-benar kebingungan.
Tampak jelas kerutan di dahinya yang berlipat. Melihat itu, Reva menyadari jika anaknya pun tidak tahu apa-apa.
“Tadi bunda di telepon bagian kesiswaan sekolah kamu, mereka bilang bunda harus rapat. Perintah langsung dari kepala sekolah. Ada sesuatu yang sangat penting mengenai kamu!” ucap Reva sedikit ketus.
Kartika mengangkat alisnya sebelah, sungguh ia tidak mengerti dengan ucapan bundanya.
“Perasaan, kartika gak bikin masalah, deh,” ungkapnya jujur.
Reva menghembuskan nafas, benar apa yang di katakan anaknya. Ia tidak boleh berprasangka buruk terus-terusan.
⚜⚜⚜⚜
Pagi ini, Kartika datang ke sekolah bersama bundanya. Tas hitam, dan jas putih khas dokter ia gantungkan di tangan kanan.
“Kamu masuk kelas aja, biar bunda sendiri yang masuk ruangan kepsek!”
“Iya, Bun.”
“Oh, iya, nanti pulangnya biar di jemput sama ayah kamu. Kebetulan siang udah ada di rumah.”
“Siap, Bun!” ucap Kartika sambil bersikap hormat.
Kartika berjalan menuju kelas 9-A. Kelas super berisik yang mengalahkan suara ibu-ibu di pasar. Ketika ia hendak mendekati mejanya, dengan sigap perempuan tukang rusuh telah berdiri dan berdecak pinggang di hadapan Kartika. Siapa lagi kalo bukan Laras. Ya, KALARAS!
“Heh, lo anak baru ya, bener-bener! Udah gue bilang jangan caper sama guru-guru! Lo seneng kan gantiin Luna jadi kontingen buat LT-4? Muna banget, pake acara bantuin Pak Endang segala! Udah ketebak alur licik lo, tuh!”
“Maksudnya apaan, sih? Sumpah saya gak ngerti, Ras.”
“Gue sama temen-temen udah cape-cape nyari cara buat bikin Luna sakit, eh lo yang dipilih! Gak adil, mana anak baru, tau apa lo tentang pramuka, hah?” ucap Laras sewot dan semakin menjadi-jadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEBATAS PATOK TENDA (SS1)
Genç KurguKartika Paksi, murid pindahan asal Medan yang tidak sengaja di pilih menjadi kontingen untuk LT-4 (Lomba Tingkat) akibat ketidak sengajaannya memperbaiki program komputer sekolah. Satu minggu latihan, bagi Kartika berasa dalam neraka dunia. Pramuk...